Pagi datang dengan cepat. Jindan merasa kalau dia baru saja memejamkan mata, namun suara tarhim sudah terdengar. Matanya terasa lengket, tidak ingin terbuka. Jindan hampir saja kembali terlelap jika saja dia tidak ingat keadaannya sekarang. Secara otomatis, kedua matanya terbuka sempurna. Digosoknya kedua matanya agar semakin lebar terbuka. Mulutnya terbuka, menguap. Dia menoleh ke samping saat dia merasa tangannya menyentuh sesuatu. Di sebelahnya, Bilqis masih memejamkan matanya. Nafasnya masih teratur, pertanda dia masih tidur. Perlahan, Jindan turun dari kasur setelah mengecup pipi sang istri. Dia perlu membersihkan diri dan mengambil wudhu sebelum bermunajat. Bukankah sebelum subuh adalah saat terbaik untuk bermanja kepada Sang Khalik? Jindan segera mengambil handuk di belakang dan
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari