Bilqis duduk dengan tenang di sebuah meja di dekat jendela. Di tangannya terdapat kertas menu yang tadi disodorkan pelayan. Matanya memindai apa-apa saja yang ditawarkan di sini. Setelah mengatakan apa yang ingin dia makan dan memesan untuk suaminya juga, pelayan pun berlalu. Bibir Bilqis terus saja berkedut, menahan senyum. Hatinya terlampau bahagia. Bolehkah dia menganggap kalau dia dan suaminya tengah berkencan? Bilqis memutar kepalanya, menikmati suasana depot makan yang cukup nyaman ini. Sesekali, dia akan melirik lorong toilet, berharap suaminya segera muncul. “Permisi, Assalamu’alaikum.” Bilqis dikejutkan oleh suara seorang wanita yang begitu ramah yang berdiri di dekatnya. Bilqis menatap wanita itu dengan kening berkerut. “Wa’alaikum salam.” Bilqis merasa dia pernah melihat wa