44. Rencana Licik di Tengah Duka

1077 Kata

Nate setengah berlari saat Mariana tiba-tiba ambruk ke lantai. Wajah Mariana yang semula berseri kini mendadak pucat. Dan matanya digenangi air mata. “Ada apa, Na?” tanya Nate. Mariana mendongak perlahan. Air mata jatuh bersamaan dengan pandangannya yang bertemu dengan mata pria itu. Bibirnya bergetar, dan butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya suara lirih keluar dari mulutnya. “Nenek … meninggal.” Nate terpaku. Matanya membelalak sejenak. “Aku harus ke kampung,” ucap Mariana lemah. Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya langsung limbung. Nate sigap menangkap lengan Mariana sebelum ia jatuh lagi. “Aku antar kamu.” Mariana ingin menolak, tapi lidahnya kelu. Nate menatap lekat wajah sendu itu, lalu menggenggam lengan Mariana. “Kamu kuat jalan sendiri? Kalau tidak, aku gendong sampai

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN