Setelah tiba di kamar, Dia menutup pintu pelan. Ia meletakkan tas travellingnya di sudut ruangan bersama kunci kamar yang diberikan oleh Bu Ningrum. Ia lalu menatap Bu Ningrum yang berdiri gelisah di dekat pintu. "Silakan duduk, Bu," ujar Dia sambil menunjuk kursi di dekat meja kecil. Nada suaranya sopan, tapi dingin. Bu Ningrum menurut. Tangannya menggenggam erat ponsel yang dibawanya, seolah-olah ponsel itu bisa memberinya kekuatan. "Bu Ningrum, coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa nama saya dan Bapak disebut-sebut dalam percakapan tadi?" Dia bertanya langsung tanpa basa-basi. "Itu… hanya obrolan biasa, Bu," jawab Bu Ningrum gagap. Matanya berusaha menghindari tatapan Dia. "Obrolan biasa?" Nia tersenyum samar. "Tadi saya mendengar dengan jelas. Ibu bilang tidak akan me