17. Demi Kemanusiaan?

1616 Kata

Dia melangkah gontai menuju pabrik. Semalaman ia tidak bisa memejamkan mata karena teror dari Pak Abdi. Apalagi Pak Abdi tidak mengetik apa pun lagi setelah mengirim photo-photo. Hal itu membuat Dia kian was-was. Ia seperti sedang menunggu-nunggu bom waktu. Dia berhenti sejenak. Tiba-tiba saja kepalanya pusing. Selain karena kepalanya masih terluka, mungkin ini adalah efek tidak tidur semalaman. Dia mengibaskan kepala ke kiri dan ke kanan. Mencoba menjernihkan pikirannya. "Aduh!" Dia bertabrakan dengan seseorang saat akan memasuki ruang kerjanya. Untungnya orang tersebut dengan sigap memegangi bahunya. "Hati-hati kalau berjalan, Dia." Suara ayahnya. "Iya, Yah. Dia kurang awas tadi," sahut Dia lemah. "Kamu kenapa? Sakit? Badanmu panas sekali ini." Pak Suhardi memegang kening dan leh

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN