Hampir saja aku menabrak kak Biyan saat berlari meninggalkan ruang kerja Daddy, untung tangannya berhasil menangkap tubuhku yang hampir jatuh, aku menunjukkan wajah paling menyedihkan dengan pipi sudah basah oleh airmata, kak Biyan memelukku agar aku tenang dan tidak marah lagi. "Kak... hiksss" kataku sambil terisak. "Tenang Ai... jangan keburu emosi, mungkin Daddy ada alasan menyembunyikan kenyataan ini dari kamu" bujuknya, tangisku semakin dalam dan menyakitkan. Kak Biyan bahkan sampai membawaku ke sofa untuk duduk agar tidak pingsan atau jatuh ke lantai. "Da...Daddy jahat! Huwaaaaa... aku sedih banget tau nggak kak! rasanya mau teriak, kenapa baru sekarang Daddy jujur tentang hubungan kami, kenapa tidak dari dulu!" Kak Biyan membiarkan aku menangis sampai puas, ia hanya sesekali mene