Aku mencoba menyunggingkan senyum manisku saat akan mengetuk pintu. Mommy, Daddy dan Ocean tidak boleh curiga jika aku pulang ke rumah gara-gara bertengkar dengan kak Biyan. Aku menepuk-nepuk pipiku agar tidak lagi terlihat sembab akibat kebanyakan nangis seharian ini. Untungnya tadi Riki berbaik hati meminjamkan uangnya untuk ongkos taksi, jadi aku nggak perlu jalan kaki dari café kak Haska menuju rumah Mommy yang lumayan dekat... saking dekatnya aku yakin kakiku akan jadi seperti kaki gajah sesampainya di sini. "Semangat, Ai! demi harkat dan martabat sebagai istri!" kataku menguatkan hati dan jiwa raga agar bisa menjalani fase gerakan kabur dari rumah. Ting tong ting tong Aku menekan bell pintu beberapa kali sambil memainkan kakiku di lantai, 5 menit berselang pintu tak kunjung terbuk