18. Beautiful girl

1833 Kata
"Sana ... Ngapain sih ngeliatin terus kaya gitu?" Kaila berkacak pinggang, menatap galak ke arah Aiden.  "Biarin," kata Aiden yang malah asik menonton televisi di dalam kamar Kaila.  "Pergi gak. Aiden ... Pergi, atau aku bilang ke Bunda. Deema malu di liatin kamu."  Saat ini, Kaila tengah menjadi MUA untuk Deema. Kaila memiliki banyak sekali koleksi make up dan perintilannya. Tapi, anehnya ... Kaila tak pernah make up selain pergi ke acara-acara besar.  "Deema aja gak protes," jawab Aiden.  "Iya, dia gak berani protes. Sebenernya dia malu." Bukannya keluar dari kamar Kaila, Aiden malah mengambil kursi dan duduk di dekat meja rias untuk melihat Deema yang sedang di rias itu lebih dekat.  "Loh ... Kak, kok kaya pocong Mumun?" Dengan polosnya Aiden berbicara.  Tawa Kaila dan Deema pun pecah. Aiden terkejut melihat wajah Deema menjadi putih pucat. Bibirnya pun tertutup oleh cairan-cairan putih itu. Aiden yang tidak mengerti pun sangat terkejut.  "Kamu ngeledek aku?" Tanya Deema dengan sedikit kesal.  "Enggak, katanya mau di make up, kok kaya gini, Kak?" Wajah Aiden yang sedang kebingungan itu sangat lucu di mata Deema, sangat menggemaskan.  "Ini belum selesai, baru aku kasih alasnya aja. Warna-warnanya belum. Kamu liat aja, hasilnya pasti cantik."  Tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Kaila juga merekam make up-nya di kamera yang sudah terpasang di hadapan wajah Deema. Rencananya ia akan mengunggah video make up-nya itu, di kanal YouTube-nya.  "Kalau blush-on cair gini harus tebel gak, Kak?" Deema bertanya karena ia pun ingin mendapatkan ilmu. "Enggak perlu, nanti finishnya kita timpa lagi." "Kamu ngapain ngeliatin kaya gitu sih?" Tanya Deema. Ia melihat Aiden sangat serius memperhatikan wajahnya. Bukan karena apa, Deema menjadi salah tingkah di tatap seperti itu oleh Aiden.  "Iya, biasanya dia jam segini ngurung di kamar. Eh, ada cewek malah ke sini." "Suka-suka saya," kata Aiden membalas ucapan Kaila.  "Jangan ngeliatin kaya gitu, M--ma, eh, P--Pak ...." Hampir saja ia keceplosan memanggil Aiden, Mas di depan Kaila.  Aiden mengangkat alisnya. "Panggil Mas aja gak apa-apa," katanya dengan santai.  Seketika, tawa Kaila yang ia tahan pun meledak. "Hahahaha ... Astaghfirullah ... Kalian so sweet banget sih, panggilan apa itu?"  Aiden melihat kearah Deema, Deema mengambil kesempatan untuk mengungkapkan rasa kesalnya kepada Aiden dengan memutar bola matanya dengan malas.  "M--mas? Mas bakso?" Kaila tak henti-hentinya menggoda mereka berdua.  "Kaila bawel," kata Aiden yang sedikit tidak peduli. Itu hak dirinya dengan Deema.  "Hahahah ... Ya ampun ... Perut aku sakit, ketawa terus kalau sama kalian berdua." "Aiden memang sedikit posesif dan keras kepala, Deem. Jadi turutin aja apa mau dia, kalau enggak ngamuknya kaya macan tutul," kata Kaila, sambil menggambar alis Deema yang sudah terbentuk tapi itu.  "Oh ya?" Tanya Deema.  "Iya, Aiden kalau mau apa-apa harus di turutin. Dia gak suka penolakan atau apapun. Kamu tau? Dulu waktu sekolah SD, dia bilang sama bunda kalau gak mau di jemput. Bunda malah nyuruh supir buat jemput Aiden. Kamu tau apa yang terjadi? Pas pulang, ngamuk, ngelempar mobil bunda pake tanah basah dan dalem mobilnya sama dia di isi daun-daun kering. Aneh bangetkan?"  "Hah? Serius, Kak?"  "Ngarang," kata Aiden.  "Mana ada ngarang! Itu beneran kamu kaya gitu. Kemarin aja ayah nyuruh kamu pegang perusahaan cabang, kamu malah ngamuk gak makan satu Minggu gak ngomong ke bunda atau ayah atau aku. Iyakan?" "Kak ..." Ingat Aiden, ia tidak ingin keburukannya di lihat oleh Deema.  "Enggak apa-apa, kok. Setiap orang punya cara marahnya masing-masing. Setiap orang juga punya keras kepala dan egonya masing-masing," kini Deema yang melerai keduanya.  "Tuh denger ..." ucap Aiden yang membetulkan.  "Jadi panggilan sayangnya siapa? Mas kakang? Atau Mas Kanda? Hahaha ...." "Kak ...." Rengek Deema karena malu.  "Hahaha .. iya bercanda Deema." "Dia cemburu gara-gara aku panggil mas Riki, pakai embel-embel mas," kata Deema yang ingin membalas dendam kepada Aiden.  "Oh ya? Jadi dia mau di panggil Mas juga? Gitu? Ya ampun Aiden ...." "Hahaha ... Iya gitu. Katanya kalau dipanggil Pak, dia gak mau. Dia masih muda," lanjut Deema.  Orang yang sedang digosipkan itu pun hanya memainkan eyeshadow yang memiliki banyak warna itu. Ia baru pertama kali memegang benda ini dan melihatnya secara dekat.  "Aiden ... Rusak dong, masa di buka tutup, buka tutup gitu?"  "Aneh banget nempelin kaya gini di muka." "Ih, gak boleh gitu. Ini termasuk seni. Kamu aja yang enggak tahu." "Dandan yang cantik, nanti saya lamar," selesai mengucapkan itu, Aiden pergi menjauh untuk kembali menonton televisi.  Deema tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil.  "Cie ... Gak nyangka kamu semanis itu, Dek ... Hahahaha ... Udah jago gombal ternyata." Kaila yang sedang mendandani Deema pun jadi tak fokus karena kelucuan antara Aiden dan Deema. Ia kembali fokus agar cepat-cepat selesai, karena waktu sudah semakin malam, dan Deema harus pulang.  "Besok kamu datang jam delapan pagi aja ya, toko baru buka jam sepuluh ...." Deema pun mengangguk. "Iya, Kak. Besok aku datang tepat waktu." "Kamu selalu datang tepat waktu kok." Tak lama, make up itu pun selesai. Tak hanya sampai di situ, Deema suruh mencoba beberapa gaun milik Kaila dan beberapa kebaya.  Percobaan pertama, Deema dibantu oleh Kaila memakai gaun berwarna peach yang sangat cantik, sederhana namun masih terkesan mewah. Dengan bagian bawah yang mengembang, dan bagian bahu yang sedikit terbuka. Kaila memakai ini untuk dipadukan dengan jilbabnya. Tapi, karena Deema tidak memakai jilbab, di bagian bahunya pun sedikit terbuka.  "Masyaallah ... Cantik banget ... Gak mau tau, aku harus bikin studio dadakan. Kamu duduk dulu di sini, aku mau pasang background buat foto kamu." Tanpa mendengar persetujuan dari Deema, Kaila buru-buru lari keluar dari wardrobe-nya dan pergi untuk menyiapkan latar berwarna hitam.  "Aiden, bantuin." Kata Kaila sambil membawa-bawa sebuah gulungan berwarna hitam.  "Mau ngapain? Deema mana?" "Udah ... Jangan banyak protes. Ayo bantu." Aiden pun menaiki kursi, dan memasang background berwarna hitam ini di samping jendela kamar Kaila. Kaila pun menyiapkan kameranya dan tak lupa ia pun memasang beberapa lampu agar terlihat benar-benar di studio.  Di samping itu, Deema yang tengah duduk di dalam wardrobe, sedikit kesal karena menunggu terlalu lama. Ia pun kedinginan karena memakai baju seperti ini. Deema lebih baik keluar dan menghampiri Kaila.  Tak sengaja, ia melihat pantulan dirinya di cermin. Ia tak sadar jika yang berdiri itu adalah dirinya. "Wah, Gue cantik banget ...." Dengan senyum lebar, sambil mengangkat gaunnya yang sedikit panjang, ia pun berjalan keluar dari wardrobe.  Bunyi sebuah benda terjatuh, terdengar di telinga Kaila dan Deema. Ternyata itu perbuatan Aiden yang menjatuhkan besi pengait background. Ia terkejut karena melihat Deema yang keluar dari arah sampingnya.  "Kenapa?" Tanya Deema yang terheran melihat Aiden menatapnya seperti itu.  "Ya ampun Aiden ... Kamu kenapa? Awas demam gara-gara baru liat cewek cantik," Kaila kembali menggoda Aiden.  Aiden pun menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mengapa ia menjadi salah tingkah seperti ini? Melihat Deema yang berjalan seperti layaknya putri kerajaan dengan menggunakan gaun yang sangat indah. Deema pun dipakaikan sebuah mahkota kecil oleh Kaila, menjadikan Deema benar-benar seperti seorang putri kerajaan.  "K--kak ... Enggak ada baju yang lain?" Tanya Aiden yang melihat pundak Deema terlihat jelas, dan punggung putih mulus itu pun menjadi sedikit terlihat.  "Enggak ada! Di suruh keluar malah masih di sini. Diem enggak usah protes. Panggil Bunda sana, dia pasti seneng liat Deema kaya gini. Ini hasil make up aku, yang kamu ledek tadi." Aiden pun berjalan mundur untuk keluar dari kamar Kaila dan memanggil Bundanya. Berjalan mundur, tetapi matanya masih tak henti melihat kearah Deema. "Aiden! Bener-bener ya!" Kata Kaila yang melihat Aiden terus saja melihat kearah Deema.  Deema hanya bisa tersenyum kegelian melihat Aiden yang sangat lucu di matanya. "Ayo, kamu diem di situ, gak perlu pose dulu. Aku mau ambil muka kamu, senyum ya, agak serong dikit." Deema mendengar intruksi dari Kaila. Ia tersenyum kearah kamera yang sedang di kendalikan oleh Kaila. "Satu, dua, tiga ..." Layaknya di studio, kamera Kaila sudah di lengkapi lighting yang lengkap. "Wah ... Cantik banget Deema ... Aku gak salah pilih model. Kamu jadi model toko aku aja ya." Deema menggeleng. Di puji bukannya senang, Deema malah sedikit malu. "Enggak, Kak. Kamu lebih-lebih cantik dari pada aku." "Tapi, aku suka banget. Kamu cantik habisnya. Aaaa ... Aku seneng banget hari ini, akhirnya bisa bikin orang jadi secantik putri raja." Kaila terus memuji Deema.  "Kak Kaila bisa aja deh ... Ini semua juga berkat Kakak yang bikin aku kaya gini." "Iya, Deema. Nanti kalau waktunya banyak kita bikin lagi ya. Channel aku pasti rame. Modelnya cantik soalnya." "Oke, sekarang aku ambil setengah badan ya, kamu bisa gaya." Deema dengan percaya diri yang ia punya, ia pun bergaya di depan kamera dengan sangat lancar. Dulu, ketika ia masih tinggal bersama neneknya, di sekolah dasar, Deema selalu di ajak lomba menjadi model di sekolahnya. Neneknya yang memodali semuanya, neneknya yang mengajarkan ia masak dan segala rupanya. Dan semenjak masuk SMA neneknya itu pergi meninggalkan Deema untuk selamanya, dan bisa dilihat jika ia menjadi hancur seperti ini tanpa nenek dari ibunya.  "Masyaallah ... Itu siapa?" Yara datang sambil menggandeng Aiden. Ia menutup mulutnya di saat melihat Deema yang tengah berpose dengan sangat lancar.  "Cantik banget kan, Bun?" Tanya Kaila.  Deema tersenyum manis di sana. "Iya, cantik banget. Masyaallah ...." Yara tersenyum sambil melihat kearah Aiden. "Terimakasih, Bunda. Bunda lebih cantik." "Kamu yang rias, Kak?" Tanya Yara.  "Iya, Bun. Aku masih bisa rias orangkan?" Kata Kaila.  "Iya, kamu perlu Deema deh buat jadi model toko kue kamu."  "Baru aja Kaila tadi bilang, tapi Deema nolak dia gak mau." "Iya, jangan." Kini Aiden berbicara.  "Loh. Kok jangan?" Tanya Kaila.  "Video tadi juga jangan di post di manapun. Apalagi foto ini," lanjut Aiden sambil menatap lurus kearah Deema.  "Aku rias Deema buat YouTube aku. Loh ...." "Enggak. Aku enggak izinin, apalagi bajunya kaya gitu." Yara dan Kaila yang sudah tau maksudnya pun menahan tawa mereka. "Iya, Kak. Kalau mau jadi model kamu, suruh pakai baju yang tertutup." "Iya, Bunda ... Ini cuma percobaan." "Kamu mau fotonya? Takutnya kamu mau post di insta--" "Enggak ada post-post," Aiden yang menjawab.  "Tuh. Bund. Anaknya posesif banget," kata Kaila.  Deema pun keluar dan menghampiri mereka. Ia sangat silau terkena lampu yang besar-besar ini.  "Kamu cantik banget," Yara menghampiri Deema sambil memegang kedua lengan Deema.  Deema hanya tersenyum. "Sini. Kameranya," Aiden mengambil alih kamera yang di pakai oleh Kaila.  "Ih. Mau apa?" Ia melihat Aiden mengambil memori kamera tersebut.  "Buat jaminan kalau enggak ada yang boleh liat foto ini." "Hahaha ..." Deema, Kaila dan Yara tertawa bersama, melihat ekspresi kesal Aiden yang tak setuju jika foto Deema diunggah ke internet.  "Dia takut ada yang suka sama calon istrinya ini," kata Yara.  "Bunda ... Aku malu," kata Deema berterus terang.  "Enggak apa-apa, jangan malu-malu ya ...." "Jangan di hapus, aku minta satu foto Deema," kata Kaila memberitahu Aiden.  "Aku kasih kalau kamu janji enggak bakal post." "Iya, Aiden ... Ya ampun." "Nanti aku kirim." "Tuh, keenakan dia, Bunda. Jadi bisa ngeliat pacarnya terus-terusan," ucap Kaila yang kembali mengundang tawa.  Ah, Deema suka berada di keluarga seperti ini. Hatinya pun mulai merasakan sesuatu yang berbeda jika di dekat Aiden. Ia merasa nyaman dan tenang. Deema baru sadar, jika beberapa hari ini ia sangat tenang tanpa suara hujan yang harus dia dengar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN