17. Keluarga baik

1891 Kata
"Assalamualaikum warahmatullah ... Assalamualaikum warahmatullah ...." Deema mencium tangan Yara dan Kaila bergantian. Ia pun menyatukan kedua tangannya di depan pada saat bersalaman dengan Aiden dan Farid. Mereka baru saja melaksanakan shalat Maghrib berjamaah, yang diimami oleh Farid, ayah dari Aiden. Deema mengangkat kedua tangannya, kali ini Aiden yang memimpin untuk berdoa. Ia mengamini semua ucapan-ucapan atau doa-doa dari Aiden. Deema merasa senang dan tenang berada di dalam keluarga ini. Keluarga yang hangat dan harmonis serta sudah terjamin hidupnya. Dari belakang sini, ia bisa melihat punggung tegap Aiden yang tengah menghadap kiblat. Sungguh sangat-sangat mempesona. Deema mencoba mengesampingkan pikiran-pikirannya tentang hubungannya dengan Aiden. Ini baru permulaan, Deema ... Arahmu dengan Aiden belum jelas. "Alhamdulillah ... Kita langsung makan malam aja ya, Yah?" Tanya Yara sambil meminta persetujuan dari suaminya. "Iya, kita langsung makan malam saja." Aiden dan Farid keluar terlebih dahulu dari mushola. Mushola ini sangat cantik, dengan desain yang megah serta luas. Mushola di rumah Aiden berada di lantai satu, berdekatan dengan jalan menuju pintu taman. "Bunda, aku simpan di lemari atas ya," kata Deema yang menyimpan alat shalatnya. "Iya, Nak. Simpan saja di situ. Ayo, kita langsung makan." "Kamu betah-betah ya di sini, aku seneng banget punya temen buat ngobrol," ucap Kaila yang saat ini menggandeng Deema untuk berjalan menuju ruang makan. Dari arah belakang, Yara pun menyelipkan tangannya di lengan kanan Deema. "Iya, sering-sering juga ke sini. Biar kita bisa nyalon bareng nanti, iyakan, Kak?" Tanya Yara. "Iya, bener banget, Bun. Ah ... Aku jadi seneng ...." Deema tersenyum lebar. Ternyata ia di perlakukan sangat-sangat baik di sini. Ia tidak menyangka hidupnya berubah drastis sesudah ia bertemu dengan Aiden. "Duduk, Deem, sebelah aku," kata Kaila yang mempersilahkan Deema untuk duduk. "Eh, aku aja, Kak." Kata Deema yang tidak enak hati, karena Kaila mempersiapkan dirinya sebuah kursi makan. "Enggak apa-apa ... Duduk aja," kini Farid yang berbicara. Deema tersenyum malu, ia pun duduk di sebelah Kaila, dan berhadap-hadapan dengan Aiden. Ia sedikit tersipu malu, karena Aiden terus menatapnya sejak tadi. "Bunda ... Aiden tuh, goda terus Deema ..." ucap Kaila, mengadu seperti anak kecil. Ia melihat tatapan tajam Aiden, membuat Deema yang sedang berada duduk disebelahnya menjadi sedikit malu dan ragu. "Aiden, jangan di goda terus pacarnya," ingat Yara, membuat Deema semakin tidak enak hati. "Namanya juga orang kasmaran. Dulu, aku juga sering liatin kamu," ucap Farid yang ingin membela anak laki-lakinya itu. Deema hanya bisa tersipu malu, dan menunduk. "Nih, makan ya yang banyak, biar semakin tumbuh jadi anak cantik," ujar Yara sambil memberikan Deema satu piring nasi. Deema tersenyum. "Terimakasih, Bunda ...." "Di makan ya, jangan malu-malu," kata Kaila yang mengambilkan Deema beberapa lauk untuk di makan. "Ayah, ini seafood buatan Deema loh ... Dia jago masak sama kaya Bunda dan aku," kata Kaila yang mengenalkan seafood buatan Deema. "Oh ya? Coba Ayah cicipi ya ...." Yara mengambilkan beberapa udang dan kerang untuk Farid makan. "Gimana enakkan?" Tanya Yara. "Emm ... Enak banget. Enak," puji Farid sambil menatap kearah Deema. Yara dan Kaila pun ikut tersenyum kearah Deema. "Hehehe ... Terimakasih, Yah ... Itu masih belajar." "Ambilkan." Tiba-tiba, Aiden memberikan Deema mangkuk kecil kosong, Deema bingung dengan perintah yang Aiden berikan. Ia pun menerima mangkuk kecil kosong itu dengan lembut. "Mau sayur?" Tanya Deema. Aiden menggeleng. "Mau ini?" Tunjuk Deema kearah mangkok seafood. Aiden pun mengangguk. "Yaelah ... Manja bener biasanya aja langsung sikat," sindir Kaila yang mendapat pelototan dari Aiden. Sama seperti Yara, Deema pun mengambilkan Aiden beberapa jenis kerang, udang, jagung, dan kepitingnya. "Kamu bisa buka cangkangnya?" Tanya Deema. "Kamu bisa?" Kini Aiden yang bertanya. Deema mengangguk, ia membuka tempurung kepiting, lalu membelah badan kepiting menjadi dua. Tak lupa, ia pun memecahkan capit kepiting yang besar itu. Menggunakan alatnya. "Di lihat dulu, takut ada cangkang kecil di dalam dagingnya," kata Deema sambil memberikan mangkok itu di hadapan Aiden. Yara, Farid dan Kaila tersenyum senang melihat interaksi antara Aiden dan Deema yang sangat manis itu. "Aiden memang manja, Deem. Jadi kamu harus kuat-kuat ya," kata Yara. "Iya, Bunda," jawab Deema seadanya. Ia bersikap seperti ini karena dirinya sudah terlanjur dikenalkan sebagai kekasih Aiden. Dan Deema pun ingin mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Aiden dan Kaila karena sudah menolong dirinya keluar dari jalan abu-abu kehidupan. "Gimana? Ayam buatan Bunda enak gak?" Tanya Yara bertanya kepada Aiden. "Enak, Bund. Masakan Bunda gak ada tandingannya." "Oh ya? Kalau Deema yang jago masak itu jadi istri kamu gimana? Bunda masih juara gak?" Mendengar pertanyaan itu, refleks Aiden langsung melihat kearah Deema yang hendak menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya. Deema pun menahan sendok itu untuk masuk kedalam mulutnya, ia pun menatap Aiden dengan bingung. "Aa--emm ... Tetep Bunda yang juara." Kata Aiden yang tidak ingin mencari masalah. "Bener Bunda yang juara? Dari tadi aku liat, kamu cuma makan seafood sama perkedel kentang buatan Deema loh, makan ayam buatan Bunda aja cuma satu ... Jangan percaya omongan Aiden, Bund. Dia pencitraan." Ekspresi Aiden sedikit terkejut. Ia tidak tahu jika semua masakan yang sedang ia makan ini adalah buatan Deema. Aiden hanya bingung harus memakan apa karena di sini banyak sekali menu yang tersaji. Dan Aiden melihat ada perkedel kentang kesukaannya, ia pun dengan senang hati memakan itu. "Oh ya?" Tanya Aiden dengan sedikit khawatir dan terkejut. "Iyalah ... Kamu gak tau itu siapa yang masak? Deema tau." Farid dan Yara tertawa kecil melihat Aiden yang kebingungan. "Maaf, Bunda. Aku makan semuanya," katanya yang sekarang mengambil semua lauk yang tersedia. Yara mengusap punggung Aiden yang ada di sebelahnya. "Enggak apa-apa, Bunda cuma bercanda. Kalau kamu suka bagus dong, kamu pilih istri yang kaya gitu, biar ada yang ngasih kamu asupan makan enak." Deema kembali tersipu malu, berdiam bersama keluarga Aiden di sini, membuat perutnya terus tergelitik geli. Berbarengan dengan Aiden yang kembali melihat kearahnya, Deema semakin salah tingkah. "Yasudah ... Kita lanjut lagi makannya. Ini belum seberapa ... Bunda kamu nyiapin dessert yang banyak banget. Ayah sampe bingung mau makan yang mana." Mereka pun kembali melanjutkan makan malam mereka. Dengan obrolan yang di d******i oleh Kaila, Yara dan Deema. Sesekali mereka tertawa karena mengobrol tentang hal yang sangat lucu. Yara pun menceritakan sepenggal kisah Aiden dulu, sewaktu kecil yang membuat Deema tertawa dan Aiden sangatlah malu. Beberapa belas menit berlalu, Deema membantu asisten rumah tangga Yara, untuk membersihkan bekas makan malam mereka. Dan menyiapkan makanan penutup untuk mereka nikmati. Ada banyak sekali buah-buahan yang sudah di potong dan di susun dengan cantik. Tak hanya itu, Yara pun membuat pudding, cake-cake kecil, dan beberapa jus. "Kamu ternyata anak murid Aiden?" Tanya Farid yang tiba-tiba bertanya kepada Deema. Deema langsung mengangguk, untuk membenarkan ucapan Farid. "Iya, aku murid dari Pak Aiden." "Hahaha ... Cocok banget dipanggil bapak-bapak," ledek Kaila sambil menjulurkan lidahnya. Aiden yang kesal karena Kaila terus saja mengompori dirinya, ia pun melemparkan tissue yang sudah ia bulat-bulat kearah Kaila. "Ih, pak guru ngasih contoh yang gak baik," kata Kaila sambil merengek. "Jangan di contoh ya, Deem. Dia memang agak miring dikit otaknya," lanjut Kaila. "Otak kamu yang gak ada setengah." "Kalau otak aku gak ada setengah mana bisa aku hidup." "Bisa. Buktinya kamu." "Begitulah, Deem. Mereka sudah dewasa pun masih seperti anak kecil," Deema tersenyum membalas ucapan Yara. "Aiden kalau ngajar di sekolah gimana? Suka tebar pesona ya?" Deema melirik sekilas kearah Aiden yang tengah menikmati buah melonnya. Ia pun menggeleng. "Pak Aiden galak kalau di sekolah. Dia suka ngerazia anak-anak." "Hah? Serius? Wah, killer banget kamu jadi guru. Gak baik tau buat mental siswa," Kaila kembali mencari masalah dengan Aiden. "Iyalah dia mandang aku galak, dianya yang bandel." "Ha? Enggak kok, Pak Aiden aja yang gak ada kerjaan jagain siswa di depan gerbang," balas Deema tak ingin kalah. "Oh ya? Dia itu caper, Deem. Bukan semata-mata buat ngerjain tugasnya." "Jangan sampai nilai penjaskes kamu saya remedi--" "Eh-eh iya, Pak. Maaf ya ampun ... Hehehe ...." Deema tersenyum manis dihadapannya membuat jantung Aiden kembali berdegup dengan cepat. .... "Deema ... Mau jadi model make up aku gak? Aku udah lama gak dandanin orang. Selagi ada kamu mau gak aku dandanin." Saat ini, Kaila, Aiden dan Deema tengah duduk di ruang keluarga. Yara pergi ke dalam kamarnya untuk membantu Farid menyelesaikan tugas kantornya. Deema yang tidak tahu harus menjawab apa, ia pun melirik ke arah Aiden. Aiden yang merasa ada yang memperhatikannya, ia pun melihat kearah Kaila. "Udah, Kak. Enggak usah macem-macem nanti dia nangis." Deema menggeleng. "Enggak kok, Kak. Aku mau di dandanin sama kamu." Kata Deema yang setuju. "Serius? Yes!" Dengan semangat yang besar, Kaila menggandeng Deema untuk berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Melewati tangga yang sangat panjang, dan harus berjalan menuju ujung lantai ini, akhirnya mereka sampai di depan kamar Kaila. "Silahkan, masuk ...." Kaila membukakan pintu untuk Deema. "Ayo, aku ajak kamu liat-liat koleksi aku." Deema begitu takjub dengan isi kamar dari Kaila. Kamar yang sangat luas ini di d******i oleh warna pink muda bercampur dengan putih. Kamar ini sangat cantik dan manis. Dengan peralatan kamar yang lengkap serta di isi oleh lemari-lemari besar yang katanya berisi koleksi Kaila. "Wah ... Kamarmu bagus banget, Kak ...." "Kamu suka gak? Kalau kamu suka, kamu tidur di sini aja bareng aku. Aku suka kesepian loh ...." "Ayo kita ke wardrobe, aku punya banyak banget barang yang aku beli tapi gak aku pakai. Kamu pasti suka. Semua barang-barangnya masih bagus dan baru, aku cuma mau beli aja tapi gak mau pakai." Deema sungguh iri dengan kehidupan Kaila yang sangat mewah ini. Lemari yang dipenuhi oleh baju-baju mahal terpampang jelas di matanya. Tak hanya itu, lemari-lemari lain pun terisi oleh koleksi sepatu, hijab, celana, parfum jam tangan bahkan masih banyak lainnya. "Kamu, mau apa? Ambil aja. Ini mubazir banget buat aku." "Kak Kaila gak pusing pakainya gimana?" Tanya Deema. "Hahaha ... Justru itu, aku pusing banget." "Aku pilihin buat kamu ya ...." Kaila memilihkan Deema beberapa celana jeans yang ia beli tapi tak terpakai, beberapa terusan, kaos, outwer, baju muslim, jilbab dan bahkan jam tangan serta sepatu. "Hah? Banyak banget, Kak ...." "Enggak apa-apa. Kamu punya adik atau kakak?" "Aku punya adik satu, perempuan kelas sembilan SMP." "Nah! Kebetulan banget. Aku punya banyak baju tidur lucu-lucu, dia pasti suka. Sini-sini," Kaila sangat antusias membongkar wardrobenya untuk memberikan sebagian barang yang tak terpakai namun masih layak untuk Deema. Semua barang yang diberikan kepada Deema hampir baru, bahkan masih ada merk serta bandrol harganya. Paling-paling, Kaila hanya memakainya satu atau dua kali sesudah itu tertumpuk di dalam lemari. "Katanya mau makeup-makeup ..." Aiden datang dengan wajah tanpa dosa. "Ih, ngapain masuk ke sini! Kalau lagi ada yang buka baju gimana?" Kesal Kaila yang melihat Aiden tengah berdiri menjulang di dekat mereka. "Tapikan gak ada yang ganti baju." "Haduh ... Yaudah, kamu bantuin Deema masuk-masukin ini ke dalam tas besar itu. Aku punya banyak baju baru buat dia, buat adiknya juga." "Kok yang bekas ...." "Bukan bekas, Aiden ... Ini baru, enggak aku pakai. Cuma di timpuk di dalam lemari," kata Kaila dengan sabar. "Makanya, gak usah belanja tiap Minggu. Kamu sendirikan yang repot." Aiden kini membantu Deema memasukan baju-baju mahal itu kedalam sebuah tas besar. "Biarin. Sekarang ada Deema ini yang mau baju-baju aku. Wle ...." "Sesudah ini, kamu masih mau di make up kan? Please ..." Kaila yang banyak berbicara itu memohon kepada Deema. Deema tersenyum dengan lembut. "Iya, Kak Kaila ... Aku mau kok ...." "Yes! Yes! Yes!" "Awas kalau bikin calon istri aku kaya badut." Deema membelalakkan matanya kearah Aiden.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN