Deema berjalan masuk ke dalam rumahnya yang sepertinya kosong tidak ada orang. Ia masuk ke kamar ibunya untuk mencari dimana ibunya berada, tapi tidak ada. Di kamar Ratu pun ibunya tidak ada. Kemana perginya Ratu dan Kinanti?
''Ibu? Ratu?'' Deema mencari di dapur, tetap tidak ada.
''Hmmm ... Kira-kira kemana ya? Sore-sore gini. Mana hujan gerimis lagi. Mereka paket payung gak ya?''
Entah mengapa, akhir-akhir ini Deema selalu mencemaskan keluarganya. Tapi tidak dengan ayahnya, Yoseph. Kini ia tidak peduli dengan dimana keberadaan Yoseph, kabarnya dan lain-lain yang menyangkut ayahnya yang tak bertanggung jawab itu. Sungguh, Deema tidak peduli.
Lebih baik ia masuk ke dalam kamarnya untuk merebahkan tubuhnya yang lelah.
''Sebentar lagi makan malam sama Mas Aiden. Jadi deg-degan ...'' teringat akan janjinya dengan Aiden, ia pun menjadi tersipu.
''Pake baju apa ya? Gue gak punya baju lagi.'' Gumam Deema.
Ah, Deema baru teringat dengan benda besar yang baru saja ia bawa, yang katanya itu adalah pemberian dari Aiden.
Deema menyalakan lampu kamarnya, ia pun mengambil kotak itu dari tempatnya. Lalu menyimpan kotak yang cukup besar itu di atas kasurnya.
''Apa ya ini kira-kira? Mas Aiden aneh-aneh aja.''
Tidak ingin rasa penasarannya menjadi-jadi, Deema pun segara membuka kotak besar itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada empat kotak sedang di dalam kotak besar itu.
Dengan senyumnya, Deema pun membuka kotak-kotak itu. ''Ya ampun Mas Aiden ... Baik banget ....''
Ketiga kotak sedang itu ternyata berisi baju perempuan, dan satu kotak lainnya berisi pernak pernik perhiasan, seperti bando mutiara, gelang dan lainnya.
Jujur saja, Deema sangat-sangat senang melihat benda-benda yang diberikan oleh Aiden ini.
Deema baru tersadar jika di dalam kotak perhiasan itu ada sebuah surat yang bertuliskan ; 'Ini buat kamu, adik perempuan kamu, dan ibu kamu. Sampai jumpa nanti malam, cantik.'
Surat sederhana yang membuat kesan mendalam di hati Deema. Deema yang tak sabar, memilih untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Aiden. Rasa senangnya tidak bisa di tutupi lagi.
Setelah menemukan nomer Aiden, ia pun segera menekan log panggilan.
Tak lama, telponnya pun terangkat.
''Mas ....''
''Hm? Tumben telpon? Ada apa, Deem?''
Deema memajukan bibirnya. Kok reaksi Aiden seperti inu, ketika di telpon olehnya.
''Memangnya kenapa? Aku gak boleh telpon kamu?''
Deema bisa mendengar suara tawa Aiden di sana.
''Boleh ... Boleh, sayang.''
''Emmm ....''
Ucapan Deema terhenti karena sangat ragu untuk mengucapkan terimakasih kepada Aiden. Bukan ragu, hanya sedikit gengsi dan sedikit malu.
''Oh iya, kamu sudah pulang?''
''Sudah, Mas? Aku telpon kamu ganggu gak? Kalau ganggu kamu kerja matiin aja, Mas.''
''Bagus kalau sudah pulang. Enggak ganggu, saya lagi nunggu kopi datang.''
''Kamh sudah terima kotak dari Kak Kaila?''
Akhirnya, Deema punya kesempatan untuk mengucapkan terimakasih kepada Aiden. Karena Aiden yang menyinggungnya terlebih dahulu.
''I--iya, sudah, Mas. Aku baru aja buka kotaknya. Banyak banget hadiahnya.''
''Kamu suka?'' tanya Aiden dengan suara lembut andalannya.
''Suka, Mas. Terimakasih banyak ya.''
''Iya, sayang. Bagus kalau kamu suka.''
''Emm, Mas ....''
''Kenapa?''
''Eh enggak apa-apa deh. Hehehe ....''
''Kangen ya? Sabar ya, nanti malam kita ketemu.''
''Aish. Apaan sih, kamu kali yang kangen aku.''
''Iya, kangen banget. Di sini enggak ada hiburan yang bikin ketawa kaya kamu.''
Ah ... Tidak akan ada seorang wanita yang menyia-nyiakan orang baik, tampan, sopan, sabar dan mapan seperti Aiden ini. Jika memang jodohnya, Deema akan terus menjaga Aiden dengan sepenuh hatinya.
''Tuhkan ... Kamu yang kangen aku. Sabar ya, Mas. Nanti kita ketemu. Hahaha ...'' kata Deema sambil berbisik.
''Hahaha ... Iya, sayang. Jangan lupa dandan yang cantik banget ya.''
''Mas ada-ada aja deh. Cuma makan malam aja masa harus dandan.''
''Harus, sayang. Ingat jam tujuh malam aku sampai di depan rumah kamu.''
''Iya, Mas ganteng. Udah dulu ya, aku mau mandi dulu. Kamu semangat kerjanya.''
''Iya, Deema.''
''Bye, Mas ....''
Deema langsung menutup ponselnya, dan langsung memeluk ponselnya karena merasa sangat-sangat gembira hari ini.
Tak lama, suara pintu terbuka terdengar di telinga Deema. Deema pun bisa mendengar percakapan antara Ratu dan Kinanti.
''Ibu? Ratu? Sini ...'' panggil Deema dengan suara yang sedikit kencang agar ibu dan adiknya itu dengar.
''Ah, itu suara Kak Deema, Bu. Berarti sudah pulang.''
Ratu dan Kinanti pun dengan cepat menghampiri Deema.
''Ibu, habis dari mana? Kok enggak ada di rumah? Di luar hujan loh, kita kan gak punya payung ...'' Deema langsung memberikan beberapa pertanyaan kepada ibunya yang baru saja datang.
Kinanti pun tersenyum, ia sangat senang melihat Deema yang semakin tumbuh menjadi orang baik. ''Ibu habis antar Ratu ngerjain beberapa tugas ke tempat orang yang suka menyewa komputer.''
''Ya ampun ... Kenapa harus pas lagi hujan-hujan gini?'' kini Deema bertanya kepada Ratu, adiknya.
''Tadi enggak hujan kok, Kak waktu kita berangkat. Lagian aku punya payung, dapet dari sekolah.''
''Ibu gak kehujanankan?'' tanya Deema.
''Enggak, Deema. Ibu pakai payung dengan Ratu.''
''Bagus kalau gitu. Kalian sudah makan? Aku bawa kue dari toko, kuenya masih bagus-bagus dan enak kok. Aku simpan di lemari makanan.''
''Wah. Aku suka banget makan kue di toko tempat kerja Kak Deema. Enak-enak. ''
''Lain kali, mau Gue ajak ke sana?'' tanya Deema.
Dengan semangat Ratu pun mengangguk. ''Mau banget, Kak.''
''Nanti ya, kalau ada waktu senggang.''
''Oh iya, ini, Bu ... Mas Aiden ngasih Ibu dan Ratu baju buat di pakai malam nanti.''
Deema pun memberikan masing-masing kotak itu kepada ibu dan Adiknya.
Lagi-lagi, Kinanti dan Ratu terkejut melihat baju mahal yang ada di dalam kotak itu. Baju berwarna drak grey itu terlihat sangat mewah. Warna baju Ratu dan Kinanti sama, namun berbeda dengan baju Deema yang berwarna biru muda. Deema tidak tahu alasan Aiden yang selalu memberikannya baju yang berwarna biru seperti ibi.
''Ya Allah ... Pacar kamu baik banget. Ibu harus banyak-banyak terimakasih sama dia.'' Kinanti mengambil baju itu dan mencoba mengukur baju berwarna drak grey itu di tubuhnya. Ternyata bajunya pas, tidak kebesaran dan tidak kekecilan. Seperti baju ini memang sudah di khususkan untuknya.
Sama seperti ibunya, Ratu pun mencoba dress cantik itu di tubuh kecilnya. Sangat cocok dan cantik.
Deema tersenyum melihat adiknya Ratu yang sangat cantik menggunakan dress itu.
''Nanti malam di pakai ya. Biar Mas Aiden tau.''
''Pasti Ibu pakai.''
....
Malam hari, tepat pukul 19:00 ada sebuah klakson mobil yang terdengar di telinga Deema, Kinanti dan Ratu.
Deema sangat yakin jika itu adalah Aiden. Dengan cepat, Deema memakai anting yang dibelikan oleh Aiden di telinganya, dan mengambil tas putih berukuran kecil yang sudah ia sediakan.
''Sudah? Rat? Bu?'' tanya Deema.
''Sudah selesai, Nak.'' Ucap Kinanti. Saat ini ia memutuskan untuk memakai jilbab agar uban-uban yang sudah tumbuh di rambutnya tidak terlihat. Ia pun sedikit diberi make up oleh Deema di wajahnya. Kinanti saat ini terlihat lebih fresh dan cantik.
Deema pun mengajak ibu dan adiknya untuk keluar rumah, dan bertemu dengan Aiden.
Deema mengeluarkan senyumnya di saat Aiden sudah menunggu tepat di depan pintu rumahnya. Sama seperti Deema, Aiden pun tersenyum dengan sangat lebar.
Deema kagum melihat Aiden yang sangat tampan malam ini, dengan kameja biru dan jas hitamnya membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
''Mas, ini Ibu, ini Ratu adik aku.'' Deema memperkenalkan Kinanti dan Ratu kepada Aiden.
Aiden pun tersenyum, dan langsung menyapa Kinanti ''Saya Aiden, Tante ....'' sapa Aiden, sambil mencium tangan Kinanti.
''Ya ampun Deema ... Kamu pacaran sama pangeran ganteng kaya gini kok baru di kenalin sama Ibu?'' kata Kinanti bermaksud untuk memuji Aiden.
Aiden pun hanya tersenyum membalas perkataan Kinanti. Tak lupa, Ratu pun turut memperkenalkan dirinya.
''Aduh ... Saya jadi malu kamu menghampiri ke gubuk saya seperti ini.''
''Tidak apa-apa, Tan. Saya senang bisa berjumpa dengan Tante.''
Senyumnya tak pernah lepas dari bibir Aiden. Aiden memberi kode kepada Deema untuk langsung masuk menuju mobil.
''Mas? Langsung masuk?'' tanya Deema.
''Iya, mari. Di luar dingin, kita masuk ke dalam mobil saja.''
Kinanti dan Ratu mengangguk, mereka langsung berjalan menuju mobil Aiden yang sudah menyala.
Dengan sopan, Aiden membukakan pintu mobil untuk Kinanti dan Ratu. ''Hati-hati, Tante. Tante bisa? Ratu bisa?''
''Bisa, Kak.'' jawab Kinanti yang masih sangat canggung.
''Gimana, Tan? sudah nyaman?'' tanya Aiden takut jika Kinanti tidak nyaman diam di dalam mobilnya.
''Sangat nyaman.'' ucap kinanti dengan senyumnya.
Aiden pun membalas senyum Kinanti, lalu menutup pintu mobil. Dan sekarang, giliran Aiden membukakan pintu mobil untuk Deema.
Sebelum membuka pintu mobil bagian depan, ia terlebih dahulu memperhatikan kekasihnya dari atas hingga bawah. Deema yang diperhatikan seperti itu oleh Aiden menjadi salah tingkah.
''K--kenapa, Mas? Dandanan aku aneh banget ya?''
''Cantik. Saya suka.''
Aiden pun membukakan pintu mobil untuk Deema, dan tangan kanannya siap siaga untuk melindungi kepala Deema agar tidak terbentur dengan bagian atas mobil.
''Terimakasih, Mas ...'' ucap Deema di saat Aiden menutup pintu mobilnya.
Aiden pun segara masuk ke dalam mobilnya. Mobil melaju, mengantarkan mereka ke sebuah restoran mewah yang sudah Aiden sewa hanya untuk acara makan malamnya kali ini.