Rania berdiri kaku bagaikan tiang listrik bertegangan tinggi. Sekujur tubuhnya menegang, keringat dingin semakin mengucur deras di setiap celah dari bagian tubuhnya, terutama dari dahinya yang terus berkerut. Rania tak menyangka, sosok yang tak seharusnya ada di hadapannya, sosok yang ingin ia lupakan dari dalam pikiran dan kehidupannya, tiba-tiba muncul di depan matanya dengan membawa aura menakutkan. Rasanya Rania seperti didatangi malaikat pencabut nyawa yang bersiap merenggut nyawanya dalam satu kali tarikan napas. Kedatangan Rehan secara tiba-tiba telah berhasil menciptakan ketakutan begitu besar dalam diri Rania, sampai-sampai bola mata wanita itu nyaris copot dari tempatnya. Karena sejak beberapa detik yang berlalu dengan cepat, wanita itu masih saja terpaku di ambang pintu, menata