Kayna terbengong-bengong beberapa saat, matanya terkunci pada sosok Rania yang sedang mondar-mandir di depannya kayak setrikaan konslet. Ditambah mulutnya yang terus berbicara tanpa rem, mencerocos seperti rapper. Kayna sendiri sampai pusing mendengar celotehan Rania yang bersungut-sungut menyumpah serapah seseorang yang ia sendiri pun tidak tahu untuk siapa sumpah serapah tersebut. "Kayna, kamu dengerin aku nggak sih?" Rania berbalik menghadap Kayna——yang melongo——sambil berkacak pinggang dengan wajah penuh emosi. Guratan amarah masih tercetak jelas di wajah Rania, sorot matanya yang kesal dan emosi menggebu-gebu, seolah ia sudah sangat siap untuk membunuh orang yang sedari tadi diumpati namanya. "Kayna!" "Hah?" Kayna menyahut. "Apaan, kamu ngomong apaan?" Bukannya memberikan jawaban y