Pesan

2047 Kata

Rania keluar dari kamar, setelah menyelesaikan mandi dan mengganti pakaiannya dengan piyama satin lengan panjang, ia menghampiri Kayna yang duduk merenung di meja makan. Terlihat tangan sahabatnya itu masih mencengkram erat secangkir kopi yang sempat Rania buatkan tadi, berharap Kayna akan kembali rileks setelah meminumnya. Tapi ekspetasi selalu tak berjalan sesuai harapan, alih-alih rileks Kayna malah tampak semakin tegang dengan sorot mata kosong dan tangan yang berpotensi menghancurkan cangkir kopi tersebut. Rania menghela napas panjang, menggeleng prihatin dengan kondisi sahabatnya. Walau ia masih bingung dan juga tak mengerti, kenapa Kayna bisa bereaksi sejauh ini hanya karena jawabannya tadi. Rania tak bermaksud ingin membuat Kayna jantungan, ia hanya menjawab sesuai fakta atas per

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN