"Bagaimana Rania, kamu setuju? Atau kamu lebih suka opsi kedua, saya enggak keberatan kok," ucap Rehan, menunggu jawaban Rania atas tawarannya. Tapi sayanya keberatan! Jerit Rania dalam hati tanpa berani ia realisasikan. Bibirnya terlalu kelu, seolah mulutnya kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan kata-kata penolakan terhadap ide Rehan yang menurutnya cukup gila. Ya begitu gila jika ia menerima tawaran menjadi asisten pribadi lelaki itu, mengingat tindakan lelaki itu tadi malam dan tadi siang. Apalagi dengan opsi lain menjadi istri. Seriously? Apa laki-laki itu sudah tidak waras? Mereka baru bertemu beberapa kali, mengenal pun baru-baru ini, tapi dengan mudahnya memberikan tawaran menjadi istrinya. Apa semudah itukah orang berduit mencari pendamping hidup? Apa di mata mereka pernikahan