Setelah gelap, kini dering ponsel jadi hal kedua yang paling Rania benci. Dering ponsel sialan yang sudah membuyarkan segala angan-angan indahnya, menghentikan secara paksa sentuhan-sentuhan lembut tangan Rehan dan merenggut ciuman yang sudah membuatnya melayang. Gara-gara dering ponsel sialan tersebut, Rania terpaksa merelakan semua kenikmatan yang sempat ia cicipi. Ia buru-buru mengancingkan kancing kemejanya yang sudah terlepas, membenahi penampilannya secepat mungkin seraya menahan panas membakar pipinya. Juga menahan gejolak menggebu-gebu dalam d**a yang batal disalurkan dan semuanya gara-gara dering ponsel terkutuk. Sementara Rehan yang sudah tidak mengenakan kemejanya segera meraih ponsel di atas meja. Ia berdecak kasar saat melihat nama Leon muncul pada layar ponselnya. Dalam ha