"Apa ini cukup untuk menjawab pertanyaanmu?" Rania terdiam membisu. Jantungnya masih berdetak kencang, napasnya masih memburu seiring dengan d**a yang naik turun. Ciuman Rehan membuat bibirnya yang sempat mati suri berhari-hari kini kembali merasakan kenikmatan dari menyesap rasa manis bibir Rehan. Rania tak memungkiri jika ciuman Rehan berhasil menghentikan saraf-saraf kewarasannya sesaat. Bahkan untuk menjawab pertanyaan segampang itu saja ia tak bisa, ditambah Rehan juga tak memberinya kesempatan menjawab. Ya, Rehan kembali memagut bibirnya. Gerakan perlahan, lembut, tapi pasti. Menggiring Rania mengikuti gerakannya yang menggairahkan, membangunkan sisi liarnya yang telah merindu berhari-hari. Bagaimana Rania tidak terlena jika ciuman Rehan berhasil menerbangkannya ke angan tanpa bata