BAB 75

1605 Kata

Leonard tahu, mobil bukan altar yang layak bagi sentuhan pertama seorang perawan. Tapi nafsu menenggelamkan logika. Jemarinya membuka kancing gaun, menurunkannya hingga pinggang, lalu melepaskan penyangga rahasia itu. Maka tersibaklah bukit-bukit ranum dengan pucuk mawar yang mengeras—menggoda. Ia menggenggam lembut, bergantian, sembari terus mencumbu seakan ingin menelan malam bulat-bulat. “Milea, bisa-bisanya tubuh mungil menyembunyikan d**a besar. Mana tegak menantang dan juga indah.” Bibir Leonard menjauh dari ladang bisu bernama mulut Milea, menuruni lekuk d**a, lalu berhenti di pucuk ranum yang menegang—mahkota lembut di puncak bukit menggoda—yang kini ia kecup, ia hisap, seolah hendak menyesap manisnya malam tanpa jeda. “Aaah, Pak,” desah Milea dengan suara parau. Sebagian otakn

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN