23 – Darah, Keringat dan Air Mata

1150 Kata

Mas Bima menurunkanku kasar, membuatku terhuyung beberapa saat, lantas berpegangan pada ujung ranjang. Setelah menguasai keadaan, aku mendongak. Menatapnya dengan napas memburu. “Kamu tadi bilang tidak ingin berdebat, karena ini di hari spesialnya mama sama papa, Mas. Setidaknya ... berpura-pura di depan orang lain kalau kita baik-baik saja. Bukankah kamu bilang, pernikahan ini penuh sandiwara? Tolong mainkan peran di waktu yang tepat, Mas.” “Jangan bertindak seolah tidak tahu, Asha! Kau pasti merencanakan ini. Selain menjebak dengan pernikahan, kau serakah ingin lebih lagi. Kau benar-benar ... tidak tahu diri!” Mata Mas Bima menyala-nyala. Dalam satu tarikan, beberapa kancing kemejanya terlepas. Dia kemudian meremas rambut kasar, mengusap wajah berkali-kali, membuat kulitnya semakin mera

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN