24 – Tegar Karena Tumbuh Dari Luka

1688 Kata

Pintu diketuk tanpa jeda, bahkan panggilan khawatir dari Oma Ayu dan Mama Rani, tidak sedikitpun membuatku bergerak dari tempat tidur. Aku hanya ... menatap hampa pada keadaan. Seharian mengurung diri dalam kamar, memikirkan banyak hal tanpa menyenelan sebutir nasi bahkan seteguk air. Aku tidak lapar, aku kenyang akan rasa kehilangan.Sepertinya air mata sudah bosan keluar, buktinya sekarang aku tidak menangis lagi. Semua kuhabiskan malam tadi. Sekarang yang tertinggal, hanya nyeri dan sesak memenuhi d**a. Bibirku diam, tapi kepalaku banyak berpikir. Tubuhku tidak banyak bergerak, tapi aku lelah luar biasa. “Nak, maafkan Oma. Tolong keluar, ayo kita bicara.” Suara Oma Ayu berbalut nada putus asa, tapi aku tidak punya keinginan untuk merespon. “Kalau memang terlalu kecewa, kamu boleh mengab

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN