04: Kissing With ...

1891 Kata
12 Mei 2020 Tak terasa 3 tahun Dara telah menjalani kehidupan di Sulawesi, dan umurnya juga sudah genap 20 tahun. Dara tersenyum lebar melihat hasil karyanya di buku gambar, ternyata hidup bertahun-tahun tanpa Bagas tidak seburuk perkiraannya. "Bagus, tapi warnanya norak." Dara mendongak kaget, Riki menempelkan soda kalengan ke pipinya dan mengambil duduk disebelahnya. "Perpaduan warnanya terlalu ngejreng dan gambarnya gak nyambung." Komentar Riki melihat desain bangunan yang digambar Dara. "Masa sih?" Dara tak percaya. "Ya masa sampe langit, matahari, dan burung lo gambar juga trus warnain. Ini tugas buat desain bangunan Dar bukan gambar pemandangan." "Nah ini nih salahnya calon arsitek kayak lo, lo kurang imajinasi." "Pale lo!" Riki menyentil jidat Dara pelan. "Kalo lo ngumpulin gambar ginian yang ada nilai lo bukan lagi C tapi udah D." Dara jadi mencebik, ngambek. Ia kira dengan masuk jurusan arsitektur ia akan leha-leha santuy karena tugasnya palingan cuma gambar-gambar doang. Ternyata realita tak seindah ekspektasinya. "Tauk ah, Rik lapeeer." Adu Dara sambil membuang buku gambarnya ke tong sampah dengan wajah tanpa dosa. Riki menggeleng tak habis pikir dengan tingkah Dara, memang tetap Dara yang dulu adalah yang sekarang. "Yaudah mau makan apa?" "Ayam kremes enak kayaknya Ki." Riki mengangguk patuh, dengan lembut membantu Dara berdiri lalu menggandeng tangannya menuju kantin. Begitulah rutinitas keduanya, yang katanya cuma temenan. Tapi bikin iri satu kampus. *** "Dar lo pacaran ya sama Riki?" Dara yang baru duduk di bangkunya dan tiba-tiba ditodong pertanyaan seperti itu oleh teman kelasnya sontak mendelik. "Nggak kok!" Bantahnya. "Kalo bener juga gak papa kalik, kasian loh Riki kayaknya dia suka sama lo." "Ah-ha-ha perasaan kalian aja itu kali." Dara mengibaskan tangannya dengan tawa kaku. "Yee dibilangin kok gak percaya, yaudah kita ke bangku dulu ya." Pamit keduanya yang hanya diangguki Dara. Gadis itu terlihat menghela napas berat, dengan lemas ia menidurkan kepalanya ke atas meja dengan menggunakan tas sebagai bantalan. Tuk. Dara membuka kelopak matanya tersentak, Riki sedang berdiri menjulang di depannya. "Ngantuk?" Dara cuma membalas dengan anggukan, Riki tersenyum kecil. "Jangan tidur disini nanti leher lo sakit, ayo pulang nanti lo bisa tidur di mobil sebentar." "Lo bawa mobil?" Tanya Dara. "Nggak, gue bawa motor." "Yee! Kalo gitu jangan nawarin!" Ketus Dara sudah mengambil posisi duduk sejajar dengan Riki. Riki tau-tau sudah mengeluarkan HP nya dan mengetik entah apa, "gue udah pesen grab, ayo balik." "Motor lo gimana dong?" "Udah gak papa aman kok ditinggal di parkiran kampus." Dara akhirnya mengangguk saja, "gendooong..." Rengek Dara membuat Riki mendengus tapi tetap menuruti untuk berjongkok di depannya. Dara berseru antusias, langsung melompat ke punggung Riki membuat lelaki itu hampir terjengkang. "Busyet makin berat aja lo Dar." "Heh!" Dara menabok pipi Riki sarkas. "Lo nggak tau ya kalau bahas BB sama perempuan itu haram pake banget?!" Omelnya. "Kayak lo perempuan aja Dar." "Rikiiiiiii!!!" Riki justru tertawa kecil setelahnya, dan melangkah keluar kelas sambil menggendong Dara. Tanpa mereka berdua sadari kalau skinship keduanya sudah tidak sehat untuk ukuran pertemanan. *** "Halo Fina cantik, Tante bawain oleh-oleh dari luar negeri." Perempuan berbaju seksi dengan make up tebal itu benar-benar mengganggu penglihatan Fina. Tanpa sungkan Fina langsung mendengus kasar menunjukkan ketidaksukaan nya pada teman Papah nya ini. "Saya lagi diet!" Balas Fina ketus. Siska jadi mengangkat sebelah alisnya, tak lama bibir bergincu merah merona itu kembali merekah. "Wah pas banget! Tante juga lagi program diet loh, kamu mau diet bareng Tante?" Tanyanya basa-basi. TAK! Fina membanting buku yang dibacanya dengan keras ke atas meja, sudah tidak tahan lagi. Dengan berani gadis cantik itu berdiri melotot kearah Siska yang masih senyum-senyum gak jelas itu. "Tante tuh jangan SKSD sama saya ya! Dan juga jangan harap Tante bisa jadi Mamah Tiri saya, karena saya gak SUDI punya Mamah modelan Tante!" Tunjuk Fina kearah Siska dengan berani. Siska justru tertawa sumbang, terlihat tak tersinggung sama sekali. Perlahan ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Fina, dan menepuk pundak Fina pelan. "Tante juga gak butuh restu kamu, lagian kalau nantinya Papah kamu yang tertarik sama Tante, Tante bisa apa?" Siska terkekeh ringan sebelum berbalik pergi meninggalkan Fina yang kepalanya sudah berkepul-kepul asap tersebut. "Dasar Nenek peyoooo!!" Teriak Fina sudah habis kesabaran. *** Dara sedang berguling-guling di atas kasur nya, padahal tadi saat di kampus ia mengeluh ngantuk tapi begitu sampai rumah matanya malah jreng melek begini. Nyebelin banget tau nggak. "Boseeeeen..." gerutunya sudah bergerak-gerak tak jelas saking gabutnya. Merasa sudah benar-benar kehabisan gaya gadis itu akhirnya meraih HP nya di atas nakas, benda yang sangat dibutuhkan umat manusia jaman sekarang tak terkecuali dirinya. Dara awalnya hanya iseng-iseng buka i********:, tapi saat yang muncul paling atas di beranda nya malah foto Bagas membuatnya tanpa sadar sudah sibuk men-stalker akun lelaki duda tersebut. "Masih ganteng." Ujar Dara tanpa sadar. Bagas memprivat akun nya, untung saja dulu Dara sempat diam-diam mengambil HP Bagas dan mengkonfirmasi permintaan follow nya sendiri. Yah ... ini perbuatan tak baik, jangan ditiru ya kawan-kawan, kecuali kalo kepepet. "Eh?!" Dara tanpa sadar jadi duduk tegak, mengerjap-ngerjapkan matanya bahkan sambil memicing tajam. Ada satu postingan dimana lelaki ini men-tag akun lain. Yang merupakan akun seorang perempuan. "Kok aku gak pernah tau kalau Om Bagas punya temen Emak-emak rempong begini?" Gumam Dara sudah julid sendiri. "Dih-dih apaan sih! Sok deket, udah bajunya kekurangan bahan, dempulnya kayak mau kondangan lagi! Iyuuh~" Dara menatap geli perempuan yang postingannya serba glamor dan kerlap-kerlip khas Tante-tante suka pamer harta itu. Namun tiba-tiba gadis itu tersentak, membulatkan mata tak percaya akan tingkahnya sendiri. K-kok ... dirinya kayak lagi jealous ya? "Ck masa sih gue masih gamon?" Tanyanya pada diri sendiri mulai frustasi. Dara sungguh tertekan, di satu sisi ia sangat yakin kalau ia bisa hidup tanpa Bagas tapi di sisi lain kenapa ia sepanik tadi saat melihat postingan Bagas yang cuma tag perempuan lain? Dara membasahi bibirnya, mengedarkan pandangan mulai meragu. Sepertinya sekarang waktunya untuk mengetes perasaannya sendiri. *** Ting Tong! Dara memunggungi pintu selagi menunggu si pemilik apartemen membuka pintu, selama itu juga Dara puluhan bahkan ratusan kali terus mempertimbangkan tindakan yang akan diambilnya ini. Ceklek. Dara reflek membalik badan, terlihat lelaki itu hanya mengenakan boxer pendek dan kaos oblong sedang menggosok rambut basahnya dengan handuk. "Woy elah ngapain lo malem-malem kesini? Gue lagi mandi sampe kaget tau gak denger bel!" Gerutu Riki mengomel. Dara mengerucutkan bibir. "Laper." "Ck, bentar gue ambil duit dulu." "Gue pengen makan masakan lo Rik!" Sahut Dara membuat Riki mengangkat sebelah alisnya. "Dih tumben!" Celetuknya sambil membuka lebih lebar pintu supaya Dara bisa masuk ke dalam. Dara malah merenges lebar. "Masakin nasgor kek biasa ya, gue tunggu sambil nonton TV." "Ini gue kenapa jadi mirip jongos sih?" Decak Riki yang disahut tawa sumbang Dara. Gadis itu sudah asik leha-leha menonton siaran TV dengan wajah tanpa dosa. Meskipun mengeluh tapi Riki tetap memasakkan yang terbaik untuk Dara, bahkan saus yang ia tambahkan diatas telur sengaja ia bentuk love kecil-kecil meskipun ia tau Dara pasti gak akan peka dengan hal-hal beginian, setidaknya Riki sudah senang. "Silakan dimakan Tuan Putri~" Ujar Riki menyerahkan piring kearah Dara dengan nada sengaja di alay-alay kan. Dara tertawa geli, mengambil sodoran piring Riki dan menaruhnya diatas meja. Riki yang melihat Dara tak kunjung memakan masakannya jadi menipiskan bibir kesal. "Gue udah masak capek-capek malah lo anggurin gitu Dar?" "Tiba-tiba gak laper gue." Balas Dara benar-benar minta di gaplok tai kucing. "Wah sialan, lo lagi kerjain gue ya? Ngaku lo!" Ketus Riki sedikit tersinggung, merasa tindakan Dara kali ini sangat menyebalkan. Dara menatap wajah kesal Riki dengan bersalah. "Gue bawa pulang deh ntar, gue makan di rumah." "Gak usah, gue buang aja!" Riki mengambil piring nya dan hendak membuangnya namun Dara segera mencegahnya. "Ish jangan marah dong Rik." "Siapa yang marah coba!" "Lo tuh." "Apaan, gue biasa aja." Bilangnya sih gitu tapi bibir Riki justru mencuat maju kayak bebek. Dara jadi terkikik geli sendiri, namun tiba-tiba ia teringat misi nya tadi untuk datang kesini, wajah Dara berubah serius dalam sekejap, sambil tangannya mulai terulur perlahan. Tap. Riki tersentak, terlihat bingung karena Dara tiba-tiba memegang tangannya. "Kenapa? Modus lo!" Tuduh Riki. Dara yang biasanya disaat seperti ini akan tertawa bodoh kali ini justru menampilkan raut sungguh-sungguh membuat Riki tanpa sadar sudah meneguk ludah. "Rik." Panggilnya lirih. "Hm?" Riki terlihat luar biasa bingung. Dara mengerjap menatap manik mata Riki dalam, sebelum membasahi bibirnya. "Tolong maafin gue." "Maksud— hmmp?!" Pupil mata Riki membesar sempurna. Dara menekan bibirnya tepat di bibir Riki tanpa peringatan apapun, membuat Riki yang tidak pernah menduga sikap berani Dara itu membulatkan mata selebar-lebarnya. "Eungghhh .. " Keduanya entah sejak kapan sudah saling melilitkan lengan ke tubuh masing-masing, Dara merasakan jantungnya berdebar luar biasa kencang, wajahnya pun juga memanas, tapi kenapa Dara masih merasa ada yang kosong di dadanya? Akhirnya dengan keberanian tinggi Dara mencoba memainkan bibirnya sebisa yang ia mampu, Riki yang awalnya cuma diam layaknya patung sudah mulai mengulum bibir Dara perlahan. Lelaki itu memegang wajah Dara lembut sambil sesekali mengusap ibu jarinya ke tengkuk Dara, mati-matian Riki mengatur gejolak dadanya yang benar-benar dahsyat luar biasa. Dara masih belum puas dengan hasilnya, merasa masih ada black hole di dadanya, gadis itu pun tanpa diduga mencoba bermain lidah, sudah basah sekalian nyebur aja, kira-kira itu peribahasa nya, toh ia sudah dengan berani mencium bibir lelaki ini tak apa kan kalau sekalian agak hot dengan bermain lidah. Dara masih berusaha menemukan perasaan nya sendiri. Riki awalnya kaget saat merasakan ciuman Dara mulai panas, tapi bukannya ingin menghentikan lelaki itu justru memberi peluang pada Dara. Karena Riki tidak bisa munafik dengan perasaannya sendiri. "Haah ... Haah ... Ahh." Dara terengah-engah dengan saliva yang masih menyatu dengan lelaki di depannya ini, ciuman keduanya terlepas karena Dara membutuhkan oksigen, keduanya sama-sama mendesah engap sampai entah sejak kapan bibir mereka kembali beradu. Riki sudah menekan kembali tengkuk Dara, merasa kalau kesempatan ini tidak boleh dilepas begitu saja. Lidah mereka saling melilit tanpa henti sampai rasanya Dara jadi capek karena rahangnya terbuka sejak tadi. 'Sudah sejauh ini kenapa gue masih ngerasa ada yang kosong? Apa gue nekad aja sekalian?' Otak Dara sepertinya harus di servis, karena dengan gilanya Dara berani mencoba memasukkan tangannya ke dalam kaos Riki. Grep. Lelaki itu tanpa diduga menghentikan kelakuan gendeng nya. Dara dan Riki sudah melepas ciuman mereka, terlihat jelas wajah memerah Riki yang sudah seperti kepiting rebus. "I don't have s*x before marriage." Ujar Riki dengan nada bass rendahnya. Dara mengangguk paham, ia pun punya prinsip yang sama, entah setan apa yang tadi membisikinya untuk memancing kearah sana. Dara akhirnya duduk sedikit menjauh dari Riki, mengelap bibirnya yang sudah membengkak hebat dan mengkilap basah, merasa canggung dan awkward Dara dengan kegoblokan yang haqiqi malah memilih memakan nasgor buatan Riki yang tadi ia taruh di atas meja. Riki masih mengamati setiap pergerakan gadis itu tanpa berkedip. "Tadi ... apa?" "Ha?!" Dara menoleh kearah Riki dengan pipi menggembung penuh, Riki yang wajahnya masih terlihat memerah itu berusaha menutupi salah tingkahnya. "Kenapa tiba-tiba cium gue?" Tanya Riki terlihat sangat terguncang akibat ulahnya tadi. Dara yang niatnya mau makan benar-benar tak ada selera sekarang. "Eum ... gak tau." "Maksud lo?" Dara menunduk. "G-gue juga gak tau, gue cuma pengen ciuman aja." Bohong kalau Dara mengatakan tak punya alasan, karena alasan sesungguhnya ia hanya ingin mengetes perasaannya sendiri. Dara tanpa sadar sudah menjadi gadis b******k. "Maafin gue Rik ... " Dara merasa sangat menyesal. Riki tanpa diduga menjatuhkan kepalanya ke ceruk leher Dara, melingkarkan kedua lengannya ke tubuh mungil Dara membuat gadis itu menegang. "Aku suka kamu Dar." Bisik Riki serak. *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN