“Airyn?” Tak berpikir dua kali, Arvyn segera mendekap erat tubuh berwajah Airyn yang sangat dia rindukan selama 1 tahun terakhir. Sangat erat, bahkan wanita yang dia peluk sempat berontak untuk melepaskan diri tetapi sama sekali tak dia pedulikan. “Aku sangat merindukanmu, Airyn. Tolong jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon ...” Arvyn mengucapkan kata itu dengan penuh penyesalan sambil terus mendekap tubuh wanita itu erat dan memasukkan wajahnya ke ceruk leher wanita itu. Tak peduli, dirinya akan mendapatkan masalah atas kelancangannya ini. "Lepas! Siapa kamu berani melakukan ini padaku? Lepaskan aku atau aku akan meneriakimu sebagai penjahat!” kata wanita itu, membuat Arvyn dengan terpaksa melepaskan pelukannya. Tidak. Bukan ancaman Airyn yang dia takuti, tapi perkataan Airyn yang

