Ratri kembali ke dalam kamarnya dan menarik brankas yang dia letakkan di bawah tempat tidur membukanya dan memeriksa semua dokumen kepemilikan harta-harta Tatang. Ratri lalu mengambil seluruh dokumen dan memindahkannya ke dalam lemari pakaian, merencanakan sesuatu di dalam otaknya. *** Sejak pulang dari rumah Wak Tatang, Beno tidak menyinggung kematian Tatang di depan mamanya dan bersikap seperti biasa. Pagi ini, dia bangun pagi-pagi dan sarapan bersama Dinar. Beno merasa sangat lega karena adiknya itu sudah lebih tenang, padahal dia sedang mengalami batal nikah. “Sabar, Dinar. Kita akan melewati masa-masa sulit ini secepatnya,” ujar Beno menenangkan. “Iya, Mas. Hm … menurut Mas, apa aku kembali bekerja di kantor Mas Keenan?” Beno tertawa menggeleng. “Emangnya kamu kuat kerja di s