EPILOG~

2210 Kata

Antara kasihan dan turut meringis kesakitan, Djenaka tetap memegangi tangan Leoni saat istrinya berjuang melahirkan putri mereka. Tidak peduli luka-luka, tidak peduli juga pada rambut yang dijambak seakan ingin lepas dari kulit kepala, menurut Djenaka rasanya masih belum sebanding dengan yang Leoni terima. Sungguh, dia lemah melihat pemandangan yang tersaji di depan. Perasaan Djenaka jadi makin dalam, dan untuk kali pertama matanya sukses dibuat berkaca-kaca. “Ya Tuhan, Djena ...” teriak Leoni untuk ke sekian kali, disambi mengikuti instruksi yang diberi. “Kau menyebalkan! Kau menjengkelkan! Kujewer kupingmu habis-habisan!” “Iya, Sayang, maaf. Nanti lakukan sampai kau puas, aku tidak keberatan.” Djenaka sadar kalau suaranya lirih dan serak, tatapannya lekat pada wajah Leoni. Sembari meng

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN