Part 03

1861 Kata
Alana melangkahkan kakinya di keramaian bandara. sesekali dia terlihat menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan guna mencari keberadaan Arion. Menurut informasi yang Alana dapatkan dari Siska seharusnya pesawat yang ditumpangi oleh Arion sudah mendarat tetapi entah kenapa sampai sekarang dia belum juga menemukan batang hidungnya Arion. Atau jangan-jangan Arion diam-diam sudah pulang duluan? Ah sungguh menyebalkan sekali. Alana disini sudah berkeliling mencarinya seperti orang gila. Ditengah-tenga kekesalannya Tiba-tiba ponsel Alana berdering. Dia mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang sudah menelepon. Ah ternyata dari Arion. Tanpa membuang waktu Alana bergegas mengangkat panggilan teleponnya. “Halo, Bapak di mana, sih? Saya dari tadi udah keliling nyariin bapak?” tanya Alana sudah kelewat kesal. Bayangkan saja betapa lelahnya menjadi dirinya. [Saya dibelakang kamu] Hah apa?? Alana refleks menjauhkan ponselnya seraya menaikan kedua alisnya. Dengan penuh kebingungan Alana berbalik menolehkan kepalanya ke arah belakang tubuhnya dan ternyata memang benar Arion berdiri beberapa langkah di belakangnya. Alana yang melihat itu segera bergegas mendekati Arion. “Bapak dari mana aja sih? Saya kan capek nyariin Bapak,” ujar Alana sedikit menaikan nada bicaranya. “Toilet, Siapa suruh kamu nyariin saya?” Arion menatap Alana dengan datar. Astaga astaga ya tuhan kuatkan Alana untuk menghadapi orang seperti Arion. Ingin rasanya Alana memites ginjalnya. “Tahu ahh Pak!” ujar Alana kesal seraya menghentakkan kakinya. Arion membulatkan matanya. “Nggak sopan kamu!” ketus Sean seraya melototkan matanya. Alama yang mendengar itu hanya bisa cengengesan. “Yaudah Pak jangan marah-marah, nanti gantengnya ilang loh!” ucap Alana pura-pura menggodanya seraya mengedipkan matanya. Arion mendengus seraya mengalihkan pandangannya. “Jangan mengedipin mata di depan saya!” ujar Arion ketus seraya berjalan pergi. Alana yang mendengar itu sontak melongo seraya menatap punggung Arion dengan tatapan bingungnya. Sebelum akhirnya dengan langkah yang terburu-buru Alana mencoba mengejar langkah Arion. “Loh, emangnya kenapa Pak?” tanya Alana dengan heran. Masalahnya hampir semua orang yang mengenalnya suka dengan kedipan mata Alana yang menurut mereka sangat menggemaskan. Bukan narsis tapi itu memang kenyataannya. Muehehe. “Saya jijik liatnya,” jawab Arion tanpa menatap Alana. Alana melototkan matanya tak percaya. Hah jijik katanya? Kurang ajar dasar Devil j*****m. “Bapak kok ngeselin sih! ”ujar Alana seraya menghentak-hentakan kakinya dengan penuh kesal. Arion tidak menjawab ucapan Alana. dia malah berjalan dengan santainya. Bahkan dia sama sekali tidak memperdulikan kekesalan Alana. Sialan ... Kalau bukan bos, sudah Alana tendang dia ke segitiga bermuda. “Pak? Bapak mau langsung ke kantor atau pulang dulu?” tanya Alana seraya mencoba mengejar langkah kakinya. Arion berhenti mendadak. Alana yang berjalan di belakangnya tidak sempat menghentikan langkah kakinya dan akhirnya tubuh Alana secara tak sengaja menabrak punggung Arion. “Astaga, Pak kenapa berhenti mendadak sih? Sakit nih kening saya,” keluh Alana seraya mengusap-usap keningnya yang baru saja membentur punggung Arion. “Lho, Suka-suka saya dong!” ujarnya ketus. BODO AMAT PAK! BISA GILA ALANA. “Iya sih. Tapikan kening saya yang jadi korbannya Pak,” gerutu Alana seraya cemberut kesal. Arion memutar tubuhnya dan menatap Alana dengan tatapan datarnya. “Itu sih salah kamu sendiri, Kenapa berjalan dibelakang saya?!” ujarnya seraya tersenyum mengejek Alana. Bunuh bos dosa gak sih? Alana tidak tahan lagi hiks. Tak berapa lama kemudian. Alana dan Arion sudah berada di dalam mobil. Selama di perjalanan suasan di dalam mobil terasa sangat canggung diam-diam Alana melirik Arion. Sebelum akhirnya memberanikan diri membuka mulutnya. “Pak?” “Hmm apa?!” jawab Arion sambil memainkan ponselnya. “Apa Bapak nggak beliin oleh-oleh spesial buat saya, Pak?” tanya Alana seraya menatap Arion penuh harap. Arion mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan kedua alisnya terangkat. “Untuk apa saya beliin kamu oleh-oleh spesial? Emangnya kamu siapa? Pacar saya? Bukan kan?!” sahut Arion dengan ketus ketus. Ya ampun pedes banget itu mulutnya. Percuma ganteng kalau mulutnya sebelas duabelas kayak cabe setan. Kasihan sekali yang akan menjadi istrinya bisa-bisa tertekan lahir dan batinnya. “Saya penting loh Pak. Coba Bapak bayangin kalo nggak ada saya, Siapa lagi yang mau menuruti semua perintah aneh Bapak?” ujar Alana dengan percaya diri seraya tersenyum penuh kemenangan. Arion menggelengkan kepalanya tidak peduli. dia segera mengalihkan pandangannya dan kembali fokus menatap ponselnya. ‘Ah Sialan ... Gue malah di kacangin, Dasar Devil j*****m nyebelin,’ keluh batin Alana. Tak lama kemudian. Alana dan Arion baru saja sampai di kantor dan seperti biasa Arion sudah terlebih dahulu masuk kedalam kantornya sedangkan Alana masih terlihat berdiri di samping mobil Arion seraya menggerutu kesal. Ting Notifikasi Ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk. Dengan malas Alana segera memeriksa ponselnya. Oh ternyata pesan dari Devil Arion. Tapi Kenapa perasaan Alana menjadi tidak enak begini? Ah sudahlah mungkin hanya perasaannya saja. Bos Devil |° Alana saya lapar. |° Kalo lapar ya makan dong pak! |° itu dia. Kamu beliin saya makanan gih! |° Loh, Kok saya Pak? |° Iya lah, kamu kan babu saya! |° Udah sana jangan membantah atau gaji kamu saya potong 50%! |° ... |° Otw Pak! Hmm sudah Alana bilang Arion ini bener-bener mirip seperti jelmaan Devil. Ya tuhan kuatkan lah istrinya Sehun ini untuk menghadapi Devil Arion. Hufftt lelah dedek tuh. Dengan malas Alana melangkahkan kakinya guna mencari makanan untuk Devil Arion. Terkadang Alana tidak habis pikir dengan jalan pikiran Arion. Kenapa harus dia? Padahal Arion bisa pesan online. Sudah begitu sifatnya selalu berubah-ubah kadang baik, kadang cerewet dan kadang kejam. Alana kan jadi curiga jangan-jangan Arion punya kepribadian ganda. Ah sudahlah tidak penting juga. lebih baik dia cepat-cepat mencari makanan untuknya sebelum Arion menjadi murka. Dan disinilah Alana sekarang di tempat makan langganan Arion. Tanpa membuang-buang waktu Alana segera memesan makanan kesukaan Arion. “Mbak, Saya pesan yang kayak biasa,” ujar Alana seraya tersenyum. “Di bungkus ya mbak.” Pegawai tempat makan itu mengangguk dan bergegas menyiapkan pesanannya. Selagi menunggu Alana memilih duduk di salah satu kursi seraya memainkan ponselnya. “Maaf Permisi?” Alana yang mendengar itu sontak mendongakkan kepalanya dan dia melihat seorang pria tampan berdiri di depannya seraya membawa nampan berisi makanan. ‘Astaga kok dia ganteng banget! Lumayan nih buat cuci mata muehehe, ’ batin Alana tersenyum senang. “Iya ada apa, yah?” ujar Alana pura-pura bingung dan tidak lupa mengeluarkan senyuman manisnya. Modus sedikit gapapa kali yah? Yah siapa tahu Alana bisa bikin mas ganteng itu klepek-klepek. Lumayan lah buat dijadiin calon menantunya Mama. Muehehe. “Apa boleh saya duduk di meja kamu?” tanya pria itu dengan sopan seraya tersenyum manis. BOLEH BANGET! Duduk di hati Alana juga boleh e—eh. “Eh, iya boleh aja.” Alana tersenyum malu-malu e*k ayam. “Terima kasih.” ujarnya seraya duduk disamping kursi Alana. Diam diam Alana melirik ke arah pria itu. Menurut penilaian Alana pria itu cukup tampan, Kulitnya hitam manis, hidungnya mancung dan dia juga cukup tinggi. Yah sesuai lah sama tipe idealnya Alana. “Iya, Mas?” ujar Alana modus ingin tau namanya. Dia menoleh lalu tersenyum dengan sangat manis. ”Zidan, panggil saya Zidan.” dia memperkenalkan dirinya lalu kemudian mengulurkan tangannya ke arah Alana. “Kalo kamu?” Alana tersenyum senang seraya membalas uluran tangan Zidan. “Gue Alana panggil aja Lana.” “Hai Lana ... Ohya kamu nggak pesan makanan?” tanya Zidan melirik ke arah Alana. “Gue emang nggak pesen makanan,” jawab Alana tersenyum simpul. Zidan membulatkan matanya, entah kenapa terlihat sangat menggemaskan di matanya. muehehehe. “Loh, Kenapa?" “Gue kesini cuma mau beliin makanan buat bos gue,” jawab Alana seraya menyibakkan rambut panjangnya. Zidan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kalo boleh tahu kamu kerja dimana?” Aduh Mas ganteng mulai kepo nih! Wah Jangan-jangan Mas ganteng sudah klepek-klepek terkena pelet cintanya Alana. muehehehe bercanda kok. “Ehem, gue kerja di dekat-dekat sini kok.” Alana melirik Zidan seraya tersenyum. “Kalo lo kerja di mana?” “Sama saya juga kerja di dekat sini,” ujarnya seraya tersenyum kecil. 'Adem deh liat senyuman Zidan. Beda banget sama senyuman Arion bawaannya pengen makan dia hidup-hidup sangkin menyebalkannya.’ batin Alana. Ting...Ting Ponsel Alana berbunyi dan tertera nama Devil Arion di layar ponselnya. Alana yang melihat itu segera bergegas mengangkatnya. “Halo Pak?” [Kamu beli makanan saya di pluto ya?” ujar Arion sarkas. [Lama banget!] “Maaf ya Pak. Saya kan harus ngantri dulu,” ujar Alana mencoba menjelaskan. “Iya, sabar Pak ... bentar lagi saya sampe kok.” [Ck cepat dong! Jangan kamu pikir saya nggak tahu kalau kamu lagi asyik mengobrol sama laki-laki!] ujar Arion dengan datar. What? Bagaimana Arion bisa tahu? Astaga jangan-jangan Arion ada di restoran ini. Alana segera melirik ke kiri dan ke kanan memastikan ada atau tidaknya Arion di sekitarnya. “Tunggu ... Bapak tahu dari mana? Jangan bilang bapak mata-matai saya?” tuduh Alana panik seraya menggigit bibir dengan gugup. [Itu nggak penting, Hahaha. Saya mata-matai kamu? Yang benar saja!] cibir Arion terdengar penuh kekesalan. [saya tunggu 10 menit kalau dalam waktu 10 menit kamu belum sampai, kamu akan terima akibatnya!] “Tapi Pak—” Belum sempat Alana menyelesaikan ucapnya. Arion sudah lebih dulu menutup sambungan teleponnya. Huft habis lah Alana! “Maaf Zidan gue duluan ya.” Tanpa menunggu jawaban Zidan. Alana langsung berjalan menuju kasir untuk mengambil pesanan Arion. “Mbak pesanan saya mana?” tanya Alana dengan panik. Sial kalau begini caranya bisa-bisa dia terkena amukan maha dahsyat dari Arion. “Ini Mbak baru selesai,” ujar pelayan rumah makan itu seraya memberikan bungkusan plastik. Alana segera mengambilnya bungkusan plastik itu dan tidak lupa menyerahkan sejumlah uang seharga makanannya. Tidak kurang dan tidak lebih. Setelah itu, Alana segera bergegas berlari menuju kantornya. jarak rumah makan ke kantor memang tidak jauh. Tapi walau begitu cukup membuat Alana kelelahan belum lagi cuaca siang ini terasa sangat panas. Rasanya Alana ingin pingsan saja. Dengan napas terengah-engah Alana berhasil sampai dengan selamat di kantornya. Alana tidak memperdulikan mereka yang memandangnya dengan pandangan aneh. Saat ini yang terpenting dia harus segera segera sampai di ruangan Arion. Dan disinilah Alana sekarang. berdiri di depan ruangan Arion seraya mencoba mengatur napasnya yang masih terengah-engah dan jangan lupakan keringat yang berjatuhan di kedua dahinya. Tok...Tok “Masuk,” ujar Arion datar dari dalam ruanganya. Alana yang mendengar itu segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Arion. “Ini pak pesanan Bapak.” Alana meletakkan bungkusan plastik itu di depan meja Arion m Arion terdiam sementara matanya menatap Alana dengan tatapan datarnya. “Telat ... Saya udah makan. Kamu aja yang makan atau kamu buang aja.” ujar Arion ketus. Alana yang mendengar itu sontak tergaga kaget. Bayangkan. Dia sudah capek-capek berlarian seperti orang kesetanan tapi Arion malah dengan mudahnya mengatakan sudah makan duluan? Astaga yang benar saja! Perjuangan Alana menjadi sia-sia dan tidak ada artinya sama sekali hiks. “Maaf Pak tapi kan— Ucapan Alana terhenti saat melihat Arion semakin menatapnya dengan tatapan tajamnya layaknya seseorang yang akan segera dieksekusi. “Tunggu apa lagi sana pergi bawa makanan itu dan kamu kerjakan laporan ini,” ujar Arion datar seraya memberikan setumpuk dokumen. Alana menatap Arion dengan pandangan tak percaya. Astaga napasnya saja masih terengah-engah, Tapi dia sudah mendapatkan perintah lagi. Nasib babu kok begini banget sih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN