“Katakan padaku apakah aku tidak berhak mendapatkan kebahagiaan? Apakah manusia yang terbuang sepertiku tidak berhak mendapatkan cinta? Tidak berhak menggerai tawa? Katakan padaku milik siapa dunia tempat kita berpijak?” Terpenjara di dalam emosi dan dalam penilaiannya seorang diri tanpa berani mengungkapkannya pada siapapun. Menyalahkan keadaan takkan pernah bisa merubah takdir. Semuanya sudah tergaris pada jalan hidup yang harus ia terima dan dia lalui selangkah demi selangkah. Leebin terpaku dalam angan dan bayang-bayang akan kembali sendiri dan ditinggalkan oleh gadis yang kini menjadi pendamping hidupnya. Melisa tahu kalau air mata pria itu semakin deras mengalir membasahi kedua pipinya. Melisa merenggangkan pelukan antara mereka berdua, gadis itu tidak tahu kenapa Leebin masih mele