Erlin tidak punya pilihan lain, mau tidak mau dia harus tetap bekerja di perusahan perbankan selama Derent belum mendapatkan pembeli. Erlin tidak mungkin membiarkan Derent menyerahkan perusahaan begitu saja kepada Robin setelah membelinya. Wajah jenuh dan letih Erlin terlihat sangat jelas tatkala wanita itu menginjakkan kedua kakinya di lantai perusahaan. Tidak hanya sekali dua kali Erlin menghela napas panjang. Erlin bahkan memilih mengabaikan beberapa karyawan yang melintas menyapa dirinya. Dia merasa lelah dengan semuanya. Robin juga melihat hal yang sama terlukis jelas pada wajah Erlin. Pria itu tidak langsung menyodorinya dengan berkas, walau mau tidak mau, suka tidak suka Erlin harus segera menyelesaikannya hari itu juga. “Mrs. Jake, aku mengerti kamu tidak senang dengan kesibukan