Ch-6

1720 Kata
Daun pintu kamar mandi terbuka, Erlin berdiri di sana dengan tubuh berbalut gaun pemberian Derent Jake. Pilihan pria tersebut memang istimewa untuk Erlin Joe. Erlin ragu-ragu melangkah keluar dari dalam kamar mandi. Pandangan Derent Jake tertuju sepenuhnya pada sosok sederhana namun manis baginya. Tatapan intens dari kedua bola mata pria tersebut semakin membuat Erlin gugup, kedua kaki gadis itu nampak gemetar. Kedua tangan Erlin menggenggam erat di kedua sisi ujung gaunnya. Melihat langkah gemetar serta kecemasan dari raut wajah gadis tersebut, Derent segera beranjak berdiri dari tepi tempat tidur. Pria itu meletakkan gelas anggurnya di atas meja lalu melangkah mendekatinya. “Kamu tidak suka gaunnya?” Derent mengukir senyum kecewa saat sudah berdiri tepat di depan wanita itu. Hanya selisih satu meter posisi di antara keduanya. Derent Jake menatap lekat-lekat wajah Erlin Joe, nampak bibir milik gadis itu mulai bergerak. “Gaun ini, terlalu cantik untukku, pasti harganya mahal.” Erlin meraba gaun yang membalut tubuhnya, gerakan jemarinya itu membuat Derent menahan letupan di dalam dadanya. Ya, jika Erlin bukan wanita yang ingin dia jaga maka mungkin Erlin sudah berada dalam lautan hasrat di atas ranjangnya. Derent tidak ingin Erlin meninggalkannya, Derent ingin memiliki wanita itu tanpa harus menyisakan sesal dan luka! Erlin mendapati Derent melamun, kedua bola mata pria itu masih terpaku menatap dirinya. “Mr?” Erlin melangkah satu langkah lebih dekat. Gadis itu menelan ludahnya sendiri menatap tubuh sempurna berbalut baju piyama tidur di depannya. Derent tersadar dari dalam lamunan, dan dia ikut menatap ke mana arah mata Erlin tertuju, dengan sengaja dia mencoba menggodanya. Derent tersenyum penuh arti lalu menarik lepas tali baju pada pinggangnya. Sontak Erlin melotot dan mendekat untuk menahan tangan pria tersebut, sebelum Derent membukanya tepat di depan mata Erlin. “Mr, apa yang kamu lakukan?” Tanyanya sambil menggenggam jemari Derent yang masih menggenggam simpul tali pada pinggangnya sendiri. “Kamu ingin melihatnya? Tunggu.. apa aku sudah salah membaca ekspresi wajahmu?” Bisik Derent seraya mencermati raut wajah Erlin, jarak yang begitu dekat di antara mereka berdua membuat debaran jantung Erlin berdetak semakin cepat. Aroma wine begitu manis tercium dari napas pria tersebut menyapu wajah Erlin Joe. Derent hanya mengukir senyum pada bibir tipisnya, sementara Erlin sudah mengira kalau pria itu akan menciumnya seperti yang diceritakan teman-temannya saat sedang berkencan. Tapi tidak, Derent sama sekali tidak melakukan apa yang diceritakan oleh teman-temannya saat sedang hanya tinggal berdua dengan dirinya. Menahan memang sakit, tapi lebih sakit lagi kalau ditinggalkan! Itulah cara Derent Jake membuatnya nyaman untuk tetap bersama dengannya tanpa harus merasa kecewa. “Bentuk tubuhmu sangat sempurna.” Puji Erlin terang-terangan. “Aku akan menunjukkannya padamu jika kamu ingin melihatnya.” Ucapnya tanpa ragu mulai membuka tali bajunya. Derent menunjukkan tubuhnya di depan Erlin. Garis ototnya sangat sempurna dan sukses membuat Erlin terpaku hanya menatap tubuhnya. Tanpa sadar Erlin mengangkat tangannya menyentuh bahu Derent, lalu jemarinya turun menyentuh dadanya. Saat jemari Erlin tidak mau berhenti berselancar Derent segera menahan pergelangan tangannya. “Astaga! Maaf Mr, aku..” Erlin malu sekali, wajah gadis itu memerah. Erlin mendongak untuk menatap wajah Derent, dia cemas jika pria itu marah padanya. Pergelangan tangannya masih berada dalam genggaman Derent. “Kamu membuatku terjaga, jika terlanjur begini aku harus bagaimana?” Derent sengaja mengujinya, apakah gadis di depannya yang terlihat polos akan menyerah? Atau sebaliknya, menghardik dan memakinya. Derent menarik kedua pergelangan Erlin mendekat hingga tidak ada celah di antara keduanya. Erlin bisa merasakan di bawah sana, pernyataan Derent benar adanya. “Mr..” Ujung hidung keduanya saling bersentuhan satu sama lain, napas mereka berdua terdengar cepat dan memburu. Erlin tidak meronta darinya, gesekan ujung hidung Derent juga tidak ditolak olehnya. “Katakan padaku, ketika aku harus berhenti pada saat kamu mengatakannya aku akan mengambil jeda.” Bisik pria itu sebelum menyapa bibirnya. Erlin menelan ludahnya, entah kenapa dia pun ingin merasakan apa itu berciuman. Memilih diam membiarkan Derent mencicipi bibirnya yang sama sekali belum pernah tersentuh. Kelembutan Derent tidak membuatnya berontak dan marah. Derent berhenti, “Kamu yakin tidak ingin aku menghentikannya?” Erlin tidak menjawab, bibir Derent berpindah pada lehernya. Derent melepaskan genggaman tangannya dari kedua pergelangan tangan Erlin. Jemari gadis tersebut kini tinggal di kedua sisi pinggang Derent, sementara lengan berotot milik Derent menahan belakang pinggang Erlin Joe. Erlin tidak tahu sejauh mana dia akan berjalan, atau karena dia begitu awam dan bodoh dalam masalah cinta. Dia merasa kalau Derent hanya miliknya! Derent sendiri tahu ini akan sangat melukai Erlin. Tapi dia egois ingin memiliki Erlin di sisinya. Rasa sepi membuatnya terpaksa melakukannya. Dia membiarkan dirinya terlena dalam lautan asmara bersama Erlin Joe. “Erlin, argh!” “Mr..” Kedua napas mereka beradu, Derent memeluk erat tubuh Erlin dalam dekapannya. Gadis itu juga memeluknya erat sekali. Bibir keduanya kembali menyatu. Derent tidak berpikir kalau tindakannya kali ini bisa membuat gadis itu hamil. Derent gagal menjaga Erlin untuk tidak dia sentuh. Tapi melihat Erlin pasrah begitu saja membuatnya semakin ingin memiliknya. Ya, aku butuh kehangatan ini. Aku tidak butuh permata, tapi aku butuh Erlin Joe! Erlin tidak berpikir kalau Derent menodainya, dari yang dia dengar dari teman-temannya. Berhubungan intim seperti sekarang adalah hal biasa di sela kencan yang mereka lakukan bersama pacarnya. Ini adalah pertama kalinya bagi Erlin, dia sangat mengenal Derent dan bisa menilai kalau Derent bukan pria yang memiliki karakter akan membuang dirinya begitu saja. Apalagi Derent begitu gigih untuk tetap berhubungan dengannya walau sebatas telepon dan berkirim pesan. “Aku ingin menikahimu.” Erlin Joe terkejut, dia tidak mengira kalau Derent bersungguh-sungguh dengannya. “Mr, ini terlalu cepat.” “Aku ingin membelikanmu sebuah rumah, jadi aku tidak perlu menyewa motel untuk menemuimu.” Ujarnya pada Erlin. “Aku baik-baik saja tinggal di kontrakan.” Erlin beringsut bangun lalu memakai bajunya kembali. Sementara Derent masih terlentang di balik selimut. “Apa ini? Kamu menolakku?” Nada suara Derent mendadak berubah geram. Derent berpikir kalau dia tidak sesuai dengan level Erlin Joe. “Apa mungkin, aku bukan satu-satunya..” Mendengar ucapannya Erlin segera berbalik menatapnya dengan marah. “Mr!” Bentak Erlin padanya. “Aku tidak pernah berpacaran, kamu yang pertama menyentuhku!” Serunya dengan tatapan marah. Derent segera beranjak bangun, pria itu kembali memakai piyama tidurnya. “Lalu, apakah aku terlihat main-main belaka?” Kejar Derent, keduanya berdiri berhadapan kembali. “Aku ingin mengenalmu lebih baik lagi, Mr.” ucapnya. Mendengar itu Derent merasa lega, pikirnya Erlin akan marah lalu memutuskan hubungan mereka berdua. Derent melangkah menuju meja lalu duduk pada salah satu kursi di sana, Erlin mengikutinya dan duduk di sebelahnya. Derent mengambil beberapa menu lalu meletakkan di atas piring, dia memberikannya pada Erlin. “Makanlah.” Ucapnya sambil menatap wajah gadis tersebut. Erlin mengambil piring tersebut dan mulai menyantap makan malamnya. Setelah keduanya makan malam bersama, Derent menarik tangannya untuk mengikutinya duduk di atas sofa, bersebelahan dengannya. “Mr, ini sudah malam. Apakah, aku boleh pulang? Besok aku harus bekerja, ada sift pagi. Aku belum mendapatkan pekerjaan tetap dan aku tidak ingin kehilangan pekerjaanku yang sekarang.” Erlin bersandar pada bahunya, dia sudah menyerah untuk mengambil jarak. Nada suara lirih tersebut membuat Derent enggan melepaskan pelukannya. “Aku ingin lebih lama bersama denganmu.” Tuturnya jujur. “Mr..” Erlin menyentuh pipinya, wajah sempurna milik Derent membuatnya larut dalam buaian asmara. Dia tidak pernah menemukan pria seperti di sebelahnya sekarang di manapun dia berada. Jikapun ada, mereka berada sangat jauh dari jangkauan tangannya. Erlin tahu Derent bukan pria sembarangan, jika tidak? Maka tidak mungkin Derent begitu menjaga privasinya selama ini. Akan tetapi, di luar keistimewaan tersebut ada harga mahal yang harus Erlin bayar. Dia hanya bisa memiliki Derent di dalam ruang lingkup tertutup seperti sekarang, jauh dari keramaian, dan hanya menuai kebersamaan untuk mereka berdua sendiri. “Aku menyukaimu Mr, sangat menyukaimu.” Ucapnya jujur. Erlin sendiri merasa sangat nyaman tinggal di sisi Derent walau hanya berdua dan tidak ada orang lain yang mengetahui hubungan mereka berdua. Ini pertama kalinya, dan Derent memperlakukannya dengan sangat manis. Derent memberikan kenyamanan untuknya yang belum tentu dimiliki oleh teman-temannya. Derent memberikan apa yang tidak dia minta, bahkan pria itu bersedia bertanggung jawab. Hal itu menandakan kalau Derent Jake tidak menganggapnya hanya sebatas mainan belaka. Erlin melihat ketulusan dan kesetiaan. Jadi dia tidak peduli dengan privasi yang Derent tutupi darinya. Erlin merasa dia tidak perlu tahu siapa nama terang pria itu, dan dia mulai takut terluka, serta kehilangan. Apa yang Erlin miliki dan dia jaga selama ini sudah dia berikan untuk Derent. Erlin memberikan kepercayaan penuh pada Derent untuk menjaga hatinya! “Aku juga sangat mencintaimu.” Balas pria itu dengan tatapan serius. Berikutnya tanpa ragu kembali menyatukan bibir mereka. Kembali terbuai dalam asmara membuat Erlin lupa arah pulang, Derent pun sama. Pria itu tidak pulang ke kediamannya malam ini. Begitu nyaman tinggal dalam gelora yang tak ingin dia akhiri. Derent berharap tidak akan ada akhir dalam hubungan antara dirinya dengan Erlin Joe. “Mr, sudah cukup..” Pinta Erlin pagi ini padanya di atas tempat tidur yang terus berderak. “Sebentar lagi, aku janji akan segera menyelesaikannya.” “Kamu bohong Mr, kita sudah berulang kali melakukannya. Kamu tidak akan pernah puas.” Erlin memukul pelan pipinya. “Ini membuatku gila.” Ungkap Derent sambil mengecup bibir peach Erlin. Pria itu merasa senang melihat Erlin menggeliat di bawah tubuhnya. “Aku akan terlambat ke hotel. Please, Mr.” “Tidak akan ada yang berani memarahimu.” Bisik pria itu padanya. “Sungguh?!” Tanya Erlin dengan tatapan tidak percaya. “Aku janji.” Tambah Derent dengan nada tidak main-main. Derent memesan mobil untuk mengantarkan Erlin menuju hotel, keduanya sedang sarapan pagi bersama saat ini. Dan tentunya dia sudah berpesan pada asistennya untuk menggantikan sift Erlin sebelum gadis itu tiba di sana. Helena sedikit bingung, tapi dia menahan pertanyaan tersebut di dalam benaknya sendiri. Dia tidak berani menentang apapun yang Derent perintahkan padanya. Begitulah cara kerja di bawah pimpinan seorang Derent Jake! Erlin mengenakan gaun yang diberikan Derent untuknya, gadis itu menutupinya dengan mantel yang kemarin dia pakai. Gadis itu sudah tiba di hotel. Erlin turun dari sebuah mobil mewah lalu masuk ke dalam hotel. Helena dari lantai atas melihat gadis yang biasanya berpenampilan sederhana mendadak bertransformasi bagai seorang putri bangsawan pagi ini. Terlebih lagi Derent Jake memberikan perintah tidak biasa padanya pagi ini. “Aku harus mengabaikannya jika ingin tetap bekerja di sini.” Gumam Helena sambil meneguk kopi dari dalam cangkir miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN