Erlin segera membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi kemudian mengenakan gaun warna hijau daun yang dia ambil dari dalam lemari. Wanita itu menatap wajahnya di depan cermin. Banyak make up dan peralatan untuk memoles wajahnya yang sudah Derent siapkan di atas meja. Perhiasan dan lainnya hampir setiap tiga hari sekali Derent tinggalkan di sana. Derent ingin Erlin mengenakannya.
Erlin menatap semua benda itu tanpa menyentuhnya apalagi memakainya, dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk merias diri.
Tak lama kemudian Victoria masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu membawakan satu nampan sarapan.
“Nyonya, ini sarapannya.”
Erlin menoleh ke arah wanita paruh baya tersebut. “Di mana Tuan? Apakah dia sudah berangkat?”
“Tuan Derent masih sarapan di lantai bawah.”
“Kalau begitu aku ak
