Part 6

1295 Kata
Davina sedang bersiap di kamarnya. Hari ini ia memiliki janji dengan dosen killernya untuk pergi kencan? Sebenarnya Davina malas untuk pergi dengan dosen killernya itu. Tapi seorang Davina Dirgantara tak pernah ingkar janji jika ia sudah buat janji maka ia akan menepatinya. Dengan memakai celana jeans dan tshirt serta rambut panjangnya ia kuncir kuda dan ia hanya memberi bedak dan lips gloss saja. Davina tidak mau berdandan yang aneh-aneh. Apalagi dia cuma pergi sama dosen killernya aja. "Tok...Tok..." Dari arah luar pintu kamarnya di ketuk. "Sayang boleh bunda masuk?" tanya Widya dari arah luar. "Iya Bun masuk aja," jawab Davina. Widya pun masuk ke kamar sang putri dan langsung duduk di ranjang sang putri. "Dibawah ada Rafael. Kamu mau pergi sama Rafael?" tanya Widya yang membantu Davina merapikan rambutnya. "Iya Bun. Kemarin Rafael ngajak aku buat keluar. Katanya mau ngajak aku jalan keluar gitu," jawab Davina santai. Ooo gitu. Bunda senang kamu akhirnya mau mengenal Rafael lebih dekat. Bunda yakin Rafael pasti bisa jaga kamu. Karena Rafael laki-laki yang bertanggung jawab dan baik buat kamu," kata Widya sambil tersenyum. "Iya Bun. Aku mau mencoba mengenal seperti apa yang bunda inginkan. Aku cuma ingin membuat bunda bahagia. Jadi aku akan mencoba menerima perjodohan ini. Tapi aku gak tahu gimana kedepannya. Jadi jika nanti aku dan Rafael gak cocok bunda jangan sedih ya?" Pinta Davina. Mata Widya berkaca-kaca mendengar kata-kata sang putri. Ia tak menyangka putrinya sudah dewasa dan bisa berkata seperti itu. Sebagai seorang ibu ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya satu-satunya. Mungkin orang-orang akan berpikiran jika dirinya egois karena memaksakan perjodohan ini untuk Davina. Tapi orang-orang tak tahu bagaimana takutnya Widya bila putrinya akan mendapatkan laki-laki yang tidak baik. Apalagi ia ingat sekali dulu membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan Davina. Jadi setelah ia berhasil menjadi seorang ibu ia ingin selalu memberikan yang terbaik buat putri kesayangannya. "Bunda kok nangis sih? Davina buat salah ya?" tanya Davina yang melihat air mata menetes dari mata sang bunda. "Gak kok sayang. Kamu gak salah apa-apa. Bunda cuma bangga memiliki anak seperti kamu. Kamu selalu saja menjadi anak yang baik untuk ayah dan bunda. Padahal bunda dan ayah belum bisa menjadi orang tua yang terbaik. Apalagi ketika bunda meminta kamu melakukan perjodohan ini kamu pasti berpikir jika bunda terlalu memaksakan kehendak bunda sama kamu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat semua hal yang ayah dan bunda lakukan sama kamu adalah untuk yang terbaik buat kamu," kata Widya menatap sang putri penuh cinta. "Aku tahu kok kalau bunda dan ayah melakukan semua ini demi kebaikan aku. Dan bagi aku ayah dan bunda adalah orang tua yang terbaik buat aku. Jadi bunda jangan pernah berpikiran yang aneh-aneh lagi ya?" kata Davina sambil menghapus air mata yang jatuh dari mata wanita yang paling ia cintai di dunia ini. Widya pun langsung memeluk sang putri dan mengucapkan rasa sayangnya kepada putri satu-satunya itu. Davina pun membalas pelukan dari sang bunda. Karena selamanya ia akan selalu jadi putri kecil sang bunda. Sementara itu di rumah tamu tampak Rafael sedang duduk bersama dengan Firman. Saat ini mereka sedang menunggu kedatangan Davina. "Kamu mau ngajak Davina kemana?" tanya Firman langsung. "Cuma pergi makan siang dan jalan-jalan sebentar kok om," jawab Rafael. "Kamu harus jaga Davina. Jangan bawa Davina ke tempat yang aneh-aneh. Karena Davina adalah putri kami satu-satunya jadi om dan Tante sangat protective sama Davina. Dan jangan pulang terlalu malam juga," kata Firman memperingatkan. "Om tenang saja saya akan selalu menjaga Davina dan tidak akan berbuat hal yang aneh-aneh. Dan kita juga tidak akan pulang malam,"kata Rafael berjanji. Ketika Rafael dan Firman sendang berbincang-bincang, Davina dan Widya turun dari kamar Davina. "Nak Rafael jaga Davina ya? Dia itu putri Tante dan om satu-satunya jadi Tante harap kamu bisa menjaga Davina," kata Widya berpesan. "Pasti Tante. Tante tenang saja Rafa akan jaga Davina," jawab Rafael mantap. Widya pun tersenyum dan mengangguk tanda mengerti apa yang dikatakan Rafael. "Bunda, ayah Davina pergi dulu," kata Davina berpamitan. "Tante, om kami berangkat dulu," kata Rafael ikut berpamitan. "Hati-hati di jalan ya sayang," kata Widya memeluk sang putri. Davina dan Rafael pun pergi setelah berpamitan dengan kedua orang tua Davina. "Yah semoga saja keputusan kita untuk menjodohkan Rafael dan Davina tidak salah ya?" tanya Widya yang sekarang berada di pelukan sang suami. "Iya Bun. Ayah juga bisa menilai jika Rafael adalah laki-laki yang tepat untuk Davina. Dia laki-laki ya g bertanggung jawab dan juga dewasa jadi Rafael bisa menjaga Davina," kata Firman menjelaskan kepada sang istri. "Ayah benar bunda juga merasakan hal sama ketika melihat sosok Rafael. Dia adalah laki-laki yang tepat untuk Davina," kata Widya penuh yakin. Sementara itu mobil yang membawa Davina dan Rafael sudah pergi dari rumah Davina. "Kita mau kemana?" tanya Davina. "Kamu akan lihat kemana kita akan pergi. Yang pasti aku yakin kamu akan suka tempat itu," kata Rafael yang tiba-tiba tersenyum. Davina kaget ketika melihat dosen killernya bisa tersenyum di hadapannya. Dan entah kenapa tiba-tiba hatinya bergetar ketika melihat senyum sang dosen killer itu. Karena selama ia mengenal dosen killer itu ia tak pernah nelihatnya tersenyum seperti itu. Mobil Rafael pun melaju dengan cepat dan Davina tidak tahu kemana Rafael membawanya sampai akhirnya mobil Rafael berhenti di sebuah panti asuhan. Dan itu membuat Davina bingung kenapa Rafael mengajaknya kesini. "Kenapa kita kesini?" tanya Davina ketika mobil Rafael berhenti di depan panti asuhan. "Sebenarnya setiap aku gak ada jadwal mengajar ataupun mengurus pekerjaan di kantor aku selalu main kesini untuk membantu mengajar anak-anak di panti asuhan ini. Kamu gak apa-apa kan kalau kencan pertama kita berada disini," kata Rafael menjelaskan. Sepertinya Rafael benar-benar membuat Davina terkagum-kagum. Karena ia tak tahu jika Rafael memiliki kegiatan sosial seperti ini. "Iya gak apa-apa kok," jawab Davina. "Ok kalau gitu kita masuk aja. Pasti di dalam anak-anak panti udah nunggu kita," kata Rafael yang sudah turun dari mobil. Davina pun ikut turun dari mobil Rafael dan ia mengikuti kemana Rafael pergi. Sebelum masuk ke panti asuhan, Rafael membawa beberapa makanan dan mainan yang akan dibagikan kepada anak-anak panti disana. Davina pun ikut membantu dan mereka pun masuk ke panti asuhan. Ketika mereka masuk ke panti asuhan itu sudah beberapa anak yang langsung berlari ke arah Rafael. "Kak Rafa," teriak beberapa anak yang tahu ketika Rafael datang. "Kakak bawa mainan dan makanan buat kalian," kata Rafael sambil menunjukkan mainan dan makanan yang ia bawa. "Asyik...." Anak-anak panti terlihat sangat senang ketika melihat Rafael membawa makanan dan mainan. "Eh... Kalian bukannya bantu kak Rafa bawain barang-barang malah cuma lihatin aja," kata Bu Padmi yang merupakan ibu panti asuhan ini. "Iya Bu." Anak-anak akhirnya membantu Rafael dan Davina membawa barang bawaannya. "Kamu kekasihnya Rafael ya?" tanya Bu Padmi pada Davina. "Maksud ibu?" tanya Davina balik. Saat ini Davina sedang membantu ibu panti asuhan menyiapkan makan siang untuk mereka semua. "Karena ini pertama kalinya Rafael membawa seorang gadis kesini. Rafael tidak pernah membawa gadis manapun kesini jadi ibu pikir kamu kekasih Rafael. Apa ini salah mengira kalau kamu kekasihnya Rafael?" tanya Ibu Padmi pada Davina. "Sebenarnya saya teman dekat Rafael. Bisa dibilang kedua orang tua kami menjodohkan kami berdua. Dan saat ini kami sedang mencoba untuk mengenal satu sama lain," kata Davina menjelaskan. "Ibu yakin kamu tidak akan menyesal ketika menerima Rafael menjadi pasangan hidup kamu. Walaupun dari luar Rafael terlihat sangat cuek dan misterius tapi jika kamu sudah mengenalnya maka kamu dapat tahu jika Rafael adalah sosok yang hangat. Jadi kamu harus mempertimbangkan halitu," kata Bu Padmi memberi saran. Davina yang berada disana benar-benar mendengar apa yang ibu Padmi katakan tentang Rafael. Dan itu benar-benar membuat Davina bingung. Happy reading....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN