Part 12

1336 Kata
Setelah pertemuan Davina dengan Rafael di kantor Rafael beberapa hari yang lalu akhirnya mereka sepakat untuk menerima perjodohan itu. Dan malam ini rencananya Rafael beserta orang tuanya akan datang ke rumah Davina untuk melamar Davina secara resmi. Dan malam ini adalah harinya. Dari tadi siang sang bunda sudah sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk acara malam ini. Menyiapkan beberapa makanan serta merapikan rumah. Pokoknya bundanya menjadi orang paling sibuk hari ini. Sedangkan Davina diminta sang bunda untuk tetap di kamar dan tidak boleh membantu apapun. Katanya biar bundanya saja yang mempersiapkan semuanya. Dan di kamar Davina sedang di rias oleh seorang make up artis yang sengaja bundanya panggil untuk merias wajah Davina. Sebenarnya Davina jarang sekali atau bahkan tidak pernah makeup kalau bukan bundanya yang minta. Dan malam ini bundanya benar-benar menginginkan Davina berubah menjadi seorang Princess. "Wah anak bunda cantik banget," kata Widya ketika masuk ke kamar Davina. "Ini karena mbak Rianti aja yang bagus make up aku Bun," kata Davina mencoba tak besar kepala. "Enggak kok. Mbak Davina memang udah cantik. Saya hanya make up-nya senatural mungkin tapi memang mbak Davina memang dasarnya udha cantik jadi cantik aja," puji Rianti yang merupakan make up artis yang memoles wajah Davina. Davina pun sedikit tersipu malu ketika mendengar pujian dari sang bunda dan mbak Rianti. Tapi ketika melihat di cermin, ia merasa takjub dengan wajahnya sendiri. Ia benar-benar berbeda dari Davina yang sehari-hari tanpa make up. Dan kalau boleh jujur ia memang terlihat sangat cantik. "Ya udah buruan selesain make up-nya setelah itu gantian sama kebaya yang bunda kasih ke kamu kemarin. Sebentar lagi Rafael dan keluarganya akan datang kesini," kata Widya mengingatkan. Rianti sang make up artis pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan membantu Davina untuk memakai kebayanya. Sementara itu di kediaman keluarga Douglas, Rafael sedang bersiap-siap untuk datang ke rumah Davina. Malam ini ia memilih memakai batik. Sebenarnya baju yang ia pakai sekarang adalah pilihan sang mama. Dan Rafael hanya memakainya saja. "Raf udah siap? Kita mau berangkat ke rumah Davina sekarang atau harus nunggu kamu selesai dulu?" tanya Tiara kepada sang putra. "Udah ma. Kita bisa berangkat sekarang kok," kata Rafael yang melihat tampilan dirinya di cermin. "Wah ternyata anak mama tampan sekali. Mama gak menyangka kalau anak mama sebentar lagi akan menikah. Apalagi nikahnya sama Davina. Mama bahagia sekali," kata Tiara bahagia. "Iya ma. Aku ikut bahagia kalau mama juga bahagia sama pilihan yang sudah Rafa ambil. Rafa tahu jika hubungan Rafa dan Davina berasal dari perjodohan dan mungkin juga perasaan kami belum juga belum terlalu dalam satu sama lain. Tapi Rafa berharap hubungan Rafa dan Davina bisa berjalan dengan lancar dan kita bisa hidup bahagia," kata Rafael penuh harap. "Sayang mungkin kamu benar kalau kalian mungkin belum merasakan perasaan suka satu sama lain karena kalian baru saja kenal. Tapi mama yakin Davina bisa menjadi perempuan yang baik buat kamu. Karena Davina sosok perempuan yang baik buat kamu sayang," kata Tiara menambahkan. "Aku tahu itu ma. Maka dari itu aku memutuskan untuk setuju dengan perjodohan itu. Dan dengan seiring waktu pasti rasa sayang itu akan tumbuh. Dan Rafa yakin itu," jawab Rafael yakin. Tiara hanya tersenyum mendengar kata-kata sang putra. Dalam hati ia mendoakan untuk kebahagian sang putra. "Ya udah kita berangkat sekarang aja. Nanti keburu malam. Daddy juga udah nunggu di bawah kok," kata Tiara mengajak sang putra untuk berangkat sekarang. Rafael pun bergegas turun karena dibawah sang Daddy sudah menunggu dirinya dan sang mama untuk berangkat ke rumah keluarga Dirgantara. Setengah jam lamanya Rafael butuhkan untuk sampai di rumah keluarga Dirgantara. Ketika sampai Firman dan Widya Dirgantara menyambut kedatangan keluarga Douglas. Dan tentu saja Widya memeluk sahabatnya Tiara karena akhirnya cita-cita mereka untuk menjodohkan anak mereka akhirnya terwujud. Sehingga hubungan persahabatan mereka bisa jauh lebih dekat sekarang. Karena kedua anak mereka sebentar lagi akan menikah. "Bun, panggil Davina buat turun," pinta Firman pada sang istri. " Iya yah bunda ajak Davina turun. Saya permisi dulu," kata Widya yang sudah berjalan ke arah kamar Davina. Sesampainya di kamar sang putri Widya kembali takjub dengan penampilan sang putri yang sangat cantik. Putri kecilnya sebentar lagi akan menjadi istri orang. Dan itu membuat mata Widya berkaca-kaca karena tak menyangka waktu bisa berjalan begitu cepat. Tapi ia sadar cepat atau lambat Davina pasti akan menikah dan akan menjadi milik orang lain bukan lagi menjadi milik dirinya dan sang suami. "Bunda kok nangis? Penampalian aku jelek ya? Atau mungkin aneh?" tanya Davina ketika melihat sang bunda meneteskan air mata. "Gak sayang. Kamu cantik banget malam ini. Bunda hanya tak menyangka jika putri kecil bunda sekarang sudah tumbuh dewasa. Dan sebentar lagi akan menjadi istri orang. Hal itu yang membuat mata bunda berkaca-kaca dan meneteskan air mata," kata Widya menghapus air mata yang jatuh dari mata indahnya. "Bunda walaupun nanti Davina sudah menikah selamanya Davina akan selalu jadi putri kecil bunda. Davina pasti akan selalu bermanja-manja sama bunda. Dan yang pasti Davina pasti akan selalu ada di samping bunda kalau bunda butuh apapun. Karena selamanya ayah dan bunda adalah orang paling penting dalam hidup Davina. Jadi walaupun Davina menikah nanti bunda dan ayah juga akan menjadi prioritas hidup aku," kata Davina membuat sang bunda tak sedih. "Bunda tahu sayang. Tadi bunda cuma terbawa suasana aja. Ya udah kita turun kebawah aja. Di bawah Rafael dan keluarganya sudah menunggu kamu sayang," kata Widya mengajak Davina turun. Dengan menggandeng tangan sang bunda, Davina pun turun ke bawah untuk menemui Rafael dan juga keluarganya. Dan sesampainya di bawah ia kagum dengan penampilan Rafael yang malam ini terlihat sangat tampan memakai batik. Entah kenapa aura seksi terpancar dari tubuh Rafael. Ia masih tak menyangka bahwa laki-laki yang ada di depannya ini akan menjadi suaminya sebentar lagi. Sementara itu Rafael juga terlihat terpesona dengan penampilan Davina yang terlihat sangat cantik. Dengan memakai berwarna pink serta riasan natural di wajahnya membuat kecantikan Davina terpancar. Dan itu membuat jantung Rafael berdetak lebih cepat daripada biasanya. Ia lagi-lagi terpesona dengan Davina. Walaupun tanpa make up Davina sudah terlihat cantik tapi malam ini ia bertambah jauh lebih cantik lagi. Davina pun duduk di samping bundanya. Dan sesekali ia menatap ke arah Rafael. Ia masih tak menyangka bahwa di usianya yang baru genap 20 tahun ia akan segera menjadi istri orang lain. Dan laki-laki yang akan menjadi suaminya adalah dosen killernya di kampus. "Om Tante kedatangan Rafael dan keluarga kesini adalah untuk melamar putri om dan Tante. Rafael tahu jika Rafael dan Davina baru saja kenal dan belum begitu mengenal satu sama lain. Tapi Rafael hanya bisa menjanjikan om dan Tante satu hal jika nanti Rafael menjadi suami Davina, Rafael pastikan akan membuat hidup Davina bahagia. Karena tugas Rafael adalah membahagiakan Davina. Jadi Rafael harap om dan Tante mau menerima lamaran dari Rafael," kata Rafael serius. Davina yang mendengar kata-kata Rafael hanya bisa takjub ketika mendengar jika nanti ia akan menjanjikak kebahagian untuknya. Dan tentu saja sebagai seorang perempuan Davina merasa sangat bahagia karena mendapatkan laki-laki yang begitu menginginkan kebahagiannya. "Sebelumnya terima kasih telah datang ke rumah kami. Sebagai orang tua saya dan istri saya hanya ingin yang terbaik untuk putri semata wayang kami. Dan untuk lamaran dari nak Rafael, om mau Davina langsung yang menjawab apakah mau menerima lamaran dari nak Rafael," kata Firman bijak. Rafael pun langsung menatap ke arah Davina. Ia bersiap untuk menanyakan soal lamaran ini. "Davina maukah kamu menikah denganku?" kata Rafael menatap ke arah Davina begitu tulus. Awalnya Davina kaget karena Rafael mengatakam kata-kata lamaran langsung di depan seluruh anggota keluarga. Tapi setelah ia menarik nafasnya ia pun mengangguk tanda setuju menerima lamaran dari Rafael. Dan setelah itu ia bisa tersenyum dengan ke arah Rafael. Anggukan dari Davina membuat kedua keluarga bisa bernafas lega dan bahagia. Akhirnya perjodohan yang mereka lakukan berjalan lancar. Tinggal mengurus semuanya hingga anak-anak mereka sampai ke pelaminan. Wah dosen killer ternyata gentleman juga ya? Dan itu membuat Davina tak bisa berkata banyak selain menerima lamaran dosen killernya. Perjalanan Davina dan Rafael masih panjang. So, see you next chapter.... Happy reading....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN