Davina baru saja menyelesaikan kuliahnya dan saat ini ia masih berada di kelasnya bersama Gea sahabatanya.
"Kamu jadi ke tempatnya Pak Rafael?" tanya Gea dengan santainya.
Davina jengah dengan sahabatnya ini sudah berapa kali sahabatnya ini menanyakak hal yang sama dan Davina mulai bosan dengan pertanyaan sahabatnya ini.
"Gea Olivia sudah berapa kali kamu menanyakan pertanyaan yang sama. Dan jawabannya tetap sama. Aku akan pergi ke kantor Rafael sebentar lagi," kata Davina mencoba bersabar lagi dengan sahabatanya itu.
" Aku kan cuma memastikan aja siapa tahu kamu berubah pikiran. Tapi kamu yakin akan menerima perjodohan itu. Nantinya kamu bakal nikah sama pak Rafael loh Dav? Apa kamu siap?" tanya Gea lagi.
"Siap gak siap aku harus siap. Ketika aku sudah mengambil keputusan maka aku akan terus menjalaninya. Dan aku yakin pilihan bunda adalah pilihan yang terbaik buat aku," kata Davina penuh keyakinan.
Gea menantap Davina sambil tersenyum. Sebagai seorang sahabat ia akan selalu mendukung semua keputusan yang Davina ambil. Dan keputusan Davina menerima perjodohan ini menurut Gea sudah tepat. Dosennya itu selain tampan tapi Gea tahu jika dosennya itu dapat menjaga sahabatnya.
"Mau aku temenin ke kantornya pak Rafael?" tanya Gea menawarkan bantuan.
"Gak usah Ge. Aku mau bicara berdua sama Rafael. Kamu tenang aja semuanya baik-baik aja," kata Davina menolak tawaran Gea.
"Ya udah kalau gitu. Kalau ada apa-apa kamu bisa telepon aku langsung. Aku akan siap mendengarkan semuanya," kata Gea menawarkan bantuan lagi.
"Makasih ya Gea sayang. Kamu memang sahabat terbaik aku." Davina pun memeluk sahabatnya itu erat.
Davina sangat bersyukur di kelilingi orang-orang yang sangat peduli dan sayang dengannya. Dan semoga saja keputusan yang ia ambil tak salah. Dan setelah berbincang-bincang dengan Gea, Davina pun bersiap untuk jalan ke kantor Rafael.
Davina berdiri di depan pintu masuk kantor Rafael. Dan dengan langkah yang pasti Davina pun masuk ke dalam untuk bertemu dengan Rafael.
"Selamat datang di perusahan Douglas ada yang bisa saya bantu," kata receptionis di kantor Rafael.
"Mbak saya ingin bertemu Rafael Douglas," kata Davina berbicara dengan reception itu.
"Maaf mbak siapa ya? Apa mbaknya sudah buat janji dengan pak Rafael? Soalnya jika belum buat janji maka tidak bisa bertemu dengan pak Rafael," kata receptionis itu menjelaskan.
"Bisa tolong sampaikan jika Davina Dirgantara ingin bertemu. Saya yakin Rafael pasti tahu jika nama saya disebut," kata Davina meminta tolong.
"Maaf sebelumnya mbak. Tapi jika belum ada janji tidak bisa bertemu dengan pak Rafael. Mungkin mbaknya bisa buat janji dulu untuk bertemu dengan pak Rafael?" tanya receptionis itu lagi.
Sepertinya sia-sia jika terus berdebat dengan receptionis itu. Davina pun memilih untuk menelpon Rafael secara langsung. Dan tak menunggu lama Rafael langsung mengangkat teleponnya.
"Halo Raf aku udah dibawah. Tapi pegawai kamu gak mengizinkan aku buat masuk ke dalam. Aku harus gimana? Apa kita bicara di tempat lain?" tanya Davina kesal.
"Kamu tunggu disitu sebentar. Aku akan turun ke bawah sekarang," jawab Rafael.
Setelah memutuskan telepon dari Rafael, Davina memilih menunggu di lobby kantor Rafael sambil menunggu Rafael turun untuk menjemputnya.
Dari kejauhan Davina dapat melihat sosok laki-laki yang sangat berbeda jauh ketika menjadi dosen di kelasnya ketika di kampus penampilan Rafael terlalu formal bahkan terkesan santai. Tapi sekarang Rafael Douglas sangat jauh dengan penampilannya sehari-hari. Dengan memakai pakaian yang formal, Rafael terlihat sangat berwibawa. Dan cocok sekali Rafael memakainya karena ia terlihat seperti bos di perusahan ini.
"Selamat siang pak," sapa receptionis itu kaget ketika melihat kedatangan pemilik perusahaan ini.
"Sorry nunggu kamu lama," kata Rafael ketika berada di hadapan Davina.
"Its ok. Bisa kita langsung bicara aja. Soalnya aku gak bisa lama ada disini. Nanti sore aku harus nemenin bunda buat belanja soalnya," kata Davina to the point.
"Ok kita ke ruangan aku aja," kata Rafael yang langsung mengajak Davina naik ke ruangannya.
Dan seperti dibayangkan banyak karyawan yang memandang ke arah Rafael dan Davina. Karena baru pertama kali bosnya repot-repot turun ke bawah untuk menjemput seorang gadis. Dan itu benar-benar membuat mereka bergosip ria mencari tahu siapa gadis itu. Dan banyak yang berpikiran bahwa gadis itu adalah kekasih sang bos.
Sebenarnya Davina risih dengan tatapan orang-orang yang melihat ke arahnya. Tapi ia mencoba untuk tetap terus berjalan di samping Rafael karena ada masalah lain yang harus ia selesaikan dengan Rafael sesegera mungkin.
"Kamu mau minum apa?" tanya Rafael ketika sudah sampai di ruang kerjanya.
"Apa aja deh," jawab Davina sambil melihat ruang kerja Rafael.
Rafael pun segera meminta sekretarisnya untuk membawakan 2 teh hangat untuk mereka berdua.
"Jadi apa yang mau kamu bicarakan sama aku." tanya Rafael ketika office boy pergi setelah mengantar teh hangat untuk mereka.
"Aku mau jawab pertanyaan kamu tempo hari. Dan aku akan menerima perjodohan yang bunda dan Tante Tiara lakukan untuk kita berdua. Dan aku juga setuju jika kita bertunangan seperti apa yang kamu mau," kata Davina menjelaskan maksud kedatangannya.
Senyum terbit dari wajah Rafael ketika mendengar jawaban dari Davina bahwa ia menerima perjodohan ini. Bahkan dia juga bersedia bertunangan dengan dirinya.
"Tapi sebelumnya aku minta satu permintaan sama kamu," pinta Davina dengan wajah yang serius.
"Kamu mau minta apa?" tanya Rafael balik.
"Aku mau untuk sementara hubungan kita jangan sampai ada yang tahu. Cukup keluarga dan sahabat dekat aja yang tahu soal ini," pinta Davina.
"Emang kenapa kamu tidak mau hubungan kita diketahui banyak orang? Apa kamu malu memiliki tunangan kayak aku?" tanya Rafael tak suka.
" Bukan seperti itu. Aku cuma ingin mengenal kamu lebih dekat dulu sebelum kita melangkah lebih serius lagi. Selain itu aku gak mau jadi musuh dari fans-fans kamu di kampus. Bisa-bisa nanti aku di bully sama mahasiswi di kampus gara-gara dosen idola mereka di ambil sama aku. Gimana deal?" tanya Davina balik.
Rafael mengerutkan keningnya karena mendengar pernyataan Davina yang menurutnya aneh. Kenapa ia bisa berpikiran jika para mahasiswi di kampus akan membullynya jika menjadi tunangannya. Karena ia tak pernah merasa menjadi dosen populer.
"Tapi kenapa harus ditutupi? Mereka seharusnya tak mencampuri masalah pribadi aku. Lagian di kampus aku jadi dosen biasa dan tak pernah mengharapkan perhatian yang berlebihan dari para mahasiswi itu. Jadi aku pikir gak masalah jika mereka tahu hubungan kita," protes Rafael pada Davina.
"Kamu gak akan pernah ngerti gimana ganasnya para fans kamu di kampus. Bisa-bisa aku kena masalah jika tahu aku tunangan kamu. Jadi untuk sementara selama di kampus aku mau kita tetap bersikap biasa layaknya dosen dan mahasiswinya. Gimana?" tanya Davina lagi.
"Ketika aku menjadi tunangan kamu atau bahkan suami kamu aku pastikan tidak ada orang yang akan mencelakakan kamu. Tapi jika kamu menginginkan hal itu aku akan terima tapi dengan syarat juga," kata Rafael menyebutkan syaratnya.
"Apa syaratnya?" tanya Davina ingin tahu syarat yang Rafael berikan.
"Yang pertama kita hanya menyembunyikan hubungan kita maximal 6 bulan. Dan yang paling penting aku mau kita segera menikah. Aku akan datang bersama mama dan Daddy ke rumah kamu dan akan melamar kamu secara resmi. Aku tak butuh acara pertunangan lagi yang aku mau kita segera menikah. Deal?" tanya Rafel dengan serius.
Davina kaget ketika tahu syarat yang Rafael ajukan. Ia tak mengira jika Rafael ingin segera menikah dengannya. Bukan bertunangan dulu seperti yang ia pikirkan. Tapi Davina sudah mengambil keputusan ini. Jadi ia harus menjalankannya sampai akhir. Dan berharap semuanya akan baik-baik saja.
"Kenapa kamu ingin segera menikah dengan aku? Padahal jika dilihat kamu bisa memilih wanita yang jauh lebih baik dari aku. Atau ini semata-mata karena perjodohan yang dilakukan oleh bunda dan Tante Tiara?" tanya Davina masih menatap ke arah Rafael.
"Mungkin awalnya aku menerima ini karena perjodohan yang dilakukan oleh mama aku. Tapi seiring berjalannya waktu aku sadar jika kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendamping aku. Mungkin kita sama-sama belum mengenal satu sama lain. Dan mungkin juga belum merasakan rasa suka antara wanita dan lelaki. Tapi satu hal yang membuat aku yakin bahwa kamu akan menjadi wanita yang tepat untuk aku karena kamu membuat aku nyaman. Dan itu sudah lebih dari cukup," jawab Rafael dengan tatapan tajam ke arah Davina.
Davina sedikit tertegun mendengar jawaban dari Rafael. Tapi jawaban yang Rafael berikan padanya semakin membuat dirinya yakin jika keputusannya tidak salah.
"Ok deal aku akan terima semua syarat kamu," jawab Davina serius.
"Good. Tunggu aku akhiri pekan ini. Aku akan datang bersama mama dan Daddy untuk melamar kamu," kata Rafael tetap dengan tatapan serius ke arah Davina.
Davina pun hanya mengangguk mendengar kata-kata dari Rafael. Dan ia hanya tinggal menunggu Rafael datang bersama orang tuanya untuk melamarnya.
Wah akhirnya Davina mau juga menerima lamaran dosen killernya..
Kira-kira gimana kisah mereka selanjutnya??
See you next chapter
Happy reading....