“Papa… ayok berangkat,” ucap Cecil menarik tangan sang ayah. “Mbaknya bilang gak papa. nanti Cecil telat masuk, Pa.” “Iya, ayok kita berangkat, Nak,” ucap Gideon mengeluarkan dulu kartu nama sang asisten. Dia selalu memberikannya jika ada hal seperti ini. “Hubungi saja dia jika mau minta ganti rugi.” Barulah Gideon benar-benar bisa pergi dari sana. Pria itu tidak lagi memikirkan tentang Keisya, hanya curiga dengan tatapannya pada Cecil. Hei, Gideon adalah seorang Hakim yang bisa dengan mudah menerka. Jadi hal yang seperti ini membuatnya langsung sadar kalau sesuatu pasti terjadi. Bagaimana tatapan Keisya ketika menatap Cecil, Gideon langsung paham ada yang salah disana. Dia mengantarkan sang anak menuju ke sekolah, memeluk Cecil lama sebelum akhirnya dia pergi ke kantornya juga. Di da