Pukul sepuluh malam mereka sudah sampai di daerah istimewa Yogyakarta. Namun mereka masih berputar untuk mencari penginapan. Farel sudah tidak karuan bagaimana bentuknya, pria itu mabuk parah dan lemas. Bahkan wajah Farel sudah seperti mayat hidup yang pucat dan tidak bertenaga. Selama dua puluh lima tahun Farel hidup, Farel tidak pernah mabuk mau naik mobil atau bus sekalipun, tapi kali ini Farel sungguh tidak kuasa menahan mual di perutnya yang sangat mendesak. Belum lagi rasa pusing yang mendera. Azka mogok bicara dengan Farel. Pasalnya setiap melewati pohon mangga, pohon jambu atau pohon buah lainnya, Farel terus mendesaknya untuk turun dan memintanya untuk mengambil buah itu. Lebih parahnya Farel menginginkan yang ada tangkainya dan ada dua lembar daun. Jadilah Azka harus memanjat.