Bahtiar dengan lemas menuju kontrakannya. Pria itu sesekali mengepalkan tangannya dengan erat untuk meyakinkan dirinya bahwa dia baik-baik saja. Dulu sebelum dia bertemu Ara, dirinya juga baik-baik saja, jadi setelah ini dia pun harus kembali seperti sedia kala. Saat sampai di kontrakannya, belum sempat Bahtiar membuka pintu, Bahtiar mendengar suara orang menangis. Bulu kuduk Bahtiar merinding seketika, pria itu menengokkan kepalanya ke kanan kiri, tidak ada siapa-siapa. “Hikss hiksss ….” Suara isakan itu kembali terdengar. Mata Bahtiar menatap ke arah pot besar, Bahtiar tersentak kaget saat melihat ada seorang wanita yang duduk di belakang pot rumah Elsi. Terlihat sekali kalau rambut itu panjang. Pria itu dengan takut-takut menghampiri pot tersebut. “Kamu siapa?” tanya Bahtiar mengamb