Prang! Prang! Brakk! Farel membanting barang apa saja yang bisa dia raih. Pria itu bahkan menendang pintu kamar mandi sampai roboh. Pria itu seperti orang kesetanann yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Emosi Farel memuncak tatkala Ara benar-benar pergi meninggalkannya. Ia pikir Ara tidak berani keluar sendiri, tapi ternyata Ara nekat untuk pergi. Napas Farel terasa sangat sesak, pria itu menuju ke laci mengambil semprotan oksigen yang biasa dia gunakan ketika penyakitnya kambuh. Penyakitnya yang berasal dari kecemasan kehilangan Ara membuatnya tersiksa, belum lagi keringat dingin juga bercucuran di dahinya. “Ara, kembalilah,” ucap Farel menepuk-nepuk dadaanya. Kamar Farel bagai kapal pecah, di mana semua barang berserakan di lantai, guci pecah dan pintu kamar mandi yang te