“Ara, kembali, Ara.” Farel terus meracau sembari duduk di lantai kamarnya. Farel menatap foto pernikahannya dan Ara yang tertempel di dinding kamar mereka. Di situ senyum mengembang dari bibirnya dan bibir Ara tampak bahagia. Farel tersenyum kecil mengingat momen pernikahan mereka. Di mana saat pertama kalinya tidur satu ranjang, masih ada rasa malu-malu sebelum akhirnya terbiasa. “Ara, kembalilah. Kamu bilang cinta aku, kenapa sekarang kamu pergi lagi?” tanya Farel dengan pilu. “Ara, kemarin kamu kabur ke rumah mamaku. Sekarang aku akan mudah menemukanmu.” Farel terus mengoceh. Segala ocehannya hanya menyebut nama Ara. Farel sudah seperti orang gila yang ngomong sendiri dan dijawab sendiri. Aleta ingin menghampiri Farel, tapi Farel mengisyaratkan pada Aleta untuk berhenti di tempat.