Bab 5

1118 Kata
PLAK! "Apa yang kau lakukan," ucap Sean yang marah karena Calista malah menamparnya. Dia tadinya menggigit bibir bawahnya karena Sean berhasil menikmati buah jeruknya, namun setelah dia tersadar dia mendorongnya dan langsumg menamparnya. "Aku tidak mau melakukan itu," ucap Calista merapikan bajunya lalu pergi dari sana. "Hey! mau ke mana, aku belum selesai menikmatinya!" Teriak Sean karena Calista malah pergi dari sana. Padahal dia tadi sudah asik menikmati buah jeruk Calista. Bukannya berhenti dan kembali kepada Sean, Calista hanya berbalik dan mengacungkan jari tengah kepada bosnya lalu benar-benar pergi dari sana. Sean tersenyum miring dan mengelus pipinya yang cukup berasa karena tamparan Calista padanya. "Bukankah dia sangat menarik, dia wanita pertama kalinya yang berani menamparku, dan anehnya aku tidak marah dengan apa yang dia lakukan." Gumamnya. "Aah, sial. Sepertinya dia harus benar-benar menjadi milikku." Ucapnya. "Aku sudah menduganya jika tubuhnya sangat indah dan wangi," gumamnya. Tentu saja dia hanya membual saat mengatakan tubuh Calista krempeng, namun nyatanya buang jeruknya sangat indah. Awalnya Sean mendekati dan ingin menjadikan Calista miliknya hanya untuk membuat Lucas sakit hati, namun melihat sikap angkuh dan penolakan Calista membuat Sean merasa tertantang dan ingin mendapatkan hatinya seutuhnya. Sedangkan Calista menghela nafas panjangnya, dia mengumpati dirinya sendiri karena tadi sempat membiarkan Sean menikmati benda kenyalnya. "Dia benar-benar pria menyebalkan dan pria mesumm." Gerutunya. Dia memilih untuk duduk di kursinya dan kembali mengerjakan pekerjaannya. Namun belum selang setengah jam, Sean keluar dengan buru-buru. "Batalkan semua metingku hari ini." Ucap Sean yang langsung pergi dari sana sebelum Calista menjawabnya. "Kenapa dengannya? Dia terlihat buru-buru! Cih. Jangan-jangan dia sedang birahi karena tadi apa yang dia lakukan padaku belum tuntas, dia pasti menyewa wanita sembarangan atau mungkin mendatangi wanita sombongnya itu." Gumam Calista. Sedangkan Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia memang sedang buru-buru, namun dia pergi ke markasnya, markasnya diserang oleh musuh bebuyutannya. "Sial." Umpat Sean yang ternyata markasnya sudah di kepung dan bahkan sudah banyak anak buahnya yang terluka dan mati. Dia tentu tau siapa dibalik semua ini. Mendengar suara mobil datang. Pria yang sedang melihat Sean tersenyum miring. Sean yang baru keluar mobil langaung menghindar ketika meraskan akan ada yang membidiknya. Dia mengeluarkan senjatanya dan langsung menembaki musuhnya. "Cepat sekali kau datang. Tuan Alexander" Ucap Carly tersenyum miring, "Bajiangn." Umpat Sean yang langsung melawannya, tentu saja Carly dengan senang hati meladeninya. Melihat Sean bertarung melawan Carly, para sahabat Sean langsung menghampirinya namun dicegah oleh anak buah Carly. Mereka berdua benar-benar tidak ada yang mengalah sampai akhirnya keduanya berhenti ketika sama-sama terkena goresan pisau masing-masing. "Kau suka sekali mencari kerusuhan di wilayahku," ucap Sean menatap tajam ke arah Carly. "Ya, kau benar. Aku memang suka membuat kerusuhan dan akan selalu melakukannya sampai kau memberikan pelabuhan di kota x." Ucap Carly tersenyum remeh. "Kau sangat miskin karena meminta salah satu pelabuhanku. Akan lebih baik kau membeli pelabuhan yang lain, karena kau akan bermimpi mendapatkan apa yamg aku miliki." Ucap Sean yang membuat Carly semakin tertawa. "Tentu saja aku akan mendapatkannya," ucap Carly dengan remeh. "Aku bahkan sudah berhasil mendapatkan beberapa senjatamu, dan aku akan mendapatkan yang lain sesuai dengan apa yang aku inginkan," ucap Carly. Sean tidak menanggapi apapun, namun dia kembali menghajar Carly, wajah keduanya bahkan sudah terkihat mengeluarkan darah dari hidung dan bibirnya. "Kau sangat salah datang ke markasku, aku bisa membunuhmu sekarang juga." Ucap Sean. "Itu jika kau mampu membunuhku." Tantang Carly lalu ingin menghajar Sean lagi namun para mobil anak buah Sean datang yang membuat Carly akhirnya meminta anak buahnya untuk mundur, Setidaknya dia sudah membuat kekacauan di markas Sean, dan jika dia melawan, sangat tidak memungkinkan karwna anak buahnya semakin berdatangan. "Tidak perlu dikejar." Ucap Sean ketika anak buahnya ingin mengejar mereka. Dia merasa tidak terlalu penting mengejarnya, dan akan lebih baik jika dia menolong anak buahnya yang banyak terluka. "Arga, obati yang terluka, dan kuburkan yang tidak bisa di selamatkan!" Ucap Sean kepada Arga yang dimengerti olehnya. "Lebih baik kau juga mengobati dirimu, kau terluka." Ucap Kevin. "Hanya luka gores, kita masuk ke dalam." Ucap Sean. "Dia membuat kerusuhan juga dengan menyusupkan penghianat di markas dan mencuri lagi sebagian senjata kita dari gudang belakang." Ucap Kevin memberitahu. "Berapa yang dia curi?" Tanya Sean. "Lumayan, karena dia tidak sendiri." Saut Miko. "Aku ingin penghianat itu, temukan dia! Besok kumpulkan semua anak buah kita, aku ingin menghabisi orang-orang yang masih berhianat denganku." Ucap Sean. Dia sangat membenci penghianatan dan tidak akan mengampuninya meskipun itu kesalahan sekecil apapun, baginya penghianat tidak ada kesempatan kedua, dan dia benar-benar akan melenyapkannya. Entah kenapa Carly selalu membuat masalah dengannya bahkan sering mencuri persenjataannya. Dia menginginkan wilayahnya dan tentu saja Sean tidak memberikannya karena pelabuhan itu sangat penting baginya. "Ck, kurasa dia sudah semakin miskin saja sampai mencuri persenjataan di gudangku." Gumamnya, "Kak, kau baik-baik saja." Ucap Sabrina yang menghampiri Sean, dia sedari tadi di markas dan sedang asik bercinta dengan sahabat Sean Miko, namun ternyata di tengah-tengah permainannya, dia mendapatkan kabar jika markas Sean di serang, untuk itu dia akhirnya menghentikan permainan panasnya dengan Miko dan membirkan Miko untuk menghandle semuanya. "Aku baik-baik saja." Ucap Sean dengan datar, dia tidak memperdulikan perhatian Sabrina, karena dia memang tidak menyukainya sedari awal meskipun dia sudah di angkat menjadi anak di keluarga Alexander. "Aku sangat khawatir denganmu, biar aku obati." Ucap Sabrina. "Jangan pedulikan aku, aku bukan anak kecil. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Tolak Sean. "Dia hanya khawatir denganmu." Ucap Miko yang membela Sabrina. "Kalau begitu katakan kepadanya jangn pernah menghawatirkanku lagi," ucap Sean yang tidak peduli. "Dia adikmu, Sean!" Ucap Miko yang marah namun Sabrina memegang tangan Miko untuk tidak melawan Sean dan membelanya. "Ibu dan ayahku hanya melahirkanku, dia hanya beruntung karena dia adalah anak dari Paman Harry, jika tidak. Mungkin dia tidak akan pernah menjadi bagian dari keluarga Alexander." Ucap Sean. "Dan akan lebih baik jika kau tidak mengatur aku harus bersikap bagaimana dengan seseorang, Miko!" Ucap Sean lalu pergi dari sana. "Biarkan saja, kenapa kau melawan perkataannya, biarkan aku mendekati Sean dengan caraku sendiri." Ucap Sabrina yang kesal dengan Miko. "Aku tidak suka melihat mu di perlakukan seperti itu dengannya." "Kau baru saja baikan dengannya, jangan hanya karena aku kau menjadi bertengkar lagi dengan Sean, bagaimanapun kalian bersahabat, jangan di ulangi lagi, berjanjilah." Ucap Sabrina yamg akhirnya membuat Miko menghela mafas panjangnya dan mengangguk, dia memeluk Sabrina dan mengecup keningnya sekilas. Sedangkan Sean memilih untuk pulang ke apartemennya dan mengobati lukanya sendiri di sana, setelah selesai. Dia terdiam sebentar lalu dia mengambil ponselnya dan menghubungi Calista. "Ada apa?" Tanya Calista yang sebenarnya malas mengangkat telefon dari bosnya ini. "Nanti malam datang ke apartemenku." Ucap Sean. "Untuk apa?" "Datang saja, atau aku yang akan datang dan menghancurkan rumahmu." Ucap Sean lalu mematikan sambungan telefonnya. Dia tersenyum tipis dan membayangkan jika sudah pasti Calista mengomel di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN