Sakit tapi enak?

1203 Kata
Setelah sampai di mansion, Sean tersenyum ketika melihat Calista masih tertidur dengan nyenyak, dia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu barulah dia menghampiri wanitanya yang sedang terlelap. Sean memeluk tubuh Calista dan menciumi tengkuk lehernya yang membuat dia candu, dia sepertinya sudah dibuat gila oleh Calista, Keesokkan paginya, Calista terbangun, bukannya merasakan hal lain, dia malah memeluk erat tubuh Sean dan menyandarkan kepalanya di da danya. Dia bisa menghirup bau tubuh Sean yang wangi. Untuk itu "Wangi sekali." Batin Calista tersenyum. Tunggu!" Calista tersadar dan langsung membuka matanya, dia terkejut karena didepannya ternyata adalah Sean karena masih ada perban di sana. Calista melepaskan pelukannya dan ingin menjauh namun Sean malah mencegahnya dengan memeluk erat tubuh Calista. "Sean, apa yang kau lakukan. Dasar pria m***m. Lepaskan aku." Ucap Calista. "Kau tadi memelukku, kenapa sekarang mengataiku mesumm, kita sama-sama m***m. Cal." Ucap Sean tersenyum tipis. "Lepaskan aku, atau aku akan mendorongmu, dan itu akan menimpulkan luka di da damu." Ucap Calista. "Lakukan saja, aku rela terluka karenamu." Ucap Sean. "Cih, buaya sekali pria ini." "Lepaskan, aku ingin buang air." Ucap Calista. Sean tersenyum dan menunduk. Dia mencium Calista dan melumatnya yang membuat dia melotot. "Morning kiss, tidak perlu melotot seperti itu." Ucap Sean yang mencium mata Calista dan membuat dia semakin terkejut. Sean melepaskan Calista dan membuat dia menjauh dan langsung pergi ke kamar mandi. "Oh astaga, kamar mandinya saja seluas ini." Ucap Calista yang kagum dengan kamar mandi Sean. Dia melihat bathube yang luas. "Aah, bukankah akan enak jika aku berendam." Ucap Calista tersenyum. Dia tidak peduli dengan Sean yang ternyata menunggunya diluar. "Apa yang dia lakukan di dalam? Kenapa lama sekali." Gerutu Sean, dia membuka pintu kamar mandi yang ternyata dikunci oleh Calista. Sean tersenyum miring dan mengambil kunci cadangan, dia sangat penasaran apa yang dilakukan olehnya sampai lama seperti ini. Dia membuka kamar mandi dan tersenyum ternyata Calista sedang berendam dengan memejamkan matanya. "Pantas saja." Gumam Sean pelan. Dia akhirnya memutuskan tidak menganggunya dan memilih untuk pergi ke kamar mandi lain, Saat selesai, dia kembali ke kamarnya dan melihat jika Calista ternyata baru selesai berganti baju namun dia memakai kemeja Sean yang terlihat kebesaran di tubuhnya. Dia tersenyum dan melihat kaki jenjang Calista yang terlihat sangat mulus karena kemejanya hanya sampai menutupi pahanya. "Kau menyuruhku tinggal di sini tapi kau tidak memberiku baju satupun," omel Calista yang membuat Sean tersenyum miring. "Nanti akan aku belikan yang banyak, tenang saja." Ucap Sean lalu mengambil ponselnya dan menghubungi pelayan di sini untuk memesankan pakaian untuk Calista. Dia memang lupa untuk menyiapkan baju Calista di sini. "Nye nye nye nye." Cibir Calista. "Kau seharusnya memakai kemejaku yang putih, agar aku lebih tau isi dalam-mu seperti apa." Ucap Sean menggoda Calista karena Calista kini memakai bajunya yang berwarna gelap. "Cih, enak saja." "Jangan lupa jika aku sudah membelimu, suatu saat. Kau pasti membukanya untukku." Ucap Sean tersenyum. "Dalam mimpimu saja. Tuan Mesumm. Aku tidak peduli meskipun kau sudah membeliku. Aku tidak akan mau tidur denganmu apalagi membuka tubuhku untukmu." Ucap Calista menolak tegas. "Kau harus mau." Ucap Sean mendekat ke arah Calista yang membuat dia perlahan mundur. "Jangan mendekat, Tuan Komodo!" Ucap Calista memperingati. Benar saja tak lama Sean berhasil merengkuhnya ketika di sudah terpojok dan ingin berlari darinya. "Kau pasti tau jika kau tidak mau menuruti permintaanku, maka kau akan— "Tidak! Tolong jangan memaksaku. Aku tidak bisa menjanjikan kau bisa menikmati tubuhku dengan memaksaku. Aku tidak bisa melakukan lebih dari biasanya dan aku harap kau tidak memaksaku." Ucap Calista yang membuat Sean terdiam sebentar dan mengangguk. "Benar?" Tanya Calista memastikan karena Sean mengangguk begitu saja. "Tentu saja, aku tidak terlalu birahi sampai aku harus memaksa seorang wanita." "Cih, tidak birahi? Sangat berbohong." Ucap Calista yang ingin melepaskan tangan Sean namun dia tidak bergeming. "Jangan memintaku untuk melayani ciumanmu itu atau melayanimu mulutmu yang seperti penyedot debu itu saat menyesap da daku, sakit tau!" Ucap Calista yang membuat Sean akhirnya tertawa. "Sakit tapi enak?" Ucap Sean. "T-tidak!" "Aah, kau kemaren mendesah saat aku— "Ck! Aku lapar. Apa kau tidak akan membiarkanku makan." Ucap Calista yang memotong perkataan Sean, sebeum dia mengeluarkan kata-kata frontalnya. "Beri aku ci— "Tidak! Aku sangat lapar." Ucap Calista. "Kau suka sekali memotong perkataanku dan menolakku." "Karena kau selalu m***m. Sebaiknya kau menyewa wanita lain saja, jangan meminta padaku." Ucap Calista. "Aku bukan penyuka wanita sembarangan, dan sepertinya kau tau itu. Mana pernah aku tersenyum kepada wanita sembarangan." Ucap Sean yang sebenarnya dibenarkan oleh Calista, sebelum Sean berubah menggodanya, memang Sean benar-benar dingin, jangankan dengan wanita lain, bahkan dengan kliennya saja dia sangat jarang tersenyum. Sean langsung meraih binir Calista dan mempermainkannya saat Calista sibuk melamun, tentu saja membuat Calista melotot dan memberontak, "Balas ciumanku agar kita cepat turun untuk sarapan, atau kau tidak akan pernah turun untuk sarapan." Ucap Sean. "Kau kejam sekali." Ucap Calista cemberut. "Itu memang julukan untukku," ucap Sean tersenyum. "Atau kau lebih suka jika aku menyus— Sebelum Sean meneruskan perkataanya mukutnya sudah dibungkam oleh Calista yang membuat Sean terswnyum tipis di sela ciuman Calista. Ciumannya terlihat tidak amatir dan selalu membuatnya candu, untuk itu dia sangat menyukai berciuman denganya. "Eitss, enak saja!" Ucap Calista mencegah Sean yang ingin mencium lehernya. Sean terswnyum dan akhirnya meremas pelan bongkahan padar belakang milik Calista yang polos dan membuat dia melotot. Dia meninggalkan Calista yang kesal padanya dan membuka pintunya yang ternyata adalah pelayamnya yang dia minta untuk memesankan baju untuk Calista. "Ini, pakailah." Ucap Sean memberikan paperbag kepada Calista. Calista membukanya sekilas dan beralih ke kamar mandi unruk mengganti bajunya. "Cih, bagaimana bisa dia tau ukuranku." Gerutunya karena di sana lengkap beserta dalamannya. Calista sudah selesai namun dia melihat Sean masih melakukan panggilan telefon yang dari bicaranya memang seperti dengan kliennya. Calista menyenggol tangan Sean dan mengatakan jika dirinya lapar namun tanpa suara. "Tunggu aku dibawah." Ucap Sean yang akhirnya di angguki oleh Calista, Dia juga ingin melihat-lihat rumah besar milik Sean. Saat keluar, Calista bahkan lupa arah untuk turun. "Aduh, aku lupa. Mana tangganya." Gumam Calista. Namun beruntungnya ada pelayan yang sedang membersihkan patung di mansion sana. "Hai, permisi. Dimana tangganya? Aku ingin turun." Ucap Calista yang membuat pelayan tersenyum. "Mari saya antar, Nona." Ucap pelayan itu dan akhirnya Calista mengangguk. "Maaf menganggu pekerjaanmu." Ucap Calista membuka suara. "Tidak apa, Nona." "Di sini ada lift?" Tanya Calista terkejut karena ternyata di mansion Sean ada lift. "Ada, Nona. Maaf, Apa anda ingin turun melewati tangga? Saya pikir anda tidak ingin lelah." Ucap pelayan itu yang takut salah. "Tidak, ini sangat membantu. Sean memang sialan. Jika ada lift kenapa semalam dia mengajakku naik tangga." Gerutu Calista yang membuat pelayan itu tiba-tiba merinding sendiri. "Nona, maaf jika anda tersinggung. Tapi mungkin lebih baik jangan berbicara seperti itu di sini, di sini banyak cctv. Saya hanya takut Tuan Sean mendengarnya dan anda akan mendapatkan kemarahannya." Ucap pelayan menasehati. "Aku bahkan pernah menamparnya dua kali dan menendang pusakanya, aku selalu mencaci makinya, dia tidak pernah marah, hanya sebuah hukuman, tapi hukuman itu sangat menyebalkan," ucap Calista yang membuat pelayan itu cukup terkejut namun menggaruk dahinya. Entah antara percaya atau tidak, tapi rasanya tidak mungkin jika wanita yang dibawa Tuannya ini bisa menampar dan bahkan menendang masa depan Sean, Tuan mafia yang sangat kejam jika ada yang berani melawannya atau bahkan tidak patuh kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN