Bilang saja jika kau mencintaiku

1369 Kata
Sesampainya dibawah, dia bertemu dengan Sabrina yang masih menatap tajam ke arah dirinya. "Aku tidak menyangka jika Sean akan membawa wanita miskin seperti ini ke mansion besarnya." Sindir Sabrina. "Itu berarti dia sangat menyukaiku." Jawab Calista dengan percaya diri. "Cih, jangan bangga dan percaya diri. Dia hanya memanfaatkanmu untuk membuat musuhnya sakit hati." Ucap Sabrina yang membuat Calista mengerutkan dahinya. "Apa kau tidak tau jika Lucas adalah musuh bebuyutan Sean, dia ingin merebutmu agar dia merasa sakit hati karena sudah mendapatkanmu." Ucapnya yang membuat Calista terd sebentar. "Pantas saja." Batin Calista. "Tidak apa, aku malah bersyukur jika Sean bisa merebutku dari pria brengsekk seperti Lucas, aku malah berterima kasih padanya." Ucap Calista tersenyum yang membuat Sabrina semakin marah karena Calista selalu bisa membalas perkataannya. "Dasar jalang, kau sengaja menggunakan tubuhmu untuk menggoda Sean bukan?" Ucap Sabrina. "Tentu saja, aku cantik dan sek-si, sayang sekali jika tidak aku gunakan untuk menggoda pria tampan dan kaya seperti Sean, aku membutuhkan uangnya." ucap Calista tersenyum manantang. Sabrina ingin menampar Calista namun Calista menangkap tangannya. "Ada apa ini?" Tanya Sean dengan suaranya yang dingin, "Kak, dia mengatakan jika dia sengaja menggodamu karena membutuhkan uangmu." Ucap Sabrina memberitahu. "Iya, aku tau. Aku mendengar semuanya." Ucap Sean yang membuat Sabrina tersenyum remeh kepada Calista. Dia mengira jika hidup Calista akan tamat hari ini. Namun Calista juga tersenyum mengejek dan sama sekali tidak takut kepada aduhannya. "Tidak di rumah, ternyata di sini saat mau sarapan pun ada saja dramanya." Ucap Calista memggerutu. "Aku sudah menduga jika dia adalah seorang jalang saat aku pertama kali melihatnya, dia sangat tidak sopan," ucap Sabrina yang semakin membuat Sean agar tau bagaimana sikap Calista yang sebenarnya. "Kita makan sekarang." Ucap Sean yang membuat Sabrina terkejut, bukan hanya Sabrina, tapi para pelayan yamg ada di sana seperti seakan-akan terkejut karena Sean seperti hanya diak saja dan mengabaikan Calista yang tadi sudah berkata memang menggoda Sean. "Kak, kenapa kau mengabaikannya. "Tentu saja tidak! Dia nanti akan kuberi hukuman." Ucap Sean tersenyum miring kepada Calista yang membuat dia reflek menyilangkan tangannya di da danya. Sedangkan Sabrina tersenyum remeh kepada Calista dan seperti mengejeknya. "Mati kau, Calista!" Batinnya. Sedangkan Calista bergidik ngeri melihat Sean yang menatapnya dengan tatapan yang tentu saja itu adalah tatapan ingin memakannya. "Dia sangat menyebalkan." Batin Calista karena sudah pasti hukuman yang dimaksut Sean adalah untuk melayaninya. "Sean, sekaya apa dirimu?" Tanya Calista tiba-tiba karena dia tiba-tiba memimirka sesuatu. "Aku sangat kaya." Ucap Sean dengan sombong. "Kalau begitu bisakah kau membeli rumah orang tuaku yang ada di tangan Lucas?" "Kau lancang sekali." Ucap Sabrina yang merasa Calista benar-benar keterlaluan dan sangat lancang. "Jangan ikut campur obrolanku dengan siapapun itu." Tegur Sean. "Sebagai gantinya nanti aku akan menerima semua hukumanmu." Ucap Calista yang membuat Sean Tertawa. "Tawaran yang menarik." Ucap Sean. Sejujurnya Sabrina dan pelayan yang disana cukup melongo karena melihat Sean tertawa lepas seperti itu, padahal sebelumnya. Dia sangat dingin dan jarang tertawa. "Cih! Memang dasarnya kau mesum." Ucap Calista memutar bola matanya malas, namun dia berani memberi tawaran itu karena dia berfikir sekalian saja memanfaatkan kekayaan Sean untuk merebut kembali rumah orang tuanya yang ada di tangan Lucas. Sangat rugi jika setiap saat Sean selalu menghukumnya tapi dia tidak mendapatkan apapun, padahal sebelumnya Sean sebenarnya sudah memberikan kartu tanpa batas untuknya. Sedangkan Sabrina mengepalkan tangannya, sepertinya dia kini tau apa hukuman yang di maksut oleh Sean, padahal dia mengira jika Sean memberinya hukuman berupa kekejamannya, namun sepertinya dengan Calista. Hukumannya berbeda. "Kau memiliki lift, tapi semalam kau mengajakku naik tangga, itu sangat melelahkan." "Anggap saja olahraga." Ucap Sean dengan santai. "Kak, bisakah siang ini kita makan siang bersama?" Ucap Sabrina. "Tidak bisa, Sean ada meting dengan klien sambil makan siang denganku." Ucap Calista menyauti. "Lebih baik kau tidak ikut campur pembicaraanku dengan kakakku." Ucap Sabrina benar-benar kesal. "Kalau tidak percaya tanyakan saja padanya, jika di minta memilih, dia lebih memilih bersamaku, aku ingin menerima hukuman darinya." Ucap Calista tersenyum yang membuat Sean tersenyum tipis. "Kak— "Makan siang saja bersama Miko, bukankah kau biasanya bersamanya, jangan mengangguku dengan Calista." Ucap Sean sebelum Sabrina meneruskan perkataannya. "Ayo kita berangkat." Ucap Sean yang di angguki oleh Calista. Calista memeluk tubuh Sean yang membuat dia tersenyum dan akhirnya membalas dengan merangkul bahunya. Calista semakin tersenyum mengejek bahkan menjulurkan lidahnya kepada Sabrina yang membuat dia melotot. "Wanita brengsekk!" Umpat Sabrina. "Awas saja kau!" Ucapnya lalu memilih untuk kembali ke kamarnya. "Bi, apa kita tidak salah lihat? Tuan Sean sepertinya memang patuh dengan Nona Calista." Ucap Lidia. Salah satu pelayan di sana. "Ya, dan aku sangat senang melihatnya, aku melihat Nona Calista wanita yang ceria dan baik," ucap Mina tersenyum senang, dia adalah kepala pelayan di mansion Sean yang sudah mengabdi selama hampir 25 tahun, dia adalah pengasuh Sean dulu waktu dia kecil, untuk itu Sean sangat percaya padanya. Sedangkan Sean mengukungnya di badan mobil dan langsung mempermainkan bibir Calista, dia sedari tadi tidak bisa menahannya apalagi Calista yang menawarkan sendiri untuk dihukum olehnya. "Di sini banyak anak buahmu." Ucap Calista setelah ciuman mereka terlepas, dia tadinya sangat terkejut karena Sean yang tiba-tiba menciumnya. "Mereka akan pura-pura buta." Ucap Sean. "Ck! Sudah. Kita harus ke kantor, Tuan mesumm, kau ada meting penting pagi ini." Ucap Calista mencegah Sean yanh ingin menciumnya lagi. "Jangan lupa dengan janjimu tadi." Ucap Sean. "Tergantung kapan kau bisa membuat rumah itu menjadi milikku kembali." Ucap Calista. "Hanya dalam satu jam, rumah itu akan menjadi milikmu." Ucap Sean yang membuat Calista mengerutkan dahinya. "Jangan meragukanku, kau harus tau bagaimana aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan, kau hanya perlu menyiapkan hadiah untukku." Ucap Sean tersenyum. Calista hanya mengangguk yang membuat Sean mencium keningnya. Meskipun sedikit bingung karena Calista tiba-tiba saja menyetujuinya bahkan tanpa dipaksa, tapi dia percaya kepadanya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan menuju ke perusahaan. "Sean, kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kau menganggap aku sebagai wanita jalang?" Tanya Calista tiba-tiba. "Jangan dengarkan kata Sabrina," ucap Sean yang sepertinya Calista tersinggung dengan perkataan Sabrina tadi. "Apa maksutmu membeliku dan melakukan semua ini padaku? Kata Sabrina jika kau melakukan ini semua karena ingin membuat Lucas sakit hati, untuk itu kau merebutku darinya. Lalu jika kau sudah merebutku darinya? Kau akan melakukan apa?" Tanya Calista. "Tidak ada, kita akan seperti ini," ucap Sean dengan santai dan tidak menelak jika dia memang membelinya dan ingin menjadikan dirinya menjadi milik Sean karena ingin membuat Lucas sakit hati. "Aku tidak mengerti apa maksutmu, apa maksutmu kau akan tetap seperti ini padaku? Bukankah memang aku seperti jalang jika begini." "Aku tidak pernah mengatakan itu." Ucap Sean. "Jika awalnya aku merebutmu darinya itu memang benar, aku ingin membuat Lucas sakit hati, tapi karena penolakanmu padaku membuat aku tertarik dan penasaran padamu, kau berbeda denganw anita lain diluaran sana, untuk itu kau harus menjadi milikku." Ucap Sean. "Milikmu dalam artian apa?" Tanya Calista. "Apa maksutmu kau penasaran dengan tubuhku?" Tanyanya. "Aku tidak munafik, dan itu normal ketika seorang lelaki memiliki ketertarikan kepada seorang wanita." Ucap Sean jujur. "Tertarik? Aku tidak mengerti, kau berbicara tidak jelas. Hanya tertarik dengan tubuhku atau bagaimana? Suka sekali bertele-tele." Omel Calista pada akhirnya, dia tadinya ingin berbicara serius namun malah menjadi emosi sendiri. Mendengar omelan dari Calista membuat Sean tertawa. "Kau tau aku sangat susah tertarik dengan wanita sembarangan, melihatmu bahkan awalnya hanya biasa saja, tapi saat tau jika kau kekasih Lucas, aku ingin merebutmu dan menjadikanmu milikku, penolakanmu membuat aku merasa tertantang karena bahkan selama ini aku yang selalu menolak wanita, bukan sebalikny, untuk itu aku menjadi penasaran dan akhirnya tertarik denganmu, kau yang bisa membuatku akhirnya merobohkan benteng pertahananku mencium seorang wanita, bahkan membuatku candu denganmu." "Kata-katamu panjang sekali, singkat saja dan bilang jika kau mencintaiku." Goda Calista dengan percaya diri. "Sepertinya begitu. Untuk itu sekarang kau milikku," ucap Sean yang membuat Calista yang tadinya menggoda Sean dengan mengatakan Sean mencintainya akhirnya menjadi malu sendiri. Karena Sean tidak membantahnya tapi malah mengiyakannya. Sean melirik sekilas dan melihat ke arah Calista yang terlihat salah tingkah, dia tersenyum tipis dan benar-benar membuatnya gemas sendiri. Dia memamg sepertinya sudah mencintai Calista, dia sangat menginginkan berhubungan dengan Calista, bukan hanya soal sek-s, namun juga berhubungan lebih dari sekedar sekretaris dan bos, atau antara bos dengan bud4knya, dia tidak sembarangan memiliki nafsu seperti ini dengan wanita jika dia tidak benar-benar menaruh rasa kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN