Wanita tawanan mafia kejam

1216 Kata
Setelah sampai di kantor. Sean ingin menggandeng Calista namun dia menolaknya. "Aku tidak mau menjadi perbincangan karyawanmu, jangan menyentuhku, berjalanlah dulu seperti biasa." Ucap Calista. "Jika dilihat karyawanku pun biarkan saja. Jangan dengarkan mereka." Ucap Sean yang bahkan ingin merangkul bahu Calista namun dia tetap menolak. "Bandel sekali bos mesumm ini," omel Calista yang membuat Sean tersenyum miring dan akhirnya jalan terlebih dahulu dengan wajah dinginnya, tidak banyak karyawan yang menyapa Sean karena mereka sangat tau bagaimana bosnya ini yang tidak suka jika disapa atau bahkan ada yang menyentuhnya. "Sepuluh menit lagi, anda ada meting di ruang meting." Ucap Calista secara formal, sebelum Sean masuk ke dalam ruangan. "Tunda satu jam ke depan." Ucap Sean yang membuat Calista mengerutkan dahinya. "Ada apa?" Tanya Calista penasaran karena Sean meminta umtuk menundanya. Sean tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis kepada Calista. "Tidak jelas sekali pria itu." Omel Calista. Dia memilih untuk menghubungi klien bos-nya ini untuk menunda metingnya, setelahnya barulah dia mengerjakan pekerjaannya. "Hai, Cal." Sapa Arga yang membuat Calista menanggapinya dengan senyuman. Arga tersenyum dan langsung masuk ke dalam ruangan Sean. "Ini yang kau minta." Ucap Arga langsung menghempaskan dirinya untuk duduk di sofa. Sean mmebuka maps yang dibawa Sean dan tersenyum. "Bagus!" Ucap Sean. "Dari senyummu terlihat ada pemikiran jahat, untuk apa kau meminta sertifikat rumah Calista?" Tanya Arga. "Tentu saja untuk semakin menjeratnya." Ucap Sean tertawa. Arga tersenyum miring dan tidak menanggapinya lagi karwna sepertinya dia tau apa yang di inginkan oleh Sean setelah ini. Tak lama Calista masuk, dia terkejut ketika Arga membalut tubuh Sean dengan perban. "Ada apa?" Tanya Calista yang tiba-tiba khawatir. "Hanya mengganti perbannya, jangan khawatir, Cal. Lelakimu tidak apa." Goda Arga. "Cih, aku tidak menghawatirkannya, aku hanya bertanya." Ucap Calista. Sedangkan Sean tersenyum miring. "Minggurlah, Ga. Biar Calista yang meneruskannya." Ucap Sean. "Ada saja kau ingin modus." Ucap Arga. "Pergilah, atau aku tembak pusakamu." Ucap Sean. Arga akhirnya menyingkir karena ancaman Sean tidak pernah main-main, dan tentu saja dia masih ingin kencing dan merasakan kenikamatan dunia, "Kemari, Cal." "Aku tidak bisa, kenapa kau malah menyuruhku." Gerutu Calista. "Harus bisa, kau harus bisa dalam suatu hal, termasuk memuaskanku nanti." Ucap Sean tersenyum manis. Perkataan Sean membuat Calista menjadi malas, "Memuaskan kepalamu." Gerutu Calista "Ya, benar. Kepala bawahku." Ucap Sean yang membuat Arga tertawa. "Baiklah, akan lebih baik aku pergi dari sini," ucap Arga yang langaung pergi dari sana. Dia tidak mungkin melihat kedua sejoli ini nantinya melakukan kejadian hal yang tidak senonoh di matanya. Calista terpaksa melanjurkan pekerjaan Arga, dia meneruskannya berdasarkan felingnya. "Ada apa kau tadi datang ke sini?" Tanya Sean. "Aku membawa beberapa berkas yang harus kau tanda tangani." Ucap Calista yang dimengerti oleh Sean, setelah selesai. Sean memberikan berkas yang tadi dibawa Arga. "Apa ini?" Tanya Calista yang tidak mengerti. "Buka saja." Ucap Sean yang akhirnya dibuka oleh Calista. Mata Calista melebar karena terkejut. "Sean, Ini— "Sudah ku bilang, aku bisa mendapatkannya dalam kurang satu jam." Ucap Sean. Caliata bahkan terharu karena di sana bahkan sertifikat rumahnya sudah menjadi atas namanya kembali "Astaga, aku senang sekali. Terima kasih." Ucap Calista yang reflek memeluk tubuh Sean yang di senyumi olehnya dan tentu saja membalasnya. "Setelah ini bolehkah aku tinggal di rumahku?" Tanya Calista. "Tidak! Kau tetap tinggal denganku." Ucap Sean yang membuat Calista akhirnya cemberut dan melepaskan pelukannya. "Aku merasa kau menawan-ku jika seperti ini." Ucap Calista. "Kau memang tawanan-ku, wanita tawanan mafia kejam, bagaimana? Bagus bukan julukannya." Ucap Sean tersenyum. "Jelek! Kau tidak terlihat kejam di mataku." Ucap Calista. "Benarkah? Kalau begitu sore nanti ikut denganku." Ucap Sean yang membuat Calista mengerutkan dahinya. "Ke mana?" Tanyanya "Ikut saja." Ucap Sean. "Kau tidak membunuhku, kan? Aku tadi hanya bercanda, kau memang sangat kejam." Ucap Calista yang akhirnya meralat perkataannya, Perkataan Sean malah membuat Calista tertawa dan mencium pipinya karena merasa Calista semakin lama semakin gemas dimatanya. "Aku tidak pernah memiliki pemikiran membunuhmu, asal kau bukan menghianatiku saat kita bersama seperti ini." Ucap Sean. "Cih, kau sudah seperti kekasihku saja yang tidak memperbolehkan aku menghianatimu." Gerutunya yang tidak suka dengan perkataan Sean. "Karena kau milikku, anggap saja seperti itu," ucap Sean. "Sama sekali tidak romantis." Ucap Calista kesal, dia akhirnya berdiri dan keluar dari ruangan Sean namun dibirkan olehnya, tak lama kepala Calista muncul kembali di pintu Sean "Sepuluh menit lagi kau ada meting, jangan menundanya lagi. Atau aku akan memukulmu." Ucap Calista lalu pergi dari sana yang membuat Sean semakin tersenyum miring. "Gadis nakal!" Gumamnya lalu melihat berkas yang dibawa Calista tadi dan mulai menandatanganinya sebelum dia meting nantinya. Seharian ini, Sean dan Calista sama-sama sibuk, Sean bahkan tidak sempat untuk menggoda Calista. Dia bahkan harus bertemu dengan 5 klien dalam hari ini, Terakhir Calista datang ke ruangan Sean untuk memberikan berkas hasil meting mereka terakhir tadi. "Besok saja, kita pulang sekarang." Ucap Sean yang akhirnya di angguki oleh Calista. Mereka keluar dari ruangan sampai keluar kantor pun terlihat seperti biasa, namun ada juga yang membicarakan Calista karena pulang bersama bos mereka. "Kita ke mana?" Tanya Calista karena Sean tidak membawanya ke aarah Mansion ataupun ke arah rumahnya. "Markas-ku." Ucap Sean. "Untuk apa?" Tanya Calista yang tidak paham. "Kau akan tau nanti." Ucap Sean tersenyum tipis dan akhirnya Calista hanya diam saja, dia membiarkannya saja, karena dia yakin jika Sean tidak mungkin membunuhnya mengingat tadi Sean dengan terang-terangan mengatakan jika dia mencintainya. Saat sampai, Calista melongo karena dari depan bangunannya terlihat sangat besar dan mewah, di sana banyak dangat banyak orang yang memakai baju hitam dan kemungkinan jika mereka adalah anak buah Sean. Saat mobil Sean berhenti, anak buahnya bahkan membukakan pintu untuk Sean dan dirinya. Sean mengkode Calista untuk mendekatinya dan langsung merangkulnya. "Waah, siapa ini yang datang." Sindir Kevin karena Sean mengajak wanitanya ke markas. "Woah, ada bidadari cantik di sini," sapa Arga juga yang ternyata ada di sana. Calista hanya menanggapinya dengan senyuman, dia hanya mengenal Arga namun tidak mengenal Kevin. "Cal, ini Kevin, sahabatku. Jika yang itu kau pasti sudah kenal." Ucap Sean mengenalkan Kevin dan Arga. "Hai." Sapa Calista tersenyum. "Sudah, jangan tersenyum pdanya." Ucap Sean yang langsung menarik Calista. "Cih, sok posesif." Cibir Calista yang di tanggapi Kevin dan Arga dengan tertawa. "Kau sepertinya benar, dia sangat berbeda." Ucap Kevin. "Sudah ku bilang." Ucap Arga yang tertawa. "Woaah, hai Cal." Sapa Miko yang baru keluar dari kamar dan ternyata dibelakangnya ada Sabrina. Calista hanya menanggapinya dengan senyuman, sedangkan Sabrina menatapnya dengan sinis seperti biasa. "Dia Miko, sama seperti lainnya, dia juga sahabatku." Ucap Sean yang di mengerti oleh Calista. Sean langsung membawanya kembali menuju ruang bawah tanah, di sana terlihat tidak begitu terang namun juga tidak gelap, di sana ternyata juga banyak anak buah Sean, "Ini seperti tahanan." Ucap Calista. "Memang iya." "Apa tadi kekasih Sabrina?" Tanya Calista yang di angguki oleh Sean. "Jadi jangan pernah cemburu padanya, aku hanya menyukaimu." Ucap Sean yang membuat Calista menahan senyumnya, dia menjadi malu sendiri dengan perkataan Sean padanya. "Astaga, kenapa hatiku menjadi seperti tawuran di dalam sana," batin Calista. Namun tak lama Calista merubah raut wajahnya menjadi terkejut, matanya bahkan melotot karena Sean membawanya ke salah satu tahanan yang ternyata di sana adalah Lucas dan Sofi. "Sean, mereka— "Ya, mereka ada di sini, mereka harus mendapatkan balasan telah melukaimu." Ucap Sean lalu menatap tajam ke arah Lucas dan Sofi, Sean bisa melihat Lucas yang menatap tajam ke arahnya sedangkan Sofi melihatnya dengan ketakutan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN