Kekejaman Sean

1125 Kata
"Bagaimana, Lucas? Apa kalian sudah cukup bercinta-nya? Jika belum. Aku masih bisa menunggu, anggap saja itu hadiah sebelum kalian mendapatkan sesuatu dariku." Ucap Sean tersenyum remeh. "Kau b******n, Sean. Kalian sama-sama bajingans, terutama jalang itu. Dia benar-benar murahan." Ucap Lucas dengan lantangnya yang membuat Calista reflek mencengkram tangan Sean sedikit keras karena dia sedari tadi memang menggandeng Sean. "Katakan sesuatu jika kau ingin memakinya." Ucap Sean. "Tidak, aku malas mengeluarkan suara cantikku meskipun hanya untuk memakinya, lebih baik akan ku simpan untuk mengeluarkan suara indahku saat bersamamu." Ucap Calista yang sengaja memang ingin memanasi Lucas. Sean tersenyum tipis dengan perkataan wanitanya ini memang sangat pintar. "Dasar jalang, tak ingatkah jika aku yang selalu membantumu saat kau memiliki masalah dengan Robert." "Kau membantuku untuk kepentinganmu sendiri, kau tidak tulus membantuku, dasar bajiangan!" Ucap Calista. "Duduklah, dia harus diberi pelajaran karena telah membuatmu sakit hati, termasuk wanitanya juga yang berani memukul kepalamu." Ucap Sean yang membuat Calista terkejut. "Bagaimana kau bisa tau?" Tanya Calista. Sean tidak menjawabnya dan hanya tersenyum sambil mencium sekilas bibir Calista yang membuat Lucas semakin meradang. Sean memakai sarung tangan hitam yang di siapkan anak buahnya lalu masuk ke dalam tahanan Lucas. "Kau sudah lama hidup enak, waktunya untukmu pergi ke neraka." Ucap Sean tersenyum miring. Tidak ada rasa takut di wajah Lucas dan malah menatapnya dengan tatapan menantang. "Tidak masalah jika kau tidak takut padaku, sebentar lagi kau akan takut dengan kematianmu." Ucap Sean. Calista terkejut karena dengan tangan kosongnya, Sean mengambil mata Lucas, terdengar jeritan dari mulut Lucas, dia tidak bisa melwan karena tangannya yang di ikat. Calista bahkan tidak menyangka jika Sean memang sangat kejam, dia bisa melihat apa yang dilakukan Sean kepada Lucas, dimana dia mencongkels matanya, memtong tangan dan kakinya, bukan hanya itu, dia menyiksanya sampai teriakan Lucas terdengar sangat keras di sana "C-cal. Tolong aku, tolong katakan Tuan Sean untuk melepaskanku." Ucap Sofi yang sangat ketakutan dengan apa yang dia lihat, dia tidak menyangka jika bosnya dulu adalah seorang mafia kejam. Dia lebih tidak menyangka ternyata Calista dekat dengan bosnya. Teriakan Sofi membuat Sean beralih kepadanya. "T-tuan, saya adalah seorang wanita, anda tidak mungkin menyakiti saya bukan." Ucap Sofi. "Kenapa tidak? Bagiku laki-laki atau perempuan sama saja, jika dia berani membuatku marah, aku akan menghukumnya." Ucap Sean yang membuat Sofi langsung histeris, sedangkan Calista hanya diam saja dan melihatnya. "Ambilkan aku besi panas." Ucap Sean yang dimengerti oleh anak buahnya. Caliata sedikit menegang ketika Sean meminta anak buahnya untuk membuka lebar kakinya dan bahkan menancapkan besi itu di sela pahanya, Tapi entah kenapa dia tidak mengalihkan perhatiannya dan malah menontonnya. Teriakan keras terdengar oleh Sofi. Sejujurnya cukup membuat Calista merinding karena ini pertama kalinya dia melihat adegan yang sangat kejam seperti ini, tapi sejujurnya di dalam hatinya ada rasa kepuasan sendiri melihat Lucas dan Sofi di hukum seperti ini. "Bukankah ini gila? Kenapa aku malah terlihat puas mereka di hukum seperti ini." Batin Calista. Terakhir Sean memukul keras kepala Sofi sampai dia terjatuh dan tidak sadarkan diri. "Inilah akibatnya jika ada yang berani melukai wanitaku." Ucap Sean dengan wajah memerah, dia sangat marah apalagi dengan wanita yang sudah berhianat seperti Sofi, Setelah selesai, dia keluar dari tahanan dan menghampiri Calista yang terlihat masih menegang. "Inilah aku, aku sangat benci penghianatan walaupun itu penghianatan sekecil apapun, dan dia tidak akan mendapatkan pengampunan dariku. Apalagi dia sudah melukaimu." Ucap Sean yang hanya di angguki oleh Calista. Dia melihat tubuh Sean yang penuh dengan da rah. "Ikut aku. Aku ingin mandi terlebih dahulu." Ucap Sean yang hanya di angguki oleh Calista. Calista lagi-lagi dibuat terkejut dengan markas Sean dimana dia ternyata di sana ada kamar yang juga bagus dan luas. Meskipun dia juga merasa puas dengan apa yang dilakukan Sean, Calista masih sedikit bergidik ngeri dimana tubuh Sean yang terkena cipratan da rah banyak, "Aku sedikit lama, aku akan berendam, jika mau berjalan-jalan. Aku akan memanggilkan Arga agar kau tidak bosan." Ucap Sean. "Jika aku melihat-lihat kamarmu, apakah boleh?" Tanya Calista yang di senyumi dan di angguki oleh Sean. Dia masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Calista. Sedangkan Calista melihat sekitar, di sana sangat rapi dan wangi khas parfum Sean. Dia mulai berjalan dan menelusuri benda di atas meja namun dia dikejutkan dengan pintu Sean terbuka dan ternyata itu adalah Sabrina . "Apa kau tidak bisa mengetuk pintu dulu? Bagaimana jika kau membuka pintu tapi di saat aku dan Sean sedang bercinta." Ucap Calista yang benar-benar tidak suka dengan Sabrina. "Sean tidak mungkin mau bercinta dengan wanita sepertimu." "Tentu saja mau, aku sangat cantik, tubuhku wangi dan sek-si, Sean selalu memuji tubuhku." Ucap Calista tersenyum. "Kau memabg jalang, dia hanya memanfaatkan tubuhmu." "Kalau begitu aku juga memanfaatkan kekayaannya. Kita sama-sama menguntungkan, jadi bebas saja, kau tidak perlu ikut campur. Aku saja tidak pernah ikut campur masalahmu. Aku juga tidak pernah memiliki masalah denganmu, kau mengaku adik Sean bukan? Seharusnya kau mendukung kami, bukan malah seperti cemburu kepadaku." Ucap Calista. "Sabrina." Panggil Miko yang marah ketika melihat kekasihnya malah ke kamar Sean dan menganggu Calista. "Maaf, Cal. Dia hanya ingin merebut hati kakaknya sedari dulu, tapi sayangnya Sean terkadang mengabaikannya, dia tidak berniat menganggumu." Ucap Miko. "Aku hanya tidak suka kakak-ku memiliki wanita miskin seperti dia, tidak setara sekali dengan keluarga Alexander. Aku yakin jika Mommy dan Daddy tidak akan menerimanya." Ucap Sabrina. "Cukup, kau sudah keterlaluan, Sabrina. jangan ikut campur urusan percintaan Sean, itu bukan urusanmu dan bukan urusan kita, jika Sean memilihnya, itu artinya dia mencintainya," "Kenapa kau membelanya, bukankah kau selalu membelaku, atau jangan-jangan kau juga menyukainya." Sabrina malah marah yang membuat Miko langsung menariknya, "Dia benar-benar wanita tidak waras, untuk status adik angkat, aku rasa dia terlalu posesif kepada Sean." Gerutu Calista namun dia tersenyum getir jika mengingat perkataan Sabrina yang mengatakan jika orang tua Sean tidak mungkin menerimanya karena status sosialnya. ***** "Kenapa kau berbicara seperti itu kepadanya, dengan sikapmu seperti ini, kau malah membuat Sean membencimu." Ucap Miko yang marah karena tidak suka dengan perkataan Sabrina. "Karena aku memang tidak menyukainya, dia hanya memanfaatkan Sean untuk kebutuhannya." Ucap Sabrina yang juga marah karena Miko menariknya. "Itu bukan urusan kita, lagi pula ku tau Sean, jika dia sudah menyukai wanita, siapapun akan dia lawan termasuk orang tuany, akan lebih baik jika kau diam saja dan mendukungnya, karena aku tidak bisa membelamu di depan Sean jika kau mengusik wanitanya, sedangkan Calista tidak pernah mengusikmu." ucap Miko. Sabrina yang kesal akhirnya meninggalkan Miko dan memilih untuk pulang ke mansion, Miko menghela nafas panjangnya dan membiarkannya. Dia memijat pangkal hidungnya karena merasa pusing dengan sikap Sabrina, Dia mencintainya tapi dia juga tidak suka dengan sikap Sabrina yang memang sedari dulu selalu ikut campur dengan urusan percintaan Sean. Dia mengakui jika Sabrina sudah keterlaluan, apalagi dia sangat tau jika Calista adalah wanita yang baik, berbeda dengan mantan kekasih Sean dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN