Bab 2

927 Kata
Calista benar-benar murka, dia bahkan ingin sekali membunuh ayah tirinya saat ini karena telah berani menjual rumah orang tuanya, rumah di mana banyak kenangan indah dari masa kecilnya. Meskipuj akhirnya orang tuanya berpisah dan ibunya menilih untuk menikah lagi. "Lebih baik kau kembali dengan Tuan-mu itu, menurutlah padanya. Jangan menjadi pembangkang, atau nyawamu akan terancam." Ucap Robert dengan seenaknya yang membuat Calista semakin marah. "Kau pria tidak waras." Teriak Calista dan ingin menghajar ayah tirinya lagi namun Robert menghindar dan bahkan menampar Calista. "Jangan sesekali menyentuhku, kita sudah bukan keluarga, jadi hiduplah dengan tubuhmu sendiri," ucap Robert lalu pergi dari sana yang membuat Calista langsung menangis sejadi-jadinya, dia tidak bisa menerima ini, di mana dia harus merelakan rumah orang tuanya, banyak kenangan indah di sini, dan Calista tidak akan membiarkan rumah ini menjadi milik orang lain. Keesokkan paginya, Calista terbangun, dia bahkan sampai tertidur di sofa ruang tengah karena terlalu banyak menangis, dia mencuci wajahnya sebentar sebelum membuka pintunya karena ada yang mengetuk pintunya sedari tadi. Calista mengerutkan dahinya ketika ada dua pria berbadan besar lebih tepatnya seperti pengawal yang bertamu ke rumahnya. "Siapa kalian?" Tanya Calista. "Maaf, saya hanya ingin memberitahukan kepada anda, jika rumah ini harus di kosongkan hari ini, karena minggu depan akan di adakan pelelangan untuk rumah ini." Ucap salah satu pria itu yang membuat Calista terkejut. "T-tunggu! Kalian tidak bisa melelangnya, ini rumahku." Ucap Calista yang panik karena ternyata Robert sepertinya benar-benar menjual rumah satu-satunya yang dia punya. "Kami sudah membelinya dari Tuan Robert, kami memiliki sertifikat aslinya, jadi anda tidak bisa mengakui lagi jika ini milik anda." Ucapnya sambil memberikan surat di mana itu adalah sertifikat resmi dan bahkan sudah ditanda tangani oleh Calista sendiri "T-tidak, ini rumahku. A-aku juga tidak pernah merasa menandatangani semua ini." Ucap Caliata terkejut. Namun dia mengingat sesuatu di mana Robert lagi-lagi menipunya, dia memang pernah menandatangani kertas namun Robert mengatakan jika itu adalah tanda tangan asuransi kematian ibunya. "Sekali lagi, kami hanya memberikan anda waktu satu hari untuk pergi dari sini." Ucapnya dan tidak peduli dengan perkataan Calista. "Berapa Robert menjualnya?" Tanya Calista, pria itu memberikan kertas dan membuat Calista terkejut. "Aku tidak pernah menerima uang sepeserpun." Ucap Calista, nominalnya cukup besar karena memang rumah orang tuanya duku lumayan besar. "Tolong kerja samanya, Nona." "A-aku akan melaporkan kalian ke polisi jika kalian berani melelangnya dan mengusirku dari sini." Ucap Calista. "Laporkan saja, mungkin anda sendiri yang akan ditangkap karena kami memiliki hak atas rumah ini. Permisi." Calista memukul temboknya sendiri dan kembali menangis, dia tidak bisa melepaskan rumah ini begitu saja. "Bagaimana ini." Gumam Calista. "Lucas, aku harus menghubunginya." Ucap Calista yang mengingat kekasihnya. Dia berlari mengambil ponselnya dan menghubungi kekasihnya. "Iya sayang? Kau ke mana saja? Semalam aku menghubungimu tapi kau tidak mengangkatnya." Ucap Lucas di seberang sana yang membuat Calista mengusap dahinya. "Maaf, Sayang. Aku ada keperluan penting, aku ingin bertemu denganmu, bisakah kita bertemu hari ini?" Ucap Calista. "Ya, tentu saja, aku ada di kantor, kemarilah." Ucap Lucas yang membuat Calista lega. "Setelah ini aku ke sana." Ucap Caliata lalu mematikan sambungan telefonnya. Calista mengusap air matanya dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, dia benar-benar panik dan khawatir karena dia tidak mau kehilangan rumah kenangan orang tuanya satu-satunya yang dia punya. Setelah sampai dan mendapatkan izin masuk ke dalam ruangan Lucas, Calista sangat senang, dia bahkan langsung membuka pintu ruangan kekasihnya tanpa mengetuk pintu. "Ada apa, Sayang?" Tanya Lucas yang langsung memeluk Calista karena dia menghampirinya dengan menangis. "Robert, dia sangat gila, dia menjual rumahku, dia menjual rumah satu-satunya peninggalan orang tuaku, tolong bantu aku Lucas, aku berjanji akan segera menggantinya, aku benar-benar tidak tau harus meminta tolong kepada siapa lagi." Ucap Calista. "Bagaimana bisa?" Tanya Lucas yang sedikit terkejut dengan perkataan Calista. "Banyak yang terjadi kemaren, aku juga tidak tau bagaimana bisa dia menjualnya. Tapi sepertinya aku ditipu habis-habisan oleh Robert. Agar menandatangi sertifikat itu" Ucap Calista yang masih menangis. "Berapa nomonalnya?" Tanya Lucas, Calista lali memberikan kertas yang tadi diberikan oleh orang yang menghampirinya. Lucas terkejut karena nominalnya lumayan besar. "Sayang, aku tidak tau harus meminta tolong kepada siapa, kau tau hanya kau saat ini yang aku punya." Ucap Calista. "Tenanglah dulu, aku tidak memiliki uang sebanyak itu, rumahmu sangat besar, dan harganya lumayan mahal, jikapun aku bisa membantu, mungkin aku hanya bisa memberikanmu 10% saja." Ucap Lucas yang membuat Calista rasanya ingin pingsan. Dia benar-benar tidak mau kehilangan rumah orang tuanya. "Tolong lakukan sesuatu, Lucas, aku tidak meminta, aku hanya meminjam. Kau boleh mengajukan apapun sebagai jaminannya." Ucap Calista. "Kau tau aku sedang menggarap proyek besar, banyak modal yang harus aku keluarkan, tapi baiklah. Aku akan mengusahakannya, tapi jika aku bisa mungkin rumah itu akan menjadi milikku, maksutku rumah itu akan menjadi milik perusahaanku, nama sertifikatnya akn berganti dengan nama perusahaan, karena aku akan menggunakan uang perusahaan untuk membelinya kembali." Ucap Lucas yang langsung di angguki oleh Calista. "Tidak masalah asal bukan ditangan orang lain, itu sudah cukup lega bagiku." Ucap Calista yang benar-benar lega mendengarnya, dia langsung memeluk semakin erat tubuh kekasihnya karena dia benar-benar penolongnya. "Aku sangat mencintaimu, Lucas, terima kasih banyak." "Aku juga mencintaimu, sekarang jangan bersedih lagi dan bukannya kau harus bekerja? Jangan sampai bosmu memiliki kesempatan untuk memarahimu." Ucap Lucas yang membuat Caliata terkejut dan menydarinya. "Aku melupakannya, aku pergi dulu, terima kasih sudah membantuku," ucqp Calista, Lucas tersenyum dan menunjuk bibirnya yang di membuat Calista tersenyum karena mengerti apa yang di inginkan kekasihnya. Calista akhirnya meraih bibir Lucas dan mempermainkannya, hanya sebentar karena Calista sedang buru-buru. Bos gila-nya itu pasti tidak akan berbaik hati padanya dan akan melakukan sesuatu padanya jika terlambat seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN