Sesampainya di kantor, Calista memejamkan matanya sejenak ketika melihat wajah dingin Sean kepadanya dan memintanya untuk segera ke ruangannya.
"Aku minta maaf, aku tadi sedang ada urusan, lagi pula kau yang mengatakan sendiri jika aku boleh menyelesaikan tugasku selama satu minggu. Dan aku sedang menyelesaikannya." Ucap Calista menjelaskan terlebih dahulu sebelum dia di semprot oleh bos-nya.
Sean hanya menanggapinya dengan senyuman miring, dia bahkan belum berbicara sama sekali namun Calista sudah menjelaskannya.
"Mendekatlah." Ucap Sean yang membuat Calista mengerutkan dahinya namun menurutinya.
"Bukankah berarti kau harus dihukum untuk keterlambatanmu?" Ucap Sean yang membuat Calista merasa merinding sendiri dengan tatapan Sean kepadanya.
"Jangan aneh-aneh, bos gila. Atau aku tidak akan mau menurutimu." Ucap Calista yang malah menatap tajam ke arah Sean.
"Apa kau tidak sadar jika aku ini adalah bosmu." Ucap Sean.
"Semenjak aku membelimu, kau sama sekali tidak sopan denganku," ucapnya.
"Sangat sadar, kenapa? Apa Kau tidak terima? Pecat saja aku. Sean Alexander" Ucap Calista dengan entengnya.
Sean tersenyum miring dengan perkataan Calista.
"Tidak masalah, aku suka wanita liar dan nakal sepertimu, hanya saja kau akan kuberi hukuman," ucap Sean.
Calista menghela nafas panjangnya.
"Lebih baik katakan saja cepat, apa hukumanku, kenapa kau suka sekali bertele-tele." Ucap Calista.
Dia semakin malas menanggapi Sean seperti ini, akan lebih baik jika Sean bersikap seperti dulu , sikapnya dulu dingin dan cuek, bukan hanya kepada semua orang, namun juga kepadanya, saat sikap Sean berubah, Calista menjadi risih, meskipun Sean sangat tampan, tetap saja dia tidak menyukainya karena dia benar-benar dengan terang-terang menggodanya di saat dia sudah memiliki Lucas, kekasihnya.
"Buka bajumu." Ucap Sean yamg membuat Calista terkejut dan reflek menutup bagian tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya.
"Buka bajumu, atau hukumanmu akan semakin berat." Ucap Sean.
"A-apa lagi yang akan kau tato." Tanya Calista karena kemaren dia diminta untuk membuka bajunya dan ternyata bahunya di tato oleh Sean.
"Aku tidak sedang ingin mentatomu, buka saja" ucap Sean.
"T-tidak! Aku tidak mau."
"Buka! Atau aku yang merobeknya." Ucap Sean dengan datar.
"Aku akan berteriak jika kau melakukan hal macam-macam." Ancam Calista.
"Teriak saja, aku ingin tau seberapa keras suaramu." Ucap Sean yang tidak takut dengan ancamannya yang membuat Calista sadar, dia tentu tau jika ruangan Sean kedap suara, pantas saja jika bos gilanya ini sama sekali tidak takut dengan ancamannya.
"Tidak, Sean. Tunggu!" Calista panik ketika Sean mendekatinya.
Namun ketika Sean memegang lengannya, pintunya terbuka yang terpaksa Sean melepaskan Calista.
"Ada apa?" Tanya Sean menatap seorang wanita yng baru saja datang,
Wanita itu tersenyum dan langsung memeluk Sean yang membuat Calista sangat lega meskipun dia merasa geli sendiri karena melihat mereka berdua.
"Pergi!" Usir seorang wanita kepada Calista yang membuat Caliata langsung keluar dari sana.
"Beruntung sekali." Calista menghela nafas panjangnya lega karena meskipun Calista sendiri tidak menyukai wanita itu karena selalu bersikap angkuh saat di kantor,
Sedangkan didalam ruangan Sean menghela nafas panjanganya dan duduk di kursinya.
"Aku hanya ingin berkunjung. Kau ini kenapa selalu dingin." Omel Sabrina.
"Aku hanya tidak suka kau selalu mencampuri urusanku, jika aku memiliki tamu siapapun itu, jangan mencoba mengusirnya tanpa aku suruh," ucap Sean.
"Baiklah, maafkan aku. Kak." Ucap Sabrina akhirnya mengalah.
"Aku hanya ingin mencoba mendekatkan diri pdamu, bagaimanapun kita sekarang adalah saudara. Daddy memintaku untuk selalu menyenangkan hatimu." Ucap Sabrina.
"Nyatanya kau selalu berbuat seenaknya. Pergilah. Aku sedang sibuk." Ucap Sean mengusir Sabrina.
"Aku akan menunggumu sampai makan siang nanti, bisakah kita keluar makan siang bersama? Aku mohon." Ucap Sabrina.
"Sekarang masih jam 9, makan siang masih sangatlah lama."
"Aku akan pergi ke markas dulu, nanti siang bisakah kau menjemputku lalu kita makan sing bersama?"
"Kenap aku tidak makan siang saja bersama Miko, bukankah kau selalu menempel kepadanya." Ucap Sean.
Sabrina menghela nafas panjangnya.
"Jika kau tidak mau. baiklah, terserah saja, sejujurnya aku hanya ingin menyenangkan hati Mommy dan Daddy untuk membuat kita akur sebagai saudara, bagaimanapun aku sekarang adalah bagaian dari keluarga Alexander, jadi aku ingin berdamai dengan semuanya, tapi saat aku sudah berusaha. Kau selalu saja beralasan dan dingin padaku." Ucap Sabrina yang keluar dari sana.
"Cih! Dasar anak manja." Ucap Sean ketika Sabrina keluar dari sana.
Sabrina menoleh ke arah Calista sebentar dengan tatapan tidak suka. Namun Calista hanya diam saja.
"Dia pasti cemburu padaku, jika sudah memiliki wanita lain, kenapa dia harus mengangguku." Gerutu Calista namun tak lama asisten Sean, Arga. masuk kedalam ruangan Sean tanpa mengetuk pintu. Sebenarnya lebih tepatnya asisten sekaligus sahabatnya, karena dia selalu memanggil Sean dengan sebutan nama, hanya saja memang Arga selalu menemani dan setia kepada Sean, begitupun dengan Sean yang sangat percaya kepada Arga.
Calista mengangkat kedua bahunya dan tidak memperdulikan mereka.
"Ayah Calista menjual rumahnya, tapi Lucas menolongnya dan membeli rumahnya dengan atas namanya." Ucap Arga memberitahu Sean.
"Biarkan saja," ucap Sean.
"Aku masih mendekatinya dan merebutnya darinya." Ucap Sean tersenyum miring.
"Aku tidak pernah melihat kau melibatkan wanita seperti ini dalam melawan musuhmu, sepertinya kau menganggap Calista wanita yang berbeda." Ucap Arga.
"Lihat saja nanti." Ucap Sean tidak mau menjawabnya sekarang.
Awal saat mengetahui jika ternyata sekretarisnya adalah kekasih Lucas. Di mana Lucas adalah musuhnya, membuat Sean akhirnya memiliki ide untuk membuat Lucas akan kehilangan dia dan merebutnya, dia mencoba menggoda Calista namun ternyata Calista bukan wanita sembarangan dan tidak gampang untuk di goda, dari semua banyaknya wanita yang selalu ingin mendekatinya bahkan ingin bercinta dengannya, Calista wanita pertama yang terang-terangan menolaknya, untuk itu membuat Sean menjadi tertantang dan tidak ingin menyerah.
Dia semakin senang ketika tuhan benar-benar berpihak kepadanya karena saat acara pelelangan, di sana ada Calista yang sedang di lelang, berapapun Sean akan membayarnya asal bisa mendapatkannya.