Berulang kali Barra menghela nafas panjang. Helaan nafas yang masih bisa di dengar jelas oleh Delia yang tengah memejam. Dia tidak bisa terlena meski telah berusaha. Benci sekali rasanya jika keraguan muncul lagi tiap kali ada perkara yang kembali mengungkit kisah lama suaminya. Rasanya tidak ada yang palsu mengenai kemesraan mereka akhir-akhir ini. Apa yang terjadi seperti nyata sebagaimana dua insan yang tengah dimabuk asmara. Terlebih Barra sangat antusias mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut kelahiran putra pertama mereka. Terlihat tidak ada kepura-puraan di sana. Ia harus percaya, tapi dibalik semua itu masih ada yang mengganjal dalam dadanya. Tentang perempuan itu. Delia makin sedih jika ingat voucher dari Yovan yang tidak boleh dibelanjakan oleh suaminya. Nominalnya tida