Penyusup di Pesta Topeng

1023 Kata
Vania memapah Robert yang mabuk menyusuri lorong apartementnya. "712..." Vania mengamati angka yang tertera di pintu. "Kita sudah sampai," tukasnya pada pemilik perusahaan advertising itu yang mabuk parah. "Oh good... Can't wait any... loongeer... to beee with you..." ujarnya dengan kalimat terseret-seret. Vania memutar matanya dan berusaha mengabaikan aroma napasnya yang busuk. Setibanya di kamar, gadis itu membaringkan Robert di tempat tidur. "Kau mauu ke maaanaaa...?" tanyanya sambil menahan tangan Vania, hendak menariknya. "Aku harus ke kamar mandi dulu. I'll be right back!" Vania memaksakan diri mengecup ringan pipi Robert, terlalu mual untuk mengecup bibirnya. Sementara Robert menceracau dan bernyanyi di kamarnya, Vania mencari-cari kartu undangan di meja kerja pria itu. Senyumannya mengembang saat mendapati kartu undangan Rene. Ia mengambil kartu barcode dan menukar kartu lain yang sudah ia persiapkan di dalam tasnya. Ia tak repot-repot menengok kembali ke kamar dan segera keluar dari sana. Wanita itu lantas menaiki sebuah taksi dan menghubungi Julian. "Mission complete." Bagus, Julian menyandarkan bahu ke tepi jendela dengan sebelah tangan di saku celananya, mengamati keramaian Jakarta mala mini dari tempatnya berdiri di lantai 9. Sebuah seringai penuh rencana terurai di wajah tampannya. Let's get the party started, Rene. *** Julian dan Haris berbaris mengantri bersama untuk melewati bercode scanner. Memang menyedihkan Julian harus pergi ke pesta bersama seorang pria. Tapi tidak apalah, ini pengecualian karena ada misi yang hendak mereka lakukan. Sejak dari aula, seperti halnya tamu lainnya, mereka diminta mengenakan topeng dan tidak boleh melepasnya hingga waktu yang ditentukan. “Kalian berpasangan?” tanya si penerima tamu yang dari dada jumbonya, Julian tahu itu sekretaris Rene. “Oh, tidak!” tampik Julian, sedikit berlogat palsu. “He’s my buddy, not my boyfriend.” “Kalau begitu kalian berdua eligible untuk mengikuti permainan yang asyik,” Ketrin tersenyum lebar sambil memberikan sebuah amplop. “Ini nomor untuk dipasangkan dengan para gadis single. Tapi jangan dibuka sampai diperintahkan MC,” pesannya. “Jika pasangannya sudah ditentukan, bagaimana kau mendekati sasaran kita?” bisik Haris, saat mereka memasuki ruangan yang sudah didekorasi seperti Italia abad ke tujuh belas. Julian harus akui konsep pestanya bagus sekali. Ada sentuhan Italia yang kental. Ada dekorasi berupa jembatan dan gondola-gondola. Selain itu beberapa sudut dipenuhi arena permainan seperti dart dan permainan kartu. Sisi yang lain terdapat meja dipenuhi makanan dan minuman. Tema pesta ini adalah festival Venice. Di bagian atas ada beberapa akrobatik bergelayutan dari satu ayunan ke ayunan lain. Di bawah ada para pemain akordeon berkeliaran sambil bernyanyi, ada para pemain pantomim yang menunjukkan kehandalannya. Mata tajam Julian asik mengamati sekelilingnya. Sebenarnya, ia mencari Rene. Tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran gadis itu di sana. Para tamu sedang asik mengobrol dan bercengkrama. Mungkin, seharusnya Julian setuju pada prasangka Ketrin, lalu berpura-pura bahwa dia dan Harris adalah pasangan. Karena Julian agak khawatir jika mereka berdua membaur dengan tamu lain identitas mereka akan terbongkar. Walaupun tampaknya para tamu tersebut larut dengan kegiatan mereka sendiri-sendiri. Di pintu masuk tadi mereka diberi tahu bahwa setiap gadis dan pria single akan mendapatkan nomor untuk berpasangan, dan mereka bisa mendapatkan hadiah menarik jika berhasil menjadi pasangan serasi. Selain itu, para pria single juga berkesempatan mendapatkan nomor untuk berpasangan dengan Rene—bintang malam ini sekaligus gadis yang paling banyak diincar—dan menjadi pasangannya untuk malam ini sekaligus mendapatkan sebuah hadiah menarik. Keterangan mengenai hal itu membuat Julian merubah rencananya. Awalnya, dia hendak mendekati Patty, si gadis sasaran yang merupakan staf tender di JE. Namun sekarang dia mengalihkan tugas itu kepada Harris karena dia sendiri mulai berniat mengalihkan sasarannya kepada Rene. “Dari mana kau bisa mengetahui yang mana Rene atau bukan? Dan kalau dia sampai tahu kau Julian dari CU, kau bisa mati!” Harris mencoba mengembalikan akal sehat Julian yang baru saja berkata hendak mendekati Rene. Ia ingin mengerjai gadis sombong itu. “Pokoknya, kuserahkan Patty kepadamu. Jangan lupa, lakukan apa saja agar kita mendapatkan tujuan kita. Tapi ingat,” Dari balik topengnya mata tajam Julian berkilat. “Jangan memakai hati.” Setelah berpisah dengan Harris, lelaki gagah yang berpenampilan bak pangeran itu berjalan ke sana kemari dengan hampir seluruh bagian wajahnya tertutup topeng hitam dari porselen—kecuali mata dan bibirnya. Mirip Batman. Ia mencari Rene. Ia yakin Rene ada di antara puluhan wanita yang ada di sini sekarang. Julian memiliki kemampuan luar biasa berkaitan dengan wanita. Gadis yang berkesan akan membekas pekat di benaknya. Termasuk Rene. Julian tidak perlu melihat wajahnya. Ia bisa mengenalinya dari mengingat lekuk tubuhnya, caranya berjalan, atau sekadar jari-jarinya. Setelah berkeliling—dan sempat melihat Yudha si pegawai pengkhianat dan kekasihnya Leticia, Julian berusaha keras menahan diri tidak meninju mantan anak buahnya itu—Julian akhirnya melihat gadis cantik incarannya. Rene mengenakan gaun putih dengan dada sedikit terbuka—itu yang membuat Julian mengenalinya, warna kulit dadanya yang mulus, juga bahasa tubuhnya yang penuh percaya diri dan menggoda. Bahkan gaun besar dan topeng itu tidak bisa menyembunyikan keseksian yang memancar darinya. Sekian lama Julian tidak berinteraksi dengan siapa pun selain mengamati Rene. Sekali dua kali gadis itu tampak berbicara dengan beberapa orang. Sepertinya, para panitia acara memakai dresscode biru muda, Rene bicara dengan beberapa orang berpakaian mirip berwarna biru muda. Hingga akhirnya Julian melihat Rene sembunyi-sembunyi menerima sebuah amplop dari seorang pria. Julian berganti mengikuti pria yang mengenakan mantel tebal dengan pakaian bangsawan Italia berwarna biru muda itu. Pria itu tampak mendekati pria lainnya yang memakai baju hitam dan memakai topeng bertema burung gagak menutupi separuh wajahnya, lalu menyerahkan sebuah amplop lain kepadanya. Julian tersenyum miring. Sudah bisa diduga Rene memang gadis yang licik. Sepertinya dia sudah memutuskan dengan siapa akan bersama malam ini. Tapi gadis itu akan mendapatkan kejutan. Julian menyisir keramaian di hadapannya, melihat pria bertopeng burung gagak itu sedang berdansa dengan lincah. Harris menabrak pria itu dan Julian menangkapnya. “Sorry!” cetus Harris yang berdansa lagi dengan seorang gadis—Patty, si staf tender. “Kau tidak apa-apa?” tanya Julian. “Thanks,” ujar Geovani, kembali menegakkan tubuhnya yang agak gempal dan merapikan pakaian serta topeng burung gagaknya. Julian heran kenapa Rene memilih lelaki seperti ini sebagai pasangannya. Julian dan Harris lantas saling memberi kode. Julian sudah mendapatkan amplopnya. Dan Harris sudah mendapatkan gadisnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN