Pasangan Misterius?

3003 Kata
Suara seorang MC menginterupsi musik yang bergema dan menarik perhatian semua orang ke panggung utama. Acara selanjutnya memasuki momen tiup lilin dan terdengar lagu selamat ulang tahun memenuhi ruangan. Dengan raut bahagia, Rene memberikan potongan kue pertama kepada ayahnya. Rahang tajam Julian mengetat melihat keberadaan pria itu dia sana, matanya segera memicing penuh kebencian. Ia ingat lagi apa yang pernah ayahnya katakan kepadanya tentang perbuatan Johan terhadap keluarganya. Sepertinya pria bernama Johan itu tidak berniat berlama-lama berada di pesta anaknya. Ia segera turun setelah ritual potong kue selesai. Dari sudut matanya, Julian melihat Johan menyibak keramaian dan beranjak ke luar ruangan. “Baiklah!! Sekarang saatnya kita bersenang-senang!!” MC tampak bersemangat membawakan acara. “Seperti yang kalian ketahui, para undangan yang datang tanpa pasangan, sudah mendapatkan nomor  di pintu masuk. Itu adalah nomor pasangan, yang akan memasangkan kalian dengan undangan lainnya. Ingat, nomor itu tidak boleh dilepaskan, karena di akhir acara akan ada door prize luar biasa, berupa tiket berwisata ke Italia selama satu minggu untuk empat pasangan paling serasi!!” Para undangan bersorak, suara terompet terdengar turut menghebohkan suasana. “Dan tentu saja, bukan hanya itu. Tetapi bidadari cantik di sebelahku ini, mungkin akan menjadi pasangan bagi pria single yang beruntung selama pesta ini berlangsung.” MC tersebut menoleh sejenak ke arah gadis yang berulang tahun. Seruan kembali terdengar heboh, dan para pria single itu sudah memasang wajah penuh harap di balik topeng mereka. “Jadi sekarang, silahkan buka amplop kalian, dan carilah pasangan dengan nomor yang sama.” Para lajang itu membuka amplop berisi nomor acak yang tertera di sana. Mereka lantas mulai mencari pasangan masing-masing, sibuk menyebutkan nomor satu sama lain. Beda halnya dengan Patty dan Harris yang sudah memutuskan membuang amplop mereka dan berkencan tanpa menghiraukan nomor pasangan mereka. Beberapa lajang pria terpaksa tetap menggigit jari karena mereka tidak memperoleh pasangan. Julian melihat Geovani sudah mendapatkan pasangan seorang gadis. Lantas Julian mendapati ekspresi Rene yang tampak sangat terkejut, melihat lelaki yang sudah berencana dipasangkan dengannya berakhir dengan wanita lain. Tersisa beberapa orang pria yang tampaknya belum mendapatkan pasangan. Julian termasuk salah satu di antaranya. “Selamat ya, bagi yang telah mendapatkan pasangannya malam ini! Bagi para pria lajang yang belum mujur, kalian jangan khawatir, mungkin kalian malah sangat beruntung karena kita sekarang akan membuka amplop untuk mengetahui nomor pasangan milik Nona Renesty Jehan Pradipta!” Sekali lagi suara terompet yang menghebohkan terdengar. Julian bisa melihat Rene agak panik. Tapi apa yang membuatnya begitu panik tidak berpasangan dengan pria gemuk tadi? Yang Julian dengar, Rene memiliki banyak penggemar—tidak heran tentu, dengan kecantikan, keseksian, kecerdasan, serta kekayaan miliknya—namun desas-desus yang beredar, juga menyebutkan bahwa gadis itu tidak pernah benar-benar terikat dengan siapa pun. Julian mengerti sekali wanita tipe seperti Rene. Karena wanita itu berada di kutub yang sama dengannya. Dia punya banyak daftar gadis yang akan bersedia diajaknya kencan kapan saja di mana saja. Tapi Julian tidak punya ketertarikan lebih untuk menjadikan mereka kekasih. Asal sama-sama merasa nyaman, kenapa tidak? Lagipula, dihubungi seorang wanita terus-menerus selama 24 jam pasti akan sangat menyulitkan. “97991” Seruan MC yang membacakan nomor di amplop Rene, menyadarkan lamunan Julian yang tatapannya tidak sedikit pun bergeser dari gadis cantik itu. Julian membuka amplop miliknya, mendapati nomor yang tepat sama tercetak di dalam amplop dalam genggamannya. Salah satu sudut bibirnya tertarik puas. Dengan tenang—dan masih memasung tatapan tajamnya kepada Rene yang terpaku waswas di atas panggung, Julian melangkah mendekati sasarannya. Rene menegang, saat mengamati seorang lelaki jangkung berperawakan tegap melangkah menyibak keramaian mendekat ke arahnya. Bahkan dari balik topeng, tatapan tajam lelaki itu mampu membuat jantung Rene tiba-tiba berdebar tidak terkira. Kulit pucatnya membuat Direktur Jehan menyadari bahwa pria itu adalah lelaki blasteran. Dengan cepat kepalanya membongkar memori, siapa dari undangannya yang seorang blasteran? Tetapi perawakannya, sama sekali tidak Rene kenal. Gadis itu bahkan baru menyadari dia hampir lupa bernapas, karena pesona tak biasa. Lelaki itu tampak semakin mempesona setelah tersiram sorot lampu. Berdiri di hadapannya, dengan rambut palsu berwarna cokelat ikal yang panjangnya menyentuhi bahu, lelaki itu tampak bersinar. Apalagi, saat bibir teratai pria itu mengembangkan senyum menggoda saat melangkah mendekatinya. “Selamat ulang tahun, Nona cantik,” suara maskulin lelaki misterius itu terdengar. Dengan penuh percaya diri Julian meraih telapak tangan Rene dan mencium punggung tangannya. Genggaman tangan hangat dan kecupan lembut itu mengalirkan listrik yang mampu membuat jiwa Rene berayun tidak seimbang untuk sejenak. Rene tidak yakin pernah merasa hal demikian dari pria mana pun. Hingga ia sempat linglung sendiri dengan perasaannya. Ia bahkan tidak tahu siapa lelaki ini atau bagaimana wajahnya. Ia sama sekali tidak merasa mengenalnya. Tetapi kehadirannya berhasil mamacu jantungnya berdebar lebih cepat. Ah, ini past karena semua suasana misterius ini. Karena ia sama sekali tak ada gambaran tentang lelaki ini. Karena itulah hatinya penuh antisipasi bercampur antuasiasme tak biasa. Namun memang inilah inti pesta topeng. Semua orang bisa menjadi siapa saja. Bahkan sudah ada aturan setiap tamu dilarang membuka topengnya hingga akhir pesta. Ada beberapa orang yang hanya mengenakan topeng ukiran elegan yang menutupi matanya, ada juga yang memakai topeng porselen yang menutupi seluruh wajah dan memakai pakaian tertutup di seluruh tubuhnya serta hanya menyisakan bagian mata. Rene mengamati lelaki dengan bibir bergelombang menguncup itu. Bibir yang membuatnya terlihat seksi dan sangat menggoda. Tetapi dia masih tidak mengenalnya walaupun merasa mungkin saja pernah jumpa si pria misterius. “Wah Rene, apa kau bisa menebak siapa dia?” tanya MC itu. Gadis yang berulang tahun melirik dan tersenyum kepada Julian dengan cara yang seksi. Julian bisa melihat saingannya tersebut menyukai tantangan. “Tidak. Tapi kuharap kami bisa menjadi pasangan serasi,” ungkap Rene. “Semoga saja,” kata si MC. “Kalau begitu, pestanya akan dimulai... dengan dansa pertama dari pasangan baru kita!!” Suara musik mulai terdengar dan suasana meriah begitu terasa. Julian mengulurkan telapak tangan dan Rene menyambutnya. Keduanya mendekatkan badan dan mulai berdansa. Direktur CU itu bingung,  karena sama sekali tidak mengenal Julian. Fisik pria itu sama sekali tidak dikenalnya. Yang pasti, saat ini telapak lebar pasangannya terasa menghangatkan Rene. Belum lagi tubuhnya yang tegap, dan otot di balik kostum yang sempat Rene rasakan. Pria ini punya fisik sempurna. Tetapi ada yang juga menarik perhatiannya.Mata lelaki tersebut yang berwarna coklat terang, menatapnya tajam dan membuat jantung Rene berdebar. Sepertinya, ia pernah melihat mata itu. Tetapi siapa? Dimana? Lelaki ini berkostum sangat tertutup, bahkan dia juga mengenakan rambut palsu. Hanya mata dan bibirnya saja yang memesona yang dapat Rene nikmati. Tetapi itu belum cukup membuat Rene bisa mengenalinya. Julian lantas menggandeng tangan Rene, membawanya turun dari panggung. “Kau siapa?” tanya Rene akhirnya, bicara di dekat telinga Julian, untuk mengalahkan suara musik yang kini bergema cukup kuat. “Bukankah kita dilarang membongkar identitas sebelum pesta berakhir?” goda si tamu misterius. “Tetapi kenapa aku sama sekali tidak ada gambaran siapa kau?” Rene memicingkan matanya. “Jangan-jangan kau penyusup!” Julian terkejut, lantas pria itu tertawa lepas dengan paksa. “Nanti kau akan tahu sendiri,” tukasnya penuh misteri, lantas ia mendekatkan bibirnya ke telinga Rene dan berbisik. “Kuakui aku memang ke sini diajak temanku. Tetapi pasti, aku ini lelaki hebat, kau tidak akan menyesal bersamaku malam ini,” ia meyakinkan pasangannya. Rene tersenyum menggoda, sekaligus tertarik. “Baiklah, kupegang kata-katamu,” katanya tegas. “Tapi setidaknya, aku harus memanggilmu dengan sebuah nama, kan?” “Ian,” Julian menyebut nama asal saja. “Malam ini kau bisa memanggilku Ian.” Rene tersenyum menggoda pada pasangannya malam ini. “Baiklah, Ian, kuharap kau bisa memberikan malam yang berkesan untukku.” Sambutan yang terdengar seperti tantangan. Lelaki itu lantas menyambar dua gelas sampanye dari atas nampan pelayan yang lalu lalang dan menyerahkan salah satunya kepada Rene. “Untuk wanita terbaik yang sedang berulang tahun, cheers..” Julian mengangkat gelasnya. Keduanya mengadukan kedua gelas mereka dan meneguk minumannya. Pesta malam itu berlangsung sangat meriah. Selain berbagai permainan yang bisa dilakukan siapa saja, beberapa lomba juga diadakan untuk pasangan. “Hei, apa kau sanggup menggendongku?” tanya Rene, saat MC hendak mengadakan lomba menggendong pasangan. “Tentu saja!” Julian memastikan. “Aku akan membawamu memenangkan lomba.” Julian menepati perkataannya. Ia membawa Rene menjadi juara dalam lomba menggendong pasangan. Bahkan, Julian dan Rene juga berhasil memenangkan lomba menebak pasangan. Gadis yang berulang tahun cukup takjub dengan bagaimana pasangan misteriusnya malam ini berhasil menebak Rene hanya dari jari tangannya, dan bahkan hapal saat diminta menyebutkan apa-apa pada pakaian yang Rene kenakan. “Kau hebat, Ian.” puji Rene, bibir merahnya terkembang memamerkan gigi putih berderet sempurna. “Kau bisa mengenaliku walaupun kau bilang ini pertama kali kita berjumpa. Wow!” Ia merasa benar-benar tidak percaya. “Sebaiknya kukoreksi,” tukas Julian. “Aku pernah melihatmu, tetapi baru sekarang kurasa kita bisa menganggapnya saling mengenal.” Rene memicingkan mata penasaran mendengar perkataan tamunya itu. Dalam kebersamaan singkatnya beberapa waktu ini, lelaki yang mengaku bernama Ian dan datang ke pesta untuk menemani salah satu undangan Rene itu sama sekali tidak membosankan. Walaupun Rene hampir tidak mendapatkan banyak informasi terkait identitasnya, tetapi mereka benar-benar bisa berbicara tentang banyak topik menarik. Mereka bisa berdebat panjang lebar atau sepakat tentang banyak hal. Dari balik tabarro yang ia kenakan, Rene juga sempat merasakan otot pejal yang memukau. Dan suaranya… suara maskulin yang menggoda, selalu terdengar seperti nada yang mengalun indah setiap berbicara. Sangat membuai. Rene terus bertanya-tanya, bagaimana bisa dia yang selalu hadir di banyak pesta atau pun event, baru kali ini bisa bertemu pria menyenangakan ini. Pembicaraan mereka juga cukup menarik. Setidaknya bagi Rene. "Kau tahu, temanku pernah naik vespa kuno membawa kekasihnya. Motornya memang berat. Saking beratnya, dia sampai tidak menyadari kalau kekasihnya jatuh saat sedang menanjak, dan terpaksa kembali lagi setelah sampai di rumahnya." Rene tampak tertawa riang dengan cerita yang dikisahkan Julian. Mereka juga menyukai film-film yang sama, terkadang berdebat beberapa hal yang tidak cocok bagi mereka. “Toping pizza pada nanas itu enak, menyegarkan!” ungkap Julian. “Kalau mau yang segar, minum saja jusnya. Aku tidak akan pernah tahan dengan topping nanas!” bantah Rene Julian tertawa renyah. “Kalau begitu, lain kali jika kau mendapati ada nanas pada topping pizzamu, kau bisa memberikannya kepadaku.” “Baiklah,” Rene menanggapi riang. Gadis itu lantas tertegun sejenak, melirik penuh godaan. “Eh? Lain kali? Apa maksudmu?” “Yah... siapa tahu, lain kali kau dan aku dapat menghabiskan waktu makan pizza bersama,” ujar Julian. “Aku juga punya resep pizza yang sangat lezat.” “Uhm… menarik,” gadis itu menopang dagu dan mengulum senyumnya, memantik debaran di jantung lelaki tampan yang menjadi pasangannya malam ini. Julian tidak akan mengelak bahwa dia sangat menikmati kebersamaannya bersama Rene yang periang, percaya diri dan cukup humoris. Gadis itu cerdas seperti yang dia dengar dan bahasa tubuhnya benar-benar menggoda, bahkan di balik gaun besar dan topeng ukiran emas yang menutupi sebagian wajahnya cantiknya itu. Rene lantas mengamati Julian, dan bertanya perlahan, "Kau dimana selama ini?" tanyanya, hampir terdengar seperti renungan. "Hm?" Alis Julian terangkat. "Aku?" Ia memastikan. "Hm," Putri Pradipta itu mengangguk. "Bagaimana bisa aku baru bertemu denganmu? Maksudku... Aku sama sekali tidak pernah bertemu denganmu selama ini. Apa kau tidak tinggal di sini sebelumnya?" tanya Rene. Belum lagi, Julian memiliki perawakan yang menonjol. Dengan kulit blasterannya, tinggi tubuhnya, matanya, serta pembawaannya yang penuh percaya diri. Jika saja mereka pernah berinteraksi, Rene yakin sekali dia tidak akan melupakan lelaki bernama Ian itu. "Aku memang tidak banyak bergaul sebelumnya," ujar Julian. Mendengar itu Rene kembali tertawa. Sama sekali tidak ada kesan canggung dari lelaki di hadapannya saat mereka baru bercengkrama. Tiba-tiba, seseorang yang tampak terlalu heboh menari, menabrak tiang dekorasi. Beberapa orang terkejut dan berseru. Julian melihat tiang itu jatuh ke arah Rene. "Rene, awas!!" Julian menarik tangan  Rene, hingga gadis itu berdiri dari duduknya dan oleng ke arah pasangannya. Rene bisa merasakan tubuhnya menumbuk tubuh kokoh Julian yang spontan memeluknya. Di belakangnya, gadis yang masih shock bisa mendengar tumbukan keras. Rene menoleh dan mendsapati tiang dekorasi dari besi itu tergeletak setelah menumbuk lantai dengan keras. "Ah, Rene! Sorry! Sorry!" ujar tamunya yang tadi menabrak tiang dengan panik. "Aku tidak sengaja, aku tersandung!" Tiang itu segera dibereskan kembali oleh para staff. "Kau tidak apa-apa?" tanya Julian pada gadis dalam pelukannya. Rene mengangguk, terus terang ia masih  shock. Tetapi ketegangannya berubah alasan saat ia menyadari bahwa dirinya masih dalam pelukan lelaki menawan tersebut. "Terima kasih, Ian," ujar Rene, entah darimana datangnya rasa gugup yang tiba-tiba memenuhi hatinya sekarang. Apalagi, Julian sama sekali tidak segera melepaskan pelukannya. Keduanya bertukar tatap dengan perasaan tak biasa. Rene tidak tahu apa yang  akan terjadi, jika saja tidak terdengar pengumuman dari MC yang memanggil Rene agar kembali bersama pasangannya ke atas panggung. Rupanya kali ini adalah acara pembukaan kado pertama yang harus Rene buka di depan semua orang. "Yang mana kado darimu?" tanyanya kepada Julian. Julian mencari-cari dan menunjuk sebuah kado yang dia berikan. "Aku buka ya?" katanya, sambi meraih kado Julian dari staf yang telah mempersiapkannya. Orang-orang di sana juga mengantisipasi apa kado yang akan dibuka. Rene terkejut, saat membuka kado dari pasangan misteriusnya dan mendapati sebuah kotak musik berwarna biru yang cantik, dengan dekorasi langit malam berbintang yang berkilauan dan bunga mawar. Orang-orang tampak ikut terpukau. Rene membuka kotak musiknya, dan terdengar lagu "What is a Youth" yang terdengar indah dari sana. Rene mendengarkan lagu itu dengan perasaan tersentuh. Ia mengangkat wajahnya. "Aku sangat menyukainya, terima kasih," ungkap Rene, memeluk Julian sejenak.  "Syukurlah kau menyukainya," kata Julian. Rene menyerahkan kotak musik itu untuk dirapikan oleh stafnya. Sekarang acara sudah kian mendekati akhir. Gadis yang berulang tahun sudah semakin tidak sabar untuk bisa melihat wajah di balik topeng pasangan misteriusnya malam ini. *** Setelah semua permainan yang digelar panitia selesai, acara akan berlanjut dengan pesta dansa penutupan. “Kepada Rene dan pasangannya, kami persilahkan memulai dansa terakhir.” Dengan lembut Julian meraih tangan Rene dan membawanya ke tengah ruangan. Musik mulai mengalun, Julian lantas meraih pinggang Rene dan keduanya mulai berdansa. “Kau pandai membimbingku berdansa,” puji Rene. Julian tersenyum lebar. “Dan kau pandai mengimbangiku.” Pujian kesekian kali yang terlontar dari bibir keduanya. Rene tidak dapat menyembunyikan semu di wajahnya. Dan Julian tidak bisa menghindar untuk mengakui pesona gadis dalam dekapannya. Semakin fisik mereka tanpa jarak, Rene dan Julian merasakan ketertarikan di atas wajar mereka pada satu sama lain. Lelaki itu berusaha keras meninggalkan hatinya di tempat lain, Namun perlahan tapi pasti, hatinya bertindak sendiri, menghina logikanya yang menilai rendah Rene. Nyatanya gadis ini begitu cantik, cerdas, dan memesona. Rene berhasil memikat hati Direktur CU dalam pertemuan pertama mereka dahulu, dan sejak itu Julian sama sekali tidak bisa melupakannya. Walaupun setiap ingatannya dibalut luka dan benci. Tapi sekarang, ia juga tidak bisa mendustai hatinya yang merasa senang di dekat Rene. Mendekap gadis itu. Pasangan lain mulai ikut berdansa. Tanpa sadar kedua saingan itu saling menggoda dan tertarik kepada satu sama lain. Keduanya tak lekang memasung tatapan, hingga sekarang mereka sudah bisa merasai kehangatan napas satu sama menyapa bibir mereka. Rene hampir saja memejamkan matanya saat musik tiba-tiba berubah. Meninggalkan abad kuno dan lebih menghentak, penuh keseruan. Semua orang bersorak dan mulai menari lagi. Rene tertegun mengamati sekelilingnya sebelum mulai bergoyang mengikuti irama musik. “Ayo!” ajaknya kepada Julian, menggenggam tangan yang masih menyalurkan kehangatan walau dibalut sarung tangan putih. Julian tersenyum lebar dan mulai ikut menari bersama Rene. Gadis itu sangat pandai berdansa, tubuhnya meliuk dan terlihat ringan. Wajahnya riang, tawanya menyenangkan. Julian ikut terbawa arusnya. Lelaki itu juga tertawa dan tampak menikmati suasana pesta dan keberadaan Rene. Akhirnya tibalah di puncak acara yang telah dinantikan semua orang. Pembagian hadiah bagi para pemenang games, juga kostum terbaik. Selain itu, diumumkan juga pemenang undian door prize berdasarkan nomor barcode undangan, serta pasangan terbaik yang dipilih panitia. Julian sebagai pria yang berhasil menjadi pasangan Rene, mendapatkan sebuah hadiah khusus berupa paket memanjakan diri di sebuah pusat kebugaran kelas atas, serta paket berlibur dengan kapal pesiar. Dan terakhir, saat yang telah dinantikan semua orang, termasuk gadis yang berulang tahun. Semua orang harus membuka topengnya. Dengan berdebar Rene mengamati Julian yang berdiri paling depan dari barisan undangan. Ia benar-benar penasaran ingin tahu pria di balik topeng dan rambut palsu itu. Rene begitu menantikan melihat siapa gerangan lelaki yang sepanjang malam ini membuat hatinya riang. Walaupun awalnya Rene memang kesal karena sepertinya panitia sudah salah memberikan amplop. Namun ia sama sekali tidak menyesali berakhir bersama lelaki bernama Ian tersebut. Panitia mematikan lampu dan membuat ruangan gelap gulita. “Baiklah, para undangan silahkan membuka topeng Anda!! Kita akan nyalakan kembali lampunya dalam 3… 2… 1…!!” Lampu kembali menyala, Rene sempat memicingkan matanya sejenak. Semua undangan sudah membuka topeng mereka masing-masing. Namun, Ian, yang paling dinantikannya, sudah tidak berada di tempatnya berdiri tadi. Rene menoleh kesana kemari mencari keberadaan lelaki yang telah menjadi pasangannya malam ini. Tetapi nihil, ia tidak menemukan keberadaannya sama sekali. MC memanggil “Ian” untuk naik ke panggung, untuk mendapatkan hadiah istimewa karena menjadi pasangan Rene. Namun lelaki itu tidak muncul lagi. Rene merasa bingung sekaligus kecewa, lelaki itu pergi tanpa memperlihatkan identitasnya. Padahal, Rene begitu senang bersamanya malam ini, dan hal itu membuatnya jadi bertanya-tanya. Siapa lelaki itu? Dan, apa maksud kedatangannya? *** Julian terpekur di belakang setir mobilnya. Lelaki itu membaca pesan dari Harris yang mengatakan dia sudah mendapatkan proposal event besar milik Jehan. Sepupu sekaligus orang kepercayaannya itu memang sudah membawa target mereka, Patty, pergi sebelum pesta berakhir. Ia tidak mau tahu bagaimana detail caranya, hingga Harris sudah mendapatkan salinan proposal milik Jehan. “Good job.” Julian membalas. Ia lantas termenung di dalam mobilnya. Mengingat sosok Renesty Jehan Pradipta yang memesona. Caranya menatap, tersenyum, menggoda, dan tertawa. Serta mengingat bagaimana setiap obrolan mengalir lancar di antara mereka atau ketertarikan tidak biasa kepada gadis itu yang mengusiknya. Julian mengempaskan rambut palsunya ke jok samping dan menyisir rambut lurusnya dengan jemari-jemarinya yang panjang dengan agak gelisah. Tetapi gadis itu berasal dari keluarga yang menjijikkan. Julian berusaha memperingatkan hatinya sendiri. Keluarga pengkhianat!! Julian tidak akan pernah mengecewakan keluarganya. Ia akan membalaskan sakit hati keluarganya dan memenangkan persaingan yang telah bertahan berpuluh tahun di antara mereka. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN