Aretha memilih untuk membungkam mulutnya. Ia tahu bahwa tidak ada gunanya berkonfrontasi dengan Alfatih. Bukan masalah kalah atau menang, namun Alfatih selalu saja punya jawaban atas semua pertanyaan, semua alasan dan semua penolakan yang Aretha berikan. Setelah merasa perutnya penuh, Aretha membawa piring kotor ke dapur dan mencucinya. Alfatih awalnya hanya memandangi punggung Aretha sampai kemudian dia kesal sendiri dengan keheningan yang tercipta. Akhirnya ia memilih bangkit dan mendekati Aretha. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut keduanya. Alfatih hanya berdiri dengan menyandarkan pinggulnya di meja tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya dari wajah Aretha. Seolah dengan melakukannya dia bisa membaca pikiran Aretha. Sampai beberapa menit kemudian, pria itu menghela napas pa