"Uh, apa ini?" Aku menggeliat kecil, tubuhku terasa berat dan lembap, seperti baru keluar dari mimpi yang terlalu nyata. "Em, kepalaku pusing." Saat aku mencoba mengubah posisi, sesuatu yang hangat menempel di pinggangku, menahan gerakku. "Astaga," decakku pelan. Lengan besar itu terasa berat di kulitku, dan dalam sekejap aku sadar, aku tidak tidur sendirian. Saat aku menoleh, jantungku langsung berdetak tak karuan. "Sial!" umpatku dengan suara nyaris hilang. Om Kalandra terbaring di belakangku, setengah telanjang, dengan napas yang dalam dan wajah yang begitu tenang, seolah semalam tidak pernah ada apa pun yang terjadi di antara kami. "Dia ayah Alisa, kamu gila, Alea." Darahku berhenti mengalir. d**a bidangnya yang terbuka, kulitnya yang hangat, dan lengan yang tadi melingkar di

