AMalia - I Need You
Aku menyeringai senang melihat Michael mengerang kesakitan karena aku himpit, syukurin emang enak ditiban ibu hamil. Jangan dikira aku bakal melepaskan orang tidak bertanggung jawab seperti dia, jangan harap juga 6 bulan ini hidupnya bakal tenang. Aku jamin dia salah menghamili orang!.
Mangga muda yang dengan susah payah aku ambil ini aku letak begitu saja diatas meja makan, nafsu untuk memakannya langsung hilang saat Michael menolak untuk mengambilnya tadi.
Saat aku ingin kembali ke kamar, perut bagian bawah terasa sedikit nyeri. Aku memilih untuk duduk dulu sambil meregangkan kaki. Ada sedikit kuatir juga karena tadi aku sempat jatuh, aku mengelus perutku agar sakitnya berkurang tapi semakin lama semakin menyakitkan dan rasanya aku tidak kuat menahannya.
"Mikeeee... tolong" aku berteriak meminta tolong setelah melihat ada darah disela pahaku.
"Mikeeeeee tolonggggg" aku semakin berteriak karena Michael belum juga menunjukkan batang hidungnya.
"Mike..." pandanganku mulai menghitam dan badanku terasa lemas, Bunda... maafkan anakmu yang telah membuat malu keluarga, maafkan aku yang tidak bisa menjaga kehormatan tapi aku janji akan membuat orang yang merusak diriku menerima balasan setimpal. Aku akan buat dia mengakui anak ini, jadi aku mohon bertahanlah di rahim Bunda Nak...
****
Flashback on
"Happy birthday Tiara" aku mencium pipi kiri dan kanan Tiara, sahabatku yang hari ini berulang tahun.
"Thank u baby... kadonya mana nih" Tiara menjulurkan tangannya meminta kado.
Aku menyerahkan sebuah amplop, Tiara langsung membukanya dan wajah cerianya berubah jadi bete karena aku menghadiahkan tiket masuk ke museum.
"Sial lo, ngapain kasih kado gue beginian.. kado itu jam, baju, hp, tas atau underware lebih berguna dari tiket masuk ke museum, kayak kurang kerjaan banget gue datang ke museum" rutuknya kesal, aku terpingkal-pingkal menahan tawa melihat reaksinya.
"Hahaha sorry, bulan ini pengeluaran lagi banyak.... terima aja napa sih, nggak bersyukur banget jadi manusia" kataku tak mau kalah.
"Ishhh nyebelin... kalo gitu sebagai balasannya gue hanya traktir minum doang ya" balasnya, aku memberikan tanda oke dengan jariku. Nggak ditraktir juga nggak masalah yang penting aku ikut berbahagia dengan bertambahnya usia sahabatku ini.
"Kapan nih traktir gue?" tanyaku.
"Hmmm sepulang kuliah gimana, gue datang dan minta izin bokap lo langsung" katanya, aku langsung setuju. Kalo Tiara langsung yang minta izin sama Ayah, pasti aku langsung diizinkan.
****
"Malam Om..." sapa Tiara dengan sopan, berhubung Ayahku juga dosen pembimbingnya. Tiara sengaja memakai baju tertutup, dasar kamuflase. Pasti setelah dimobil dia langsung melepas bajunya dan mengganti dengan baju super sexy andalannya.
"Oh kamu Tiara, tumben kesini... mau bimbingan ya?" Tanya Ayah, Tiara langsung menggeleng.
"Nggak kok Pak eh Om, Tiara mau minta izin ajak Lia... hari ini kebetulan aku ulang tahun jadi mau traktir makan di restoran" balasnya, Ayah melihatku dan aku takut jangan-jangan ayah nggak akan mengizinkan aku dan Tiara pergi.
"Oh gitu... ya sudah hati-hati dan jangan telat pulang" aku menghembuskan nafas dan bersyukur ayah mengizinkan.
"Oke Om, Lia akan saya antar dengan utuh" balas Tiara dengan bersemangat, kamipun siap-siap untuk pergi, tapi aku tidak tau Tiara akan membawaku kemana apa mungkin restoran seperti yang dibilangnya tadi.
"Kita kemana sih" tanyaku, Tiara kini sudah berdandan lebih berani dibandingkan saat dia meminta izin ayah tadi, baju lengan panjangnya berubah jadi tanktop, rok panjangnya berubah jadi hotpant ditambah dandanan full make up. Oke dia ulang tahun dan wajar berdandan wah khusus untuk hari ini.
"Lo tenang aja, gue pusing mikirin skripsi dan cowok yang bisanya ngebetein, jadi malam ini kita happy-happy untuk ngerayain ulang tahun gue" balasnya dengan heboh, Tiara membelokkan mobilnya memasuki suatu tempat, aku membaca nama tempat itu.
"Millenium"
Inikan diskotik, astaga jangan bilang Tiara mau dugem.
"Gue nggak masuk ya, takut ayah tau... bisa-bisa gue dipecat jadi anak" tolakku.
"Sebentar aja, lagian lo cuma hadir buat nemenin gue... gue janji akan antar lo tepat waktu, sekarang jam 8 malam, jam 11 teng putri cinderella ini bakal gue antar naik kereta kencana ke rumah dosen terkiller di kampus" sialll killer-killer gitu tetap saja itu ayahku satu-satunya.
"Oke, tapi janji nggak ada acara minum-minum segala" balasku, Tiara mengangguk dan menyuruhku untuk keluar.
"Ayo" ajaknya masuk
"Bentar" aku merapikan bajuku dan mengikat rambutku sambil mengejar Tiara.
Bughhh
Tanpa sengaja aku menyenggol seseorang.
"Maaf" kataku tanpa melihat wajahnya karena hari gelap.
"Nggak apa-apa" balasnya, setelah memungut tasku yang jatuh, aku langsung mengejar Tiara.
Aku dan Tiara diantar pelayan diskotik ke ruang VVIP yang telah dipesan Tiara.
"HBD Terong!!!" Teriak beberapa teman kuliahku, Terong itu panggilan khusus anak-anak untuk Tiara sedangkan aku dipanggil Mamalia jika Ayahku tidak ada, hehehhe mereka memang berani jika ayah nggak ada dikampus, mereka takut dapat nilai E jika meledekku.
"Makasihhhh baby baby" Tiara menerima ucapan dari beberapa teman, aku memilik duduk disudut ruangan sambil melihat siapa saja yang datang. Lumayan rame untuk sekedar ulang tahun, puluhan minuman dan makanan memenuhi meja yang ada didepanku, dan disudut ruangan berbagai jenis minuman keras juga ada, aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kebebasan Tiara yang nggak pernah hilang.
"Lia Lia... sini" panggil Tiara yang sibuk meliuk-liukkan tubuhnya bersama teman-teman yang lain.
"Nggak pandai nari gue... lo aja" tolakku, aku mengambil coke dan sepotong kue dan karena haus aku langsung meneguk habis sekaleng.
"Hai sendirian?" Hmmm kalo nggak salah yang menyapaku ini namanya Deno, salah seorang aktivis dikampus.
"Nggak sendirian... tuh lagi sama yang ultah" balasku, Deno tertawa dan berjalan ke meja yang berisi minuman keras.
"Mau?" Tawarnya, aku menggeleng.
"Nggak, terima kasih" balasku.
"Coba dulu, nggak akan mabuk... kandungan alkoholnya rendah" katanya lagi, tapi aku tetap menolak.
Akhirnya dia mengalah meski tetap membawa 2 gelas berisi minuman ke meja tempatku duduk. Hmmm entah kenapa minuman itu serasa memanggilku untuk mencicipi.
"Coba dulu, segelas nggak akan bikin mabuk" balas Deno, aku melihat minuman itu.
"Serius nggak bikin mabuk?" Tanyaku. Lagi-lagi dia mengangguk.
"Nih buktinya" dia meneguk segelas dan terlihat biasa-biasa saja. Akupun mengambil segelas dan langsung meminumnya.
Ckckcck pahit dan menyakitkan tenggorokan, tapi setelah dirasa-rasa jadi ketagihan, aku mengambil sendiri minuman dan kali ini aku mengambil gelas yang lebih besar.
"Wohoooo slowdown baby, jangan keburu nafsu untuk minum... nanti lambung kamu sakit" aku menggeleng, lalu menuangkan ke dalam gelas yang lebih kecil dan meminumnya sampai gelas terakhir.
"Iya, kapan lagi gue minum gratis hehehehe" entahlah rasanya ini bukan diriku, aku merasa melayang dan seluruh orang yang ada diruangan ini berputar 180 derajat.
"Gue mabuk ya, kepala gue pusing... mual, mau muntah" aku menutup mulutku dan berlari keluar dari ruang VVIP, aku hanya mendengar teriakan dari Deno.
"Cepat balik ya.... kita senang-senang disini"
Aku berjalan tak tentu arah, bahkan rasanya lorong menuju toilet sangat panjang. Aku melihat pria berpakaian jas sedang berdiri tak jauh dariku, ah coba tanya dimana letak toilet.
Aku terhuyung-huyung menghampirinya. "Maaf Mas, toiletnya dimana ya?" Tanyaku dengan ramah dan menunjukkan senyum pepsodent khas milikku. Sepertinya pelayan ini juga mabuk, soalnya matanya merah dan aku mencium bau aroma minuman yang sama seperti yang aku minum tadi.
"Ah saya tau... sini saya antar" aku mau mengikutinya tapi heelku mengganggu langkahku untuk jalan.
"Bentar Mas, heel aku ganggu" katakup
sambil berusaha mencopotkannya.
"Lama!!! Saya juga kebelet... sini saya gendong" Pelayan itu langsung menggendongku, aku yang memang semakin pusing membiarkan saja dan merebahkan kepalaku ke dadanya yang bidang.
Tubuhku terasa terombang ambing dan aku juga merasakan sedang duduk diatas mobil, tapi karena kepalaku pusing aku memilih untuk tidak bertanya.
"Nah sampai kita ke toiletnya" katanya dengan riang. Aku merasakan dia turun dan membuka pintu lalu kembali menggendongku.
"Makasih... tolong parkir ditempat biasa" entah bicara sama siapa dia tapi tubuhku seakan terbang.
Aku mendengar pintu seperti dibuka dan juga mendengar dia menghempaskan pintu, arghhh kenapa mataku susah sekali dibuka.
"Sini aku bantu buka rok-nya, pasti susah pipis pake rok" arggghh apa yang dia coba lakukan, tapi mendengar keran air ini tandanya aku lagi di kamar mandi, oh mungkin dia sedang membantuku untuk pipis. Aku bisa merasakan tangannya mulai membuka rokku dan celana dalam. Astagaaa tapi kalo nggak dibuka aku bakalan pipis di celana, Oke Lia positive thingking saja.
Setelah aku pipis, pria itu kembali membantuku berdiri tapi dia membawaku entah kemana tanpa memasang kembali rok dan celana dalamku, aku merasakan tubuhnya kian mendekatiku dan dia menghempaskan tubuhku ke kasur, arghhh nyamannya.
Aku merasakan ranjang itu bergerak, dan aku juga merasakan ada tubuh diatasku, tangannya menyentuh pipiku dan bibirku, tak lama aku merasakan dua benda kenyal melumat bibirku, ya Tuhan jangan bilang dia mencium bibirku, aku berusaha membuka mata tapi rasanya ada puluhan ribu ton batu menahan agar mata ini tidak terbuka. Bibirnya lumayan lama memainkan bibir serta lidahku.
"Arghhh" erangku tanpa sadar, alkohol membuatku lepas kendali.
Dia menghentikan ciumannya, lalu mulai membuka bajuku. Aku ingin meronta dan menahannya tapi tubuhku terasa aneh, aku bergetar setiap dia menyentuhku.
"I need you...." bisiknya ditelingaku
Flashback end
****
Tbc