Amalia - Looser
Sesuai kesepakatan kami setelah aku keluar dari rumah sakit dan kandunganku semakin kuat, aku dan Michael mulai mencari kebenaran tentang siapa ayah baby yang aku kandung, meski jawabannya sudah jelas dialah ayah babyku ini, tapi agar bisa membuat pria tak bertanggung jawab itu semakin yakin aku menerima tantangannya untuk melakukan rekonstruksi ulang.
Di sinilah kami berada saat ini, didepan pintu diskotik Millenium... tempat dimana awal mula bencana dan kesalahan itu terjadi. Aku mulai dengan meminta pihak keamanan memutarkan CCTV persis ditanggal terjadinya Michael merenggut keperawananku.
Aku dan Michael sibuk memperhatikan manusia-manusia yang masuk silih berganti, rasa pegal karena terlalu lama duduk membuatku beberapa kali bolak balik sambil menunggu kabar Michael menemukan bukti aku dan dia memang bertemu di club ini.
"Mas tolong ulang" perintah Michael kepada satpam yang menolang kami, untungnya pemilik club ini salah satu teman Michael dan memberikan waktu selonggar mungkin untuk kami mencari kebenaran.
Aku memperhatikan rekaman itu, walau gelap karena hari sudah malam tapi aku yakin itu diriku karena mengenali baju yang aku pakai malam itu.
"Itu aku Mike!! dan lihat pria yang aku tabrak, itu sepertinya kamukan" Tunjukku bahagia meski wajahnya tak begitu jelas karena hari gelap.
"Itu bukan aku!! Seingatku saat itu aku nggak pernah bertabrakan dengan wanita aneh seperti kamu" elaknya penuh keyakinan, tapi aku langsung tertawa sinis dan meragukan keyakinannya. Keras kepala banget!!! Melakukan tapi tak mau bertanggung jawab, kalo aku bisa pasti saat ini aku akan memotong habis alat kelaminnya agar tidak ada lagi korban selanjutnya, cukup aku dan baby ini yang menanggung derita.
"Dasar bebal!!!" Kataku dengan emosi, sayangnya pihak club enggan membiarkan kami melihat rekaman CCTV yang ada dilantai khusus ruangan VVIP karena menyangkut privasi pengunjung kelas atas dan pejabat-pejabat terkenal yang selalu menggunakan ruangan VVIP.
"Kamu yang bebal, maksa-maksa aku supaya ngaku menghamili kamu sedangkan aku yakin 100% kalo aku bukan ayahnya" balasnya tak mau kalah dan menantang mataku.
"Oke, disini tidak bisa membuktikan kalo kamu ayah Baby ini... tapi hotel, aku yakin hotel punya rekaman CCTV saat kamu membawa cewek mabuk ke kamar" tantangku lagi.
"Oke, kita ke hotel dan membuktikan kalo bukan aku ayah baby itu" kami sama-sama memandang penuh kebencian.
"Losser" kataku pelan sebelum keluar dari ruangan CCTV, Michael mencengkram tanganku.
"Apa kamu bilang?" Tanyanya.
"P E C U N D A N G" balasku saking kesalnya, andai dia bukan anakku... aku nggak akan pernah mau mempunyai suami seperti dia. Tidak bertanggung jawab dan pecundang seperti kataku tadi.
Dimobil kami diam bagaikan manusia yang tidak saling kenal, aku mengutuk kebodohan yang tidak bisa memilih pria tepat untuk ditiduri, arghhh andai malam itu artis terkenal atau orang yang baik yang tidur bersamaku dan menjadi ayah anakku mungkin hatiku tidak akan sekesal dan semarah ini.
Setiba di hotel tanpa basa basi aku langsung meminta pihak hotel mengizinkan aku dan Michael untuk memeriksa CCTV. Sayang pihak hotel menolak dengan alasan privasi dan menyuruhku berbicara langsung dengan pemilik hotel.
"Maaf mbak ada yang bisa saya bantu, saya Althaf Algamar CEO dan pemilik hotel ini, kata anak buah saya mbak ingin bertemu saya?" pria yang berbicara padaku terlihat ramah dan tak asing seakan aku pernah melihatnya tapi dimana, wajahnya terlihat tampan dan mempunyai nilai lebih karena masih muda dan berkelas tapi sudah menjalankan bisnis hotel.
"Lebih mending dia yang jadi ayah anakku daripada Michael, arghhh nggak!!! Aku yakin Michael ayah baby ini" kataku penuh harap dalam hati melihat bagaimana pria yang kini berbicara padaku menyapaku dengan ramah.
"Begini Mas..." Michael mulai menjelaskan maksud kedatangan kami meski Althaf terlihat bingung dan mengerutkan keningnya.
"Nah kami mohon kesediaan Bapak untuk mengizinkan kami memeriksa CCTV, hanya ditanggal itu saja... dan jika Bapak berkeberatan karena privasi penghuni, CCTV bagian luar saja juga nggak apa-apa" ujarku dengan penuh harap.
Althaf seperti berpikir panjang "Tolong tunggu sebentar" Althaf meninggalkan aku dan Michael dan pergi menuju meja resepsionis.
Aku masih memandang Althaf tanpa kedip, gila perfect habis dan calon suami idaman.
"Mbak awas ngences... panjang amat lihatnya... ckckck dasar mata keranjang" omel Michael, aku mengacuhkan Michael dan kembali menatap Althaf tanpa berkedip.
"Aku ngidam mandangin cowok tampan, emangnya salah? Daripada mandangin kamu? Yang ada hidupku langsung sial" balasku tak mau kalah, ya mungkin karena aku hamil makanya hormonku sedikit berubah-ubah. Kali ini melihat Althaf rasanya bahagiiiiiiaaaaa sekali, tapi moodku langsung rusak saat melihat Michael.
"Ya udah, minta aja tanggung jawab dia... lumayankan hartanya lebih banyak daripada aku, kamu bisa jadi nyonya pemilik hotel" entah kenapa mendengar Michael mengatakan itu rasanya harga diriku seperti terinjak-injak dan tanganku langsung melayang ke wajahnya.
Plakkk
"2 kali... 2 kali kamu merendahkan aku Mike, jangan sampai sekali lagi kamu merendahkan aku, aku bunuh kamu!!!" Aku meninggalkan Michael dan menghampiri Althaf tapi terlebih dahulu aku menghapus airmata yang turun.
"Bagaimana Pak, bisa saya lihat rekaman CCTV-nya" tanyaku, Althaf mengangguk dan mengantarku langsung ke ruang keamanan Hotel, wow pria gentlemen dan baik. Sifat kedua pria ini sangat berbeda, Althaf terlihat baik dan bertanggung jawab makanya mengantarku langsung sedangkan Michael selagi bisa menghindar dan menolak pasti bakal dia lakukan.
****
Aku, Michael dan Althaf menonton rekaman CCTV dengan seksama tapi rekaman ini terlihat aneh, seharusnya berputar menurut waktu tapi seperti ada yang hilang dalam rekaman ini. Aku menyuruh pihak keamanan memutar sekali lagi.
"Lihat deh, dari jam 10.00 malam tiba-tiba langsung jam 10.30 malam, dari 10.01-10.29 kok nggak ada" tunjukku ke layar.
"Rekamannya memang hanya ini mbak" balas satpam itu dengan yakin, tidak ini salah... aku yakin dalam waktu 30 menit itu Michael terekam membawaku yang sedang mabuk, tapi kenapa hilang!!! Kenapa tidak ada bukti yang menunjukkan jika ayah bayi ini Michael. Kepalaku rasanya berputar semakin kencang.
"See!!! Nggak ada bukti jika aku ayahnya" ujar Michael penuh kemenangan. Kakiku terasa lemas, apa aku salah mengenali orang, apa benar yang dibilang Michael bukan dia ayah anak ini, tapi siapa!!! Siapa b******n itu.
Tidak ada bukti belum tentu Michael bukan pria itu, aku akan tunggu sampai bayi ini lahir.
"Mbak nggak apa-apa? Wajah mbak pucat sekali" suara Althaf yang mengkhuatirkanku membuatku langsung menggelengkan kepala.
"Makasih banyak atas bantuannya Pak" saat aku hendak melangkah rasanya kakiku semakin lemah dan seperti mau jatuh, tapi aku merasakan ada dua tangan menangkap tubuhku, tangan Michael dan Althaf.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Michael, aku melepaskan tangannya dan menatapnya marah.
"Ini belum selesai... saat semuanya semakin jelas, siapapun ayah bayi ini... dia harus merasakan apa yang aku rasakan, rasa ditolak, dihina dan direndahkan" ujarku dengan suara bergetar. Aku meminta Althaf membawaku keluar dan meninggalkan Michael yang terdiam mendengar ucapanku.
"Tolong antarkan saya ke lobby dan tolong panggilkan taxi" kataku meminta tolong Althaf mencarikan taxi. Rasanya aku tidak ingin pulang ke rumah Michael malam ini.
"Apa sebaiknya mbak pulang dengan mas yang tadi, kayaknya nggak aman membiarkan wanita hamil pulang sendirian" balas Althaf.
"Lebih baik saya pulang sendirian pak... terima kasih sudah peduli sama saya" balasku singkat. Althaf mengangkat tangannya entah memanggil siapa.
"Brina, i need you...tolong panggilkan Taxi untuk mbak ini" seorang wanita menghampiri kami dan Althaf menyuruh wanita bernama Brina mencarikan Taxi yang aku minta.
Aku memegang perutku yang tadi sempat menegang "Sekali lagi terima kasih atas bantuan yang Bapak berikan" aku menyalami Althaf. Althaf tersenyum dan membukakan pintu Taxi untukku.
"Tolong antarkan kemana mbak ini mau pergi, jangan tagih biayanya... nanti kamu minta saja ke resepsionis, awas jangan ngebut bawa mobilnya karena mbak ini sedang mengandung" Althaf begitu perhatian, bahkan rela mengeluarkan uang untuk membayar Taxiku sedangkan hari ini kami baru pertama kali bertemu.
Aku melambaikan tangan dan saat menutup jendela, aku melihat Michael berjalan keluar dari dalam hotel dan menatapku serta Althaf bergantian.
"Losser!!" kataku kepadanya dengan muka sinis.
****
Tbc